"Begini, anda lihat dua orang di sana?" tunjuk Amber.
Pria itu mengikuti arah telunjuk Amber.
"Mereka adalah orang tuaku. Aku membutuhkan bantuanmu untuk berpura-pura menjadi kekasihku," jelas Amber.
"Jadi kekasihmu?" ulang pria itu sambil melepas lengannya yang dirangkul.
Amber mengangguk secepat kilat. Kedua netra gadis itu berkaca-kaca penuh harap.
Pria itu meletakkan tangan kirinya di atas meja dan sebelah tangannya menopang dagu sambil berpikir. Namun, belum sempat dia menjawab, gadis kecil itu kembali merangkulnya. Kali ini lebih erat plus menginjak kaki kanannya.
"A-ayah!" seru Amber gugup seolah sedang tertangkap basah.
"Pantas saja tidak menjawab panggilan dari ayah. Ternyata sedang asyik berduaan," ucap Topaz yang tak lain adalah ayah Amber. Dengan santainya pria yang hampir memasuki usia kepala lima itu menarik kursi dan duduk.
"Sayang, kita duduk di sini saja!" panggil Topaz pada istrinya.
Wanita cantik itu tersenyum sambil berdiri meninggalkan mejanya.
"Sayang, ternyata kau sudah tiba lebih dulu," ucap Ramona sambil menatap putri semata wayangnya yang tengah asyik merangkul seorang pria tampan.
"I-iya mommy," jawab Amber.
"Kenapa kau gugup begitu?" tanya Ramona seraya mendaratkan bokongnya ke kursi makan.
Amber mencubit lengan baju pria di sampingnya. Beruntung dia mengenakan pakaian yang cukup tebal. Jadi, tidak perlu meringis saat kuku-kuku Amber mulai menusuk.
Udara di dalam restoran cukup stabil. Namun, tidak bagi Amber. Keringatnya perlahan muncul dan mendarat di kedua pipinya yang mulus. Meski begitu, anehnya tangan dan kakinya terasa dingin dan jantungnya berpacu dengan cepat.
Pria itu melepas tangan Amber perlahan. Kedua mata Amber membulat saat pria itu melakukan gerakan yang tidak diinginkan Amber. "Tamat sudah riwayatku," ucap Amber dalam hati.
"Maaf tuan dan nyonya, karena saya, Amber tidak menjawab panggilan anda," ucap pria itu sambil merangkul pundak Amber.
Kali ini kedua netra Amber membulat karena terkejut. Tadinya dia pikir, pria yang dipanggilnya paman itu tidak akan membantunya.
"Oh, tidak apa-apa. Tante mengerti kok," jawab Ramona seraya tersenyum.
"Sudah berapa lama kalian berhubungan?" tanya Topaz. Kali ini dia menatap tajam dua sejoli yang terlihat kasmaran itu. Dia harus memastikan jika pria di hadapannya adalah pacar asli putrinya bukan pria sewaan seperti yang sudah-sudah.
"Satu hari... Satu tahun..." jawab Amber dan pria itu bersamaan.
Benar saja dugaan Topaz pasti ada sesuatu yang tidak beres.
"Yang benar yang mana? Satu hari atau satu tahun?" tanya Ramona bingung.
Baru saja Amber berniat untuk mengeluarkan suara, pria di sampingnya sudah menyela terlebih dulu.
"Bukankah satu hari bagaikan satu tahun!" ucap pria itu sambil melirik Amber dan tersenyum.
Tampan sekali. Lagi-lagi Amber tersihir ketampanan kekasih pura-puranya.
"Salahku karena terlalu sering melakukan perjalanan bisnis sehingga kami tidak memiliki waktu untuk berkencan," ucap pria itu dengan lancar.
"Dilihat dari penampilanmu, aku cukup percaya tuan ..." Topaz menekuk alisnya menuntut jawaban yang bukan dari pertanyaan.
"Ah, maaf! Aku lupa memperkenalkan diri," ucap pria itu sambil melepaskan rangkulannya.
"Nama saya Caesar Juan," ucap Caesar sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Senang berkenalan denganmu, nak Cae ..." Topaz tidak melanjutkan ucapannya karena tersadar sesuatu lalu melanjutkan dengan melontarkan pertanyaan. "Apa kau tuan muda Caesar pemilik dari Global Tech?"
"Iya," jawab Caesar tersenyum tipis.
"Maksudmu, CEO yang terkenal handal, tuan muda terkaya di kota, tampan, dan digemari banyak wanita itu?" Tanya Ramona pada sang suami.
"Oh, apa aku seperti itu di luar sana?"
"Tentu saja. Ya ampun, sayang. Menantu kita ternyata orang hebat. Amber-ku sangat beruntung." Ramona menepuk lengan suaminya sambil tersenyum bangga.
Beda halnya dengan Amber. Gadis itu justru terdiam mendapati kenyataan yang membuat jantungnya berdentum dengan kencang. Kali ini riwayatku benar-benar tamat. Gadis cantik itu hanya bisa menyesali perbuatannya dalam hati.
Jika saja dia tahu bahwa paman itu adalah CEO yang terkenal itu, dia pasti tidak akan melibatkannya. Salahnya sendiri tidak begitu peduli akan dunia bisnis. Amber hanya menikmati hidupnya sebatas usianya. Baginya urusan bisnis itu memeras otak sehingga dia tidak perlu ikut setiap kali ada acara bisnis bersama kedua orang tuanya. Jadilah dia tidak mengenal pelaku-pelaku bisnis.
Tapi bukankah kedua orang tuanya juga tidak pernah bertemu dengan CEO itu. Mereka hanya tahu dari rumor yang beredar di kalangan bisnis saja. Mereka juga tidak salah karena si CEO yang terkenal itu nyaris tidak terlihat di setiap pertemuan. Semuanya diurus oleh asistennya. Setidaknya, Amber sedikit lega atas poin ini. Artinya, dia tidak salah dalam melibatkan pria itu.
"Amber!"
Teriakan sang ibu cukup menyadarkan Amber.
"I-iya mommy," Amber tergagap saat semua mata menatap padanya seolah saat ini dia menjadi seorang terdakwa.
"Kenapa kau melamun?" tanya Ramona polos.
"En, aku rasa aku tidak enak badan," elak Amber.
"Apa kau sakit?" tanya Caesar perhatian sambil merangkul Amber kembali.
Astaga, actingnya jauh lebih hebat dariku. Lagi-lagi Amber berkata dalam hati.
"A-aku melewati makan siang."
"Kau pasti tidak sabar bertemu dengan kekasihmu hingga lupa makan," ejek Ramona sambil terkekeh.
Topaz menghela napas namun wajahnya menyiratkan dua arti. Pertama pria itu lega karena putrinya tidak berbohong bahwa pria yang saat ini bersamanya adalah benar kekasihnya. Bagaimana mungkin seseorang berani mengaku sebagai Caesar Juan. Kedua dia menghela napas karena kecerobohan putrinya yang selalu telat makan.
"Ayah sudah memesan makanan favoritmu. Sebentar lagi hidangannