Sangkar Emas Sang Mafia

Sangkar Emas Sang Mafia

Melarikan Diri dari Sangkar Emas

"Sebentar lagi, tinggal satu langkah lagi dan aku bisa pergi dari hidup Daniel selamanya!"

Hatiku mengembang, membayangkan mobil di depan gang yang telah menungguku untuk membawa pergi ke luar kota. Bersama pelayan pribadiku, kami melarikan diri dari kediaman Oxxon yang menyesakkan.

Semakin cepat aku berlari, kian membuncah perasaan kebebasan yang seperti sudah ada di depan mata.

Sedikit lagi, tinggal sedikit lagi kami akan bebas dari kekangan pria berdarah dingin yang selalu memasang topeng senyuman hangat di wajah tampannya.

Hingga cahaya dari ujung gang membuatku berhenti lemas, ketika kulihat siapa yang sudah berdiri menungguku di sana. Bukan mobil yang kami sewa untuk melarikan diri, melainkan Daniel Fernandez Oxxon, pria 24 tahun yang sudah setahun ini menjadi suamiku. Padahal kuingat dia sedang ada perjalanan dinas ke luar kota.

Tapi mengapa... sekarang dia ada di sini?

Langkahku berhenti sepenuhnya, wajahku berubah dari sumringah menjadi pucat pasi, seperti baru melihat hantu. Sementara kedua tangan pria berperawakan tinggi, bertubuh kekar dengan rasio emas, terentang dan terbuka seolah sedang menyambutku masuk ke pelukannya.

"Sayang, bagaimana bisa kamu memainkan permainan melarikan diri di saat aku sedang tidak ada? Kamu sangat nakal yaa," ucapnya tersenyum cerah, namun terasa sekali tekanan dan kengerian menguar dari dalam dirinya.

Bagi orang yang tak mengenal Daniel, pasti seakan hanya melihat seorang suami yang tengah menjemput istrinya saja. Kacamata yang pria itu kenakan membuat orang lain semakin salah paham bahwa dialah pria paling baik di muka bumi ini.

Namun bagiku yang sudah satu tahun mengenalnya, hanyalah iblis kejam dari sosok mafia yang kini berdiri satu meter di depanku itu.

"Saya sudah melakukan semua yang Anda perintahkan, Tuan."

Bliss, pelayan pribadiku mengatakannya sambil melangkah maju mendahuluiku. Dia menundukkan kepala di hadapan Daniel, begitu patuh dan seperti sudah mengetahui alasan mengapa Daniel bisa berada di sini padahal cuma kami berdua yang mengetahui misi melarikan diri yang sudah satu tahun ini kurancang.

"Bliss...," panggilku melihatnya terus melangkah maju mendekati Daniel. Pria bersenyum hangat itu melebarkan seringainya sambil menepuk sebelah pundak Bliss, bangga.

"Saya sudah mengatakan semua rencana pelarian diri Nyonya. Saya harap Anda merasa puas dengan kinerja saya," ucap Bliss tak menghiraukan panggilanku.

Daniel terkekeh pelan, "Kerja bagus. Berikan dia imbalan yang kujanjikan," ucapnya kepada sekretaris pribadinya yang bernama Hans.

Daniel menurunkan tangan yang semula berada di pundak Bliss, lalu kembali merentangkan tangan seakan menyambutku. Dia tak suka ditolak, membuatku mau tak mau dengan kaki yang gemetar ketakutan pun berjalan menghampiri dan masuk ke pelukannya.

Dengan ragu kugerakkan kedua tangan membalas pelukannya yang erat. Pedih di hatiku merambat masuk setelah mengetahui pengkhianatan yang Bliss lakukan, rupanya selama ini dialah mata-mata yang Daniel tempatkan di sisiku. Padahal kukira Bliss tak ada sangkut pautnya dengan Daniel karena dia satu-satunya pelayan sekaligus sahabat yang kubawa dari kediaman kedua orang tuaku.

Tapi mengapa... Bliss tega melakukan ini kepadaku?

Hatiku gusar, semakin kuat aku meremat kemeja yang Daniel kenakan di dalam pelukanku. Dengan kekesalan yang membeludak, hatiku hancur di saat yang bersamaan. Tak sadar air mata mulai menetes, membasahi bagian dada kemeja pria itu.

Meski apapun ancaman yang Daniel lontarkan untuknya, Bliss tidak boleh mengkhianatiku seperti ini. Karena dia orang yang paling aku percaya di kediaman Oxxon.

Perasaan tak terima membatu di tenggorokanku. Membuatku dengan gemetar geram menunjuk ke arah Bliss yang sama sekali tak memasang wajah bersalah.

"D-dia...," ucapku tersengal di sela tangis, menenggelamkan wajah ke dada bidang pria itu selagi menuding, "Dia yang menghasutku untuk melarikan diri, Daniel. Dia menipuku..."

Sedikit kuintip, seketika wajah Bliss menunjukkan ketidakadilan. Wanita itu sontak bersimpuh di kaki Daniel dan membela diri, "Nyonya berbohong, Tuan! Seperti yang sudah rutin saya beritahukan kepada Anda, Nyonya merencanakan pelarian diri ini dari lama. Saya bersumpah!"

Gemetar, yang ditampilkan Bliss saat ini. Hanya bedanya dia pasti ketakutan setengah mati pada Daniel. Sedikit banyak wanita itu sudah tahu bagaimana tabiat kejam Daniel selama mengikutiku. Dia pasti ketakutan sekali sekarang.

Perkataannya tak salah, tapi aku tidak terima kalau wanita pengkhianat itu mendapat kepercayaan Daniel hanya karena ketidaksetiaannya padaku.

Grep. Pelukanku beralih jadi melingkarkan lengan ke leher Daniel yang masih menyeringai seakan menikmati tontonan di hadapannya. Dengan air mata yang begitu sedih dan tersayat, suaraku lirih menatapnya, "Kamu percaya padanya daripada istrimu sendiri, Sayang...?"

Tak ada pilihan lain. Sebelum Daniel benar-benar memusnahkanku, lebih baik aku lakukan saja apa yang biasanya dia inginkan dariku. Termasuk memanggilnya 'Sayang' yang terdengar menjijikkan itu.

"Padahal aku sudah mulai mencintaimu, tapi Bliss terus saja melarangku memiliki perasaan padamu, orang yang telah membunuh kedua orangtuaku. Aku tahu ini tidak benar, tapi perasaanku padamu tidak bisa aku hentikan. Bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri kalau bukan karena dia berkata akan membantuku keluar?" Kutangkupkan kedua tanganku ke pipi Daniel, membuatnya sesaat tersentak dan tubuhnya kaku. Namun aku berlagak tak menyadari itu, dan terus membujuknya, "aku memang bodoh karena percaya padanya, tapi... tapi aku juga tidak tahu apakah benar memiliki perasaan kepada orang yang telah membunuh kedua orangtuaku? Aku sangat merasa frustrasi, Daniel..."

Air mataku tak henti mengalir, sakit dikhianati dan berpikir betapa benar-benar bodohnya aku kalau sampai sungguhan mencintai iblis ini. Daniel lebih banyak menyakitiku daripada memberikan kehangatan sebagai seorang suami.

Namun perkataan Daniel yang selanjutnya membalas pun menohokku, "Apakah salah jika kamu mencintaiku? Toh, aku hanya membalas dendam lama karena kedua orangtuamu yang telah duluan membasmi keluarga Oxxon. Mata dibalas mata, kematian dibalas kematian. Karena orangtuamu sudah tiada, perhitungan di antara kita pun sudah selesai."

Mendengar ucapan di akhir kalimatnya, membuat wajahku agaknya nampak bersinar. Namun Daniel yang menyadari itu lantas memungkas lagi, "Tapi jangan harap kamu bisa lepas dari pernikahan ini. Karena itulah yang dijanjikan kedua orangtuamu pada keluargaku sebelumnya. Kontrak pernikahan tak berbatas waktu hingga kamu bisa mengakuiku yang keluarga Oxxon ini menjadi suamimu sesungguhnya."

"A-aku... sedang mencobanya, tapi Bliss mengacaukan usahaku," Raut wajah redupku kontras dengan perkataan yang terlontar, tetapi sepertinya Daniel mempercayai itu.

"Jadi, semua permasalahannya ada di wanita pengkhianat ini?" Lirikan Daniel yang kini sudah benar-benar memasang wajah datar mengarah pada Bliss.

Bliss tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bila Daniel yang terbiasa mengumbar senyum akhirnya melepas ekspresi mematikan. Dia segera beralih jadi memegang kakiku dan memohon pertolongan.

"Nyonya, tolong maafkan saya! Saya telah salah karena sudah mempermainkan Anda! Tolong berikan belas kasihan Anda, Nyonya! Atas segala yang telah saya lakukan untuk Anda selama ini!"

'Maksudnya... atas segala pengkhianatan yang kamu lakukan di belakangku selama ini?' benakku menatap nanar sorot mata Bliss yang tengah mengais kakiku sambil memohon perlindungan.

Namun aku tak ingin dikuasai oleh rasa iba lagi. Dia telah lama menusukku tanpa ampun dari belakang, mengapa baru menyesalinya sekarang?

Dengan abai, kukalungkan lagi kedua lenganku ke leher Daniel sembari memalingkan wajah dari Bliss dan menenggelamkan lagi ke dada pria itu, lalu berkata, "Aku takut, Daniel... Bawa aku pulang."

"Baiklah, tapi aku butuh bukti darimu juga kalau memang benar kamu sudah mencintaiku, Lariette," panggilannya di akhir membuatku membeku.

Aku tak tahu lagi, "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu dapat percaya padaku, Daniel?"

Bisikan kecil nan serak Daniel membelai halus tepat di telingaku, "Malam ini... sepertinya waktu yang tepat untuk menikmati malam pertama yang sudah tertunda selama satu tahun pernikahan. Tunjukan kesungguhanmu, Lariette. Jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi."

Tanpa ba-bi-bu, Daniel membopongku ala tuan putri, tanpa hirau dengan aku yang tak menjawabnya, maupun tak berniat melepas wajah yang tenggelam ke dadanya dan kalungan lengan di lehernya yang semakin mengerat.

Dia membawaku masuk ke mobil setelah memberikan instruksi kepada para bawahannya dengan suara berat nan dalam yang mengintimidasi, "Bawa dan kurung pengkhianat bernama Bliss itu ke ruang bawah tanah! Jangan biarkan dia kabur, apalagi sampai bisa mengancam dan menghasut istriku lagi di dalam kediaman Oxxon!"

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!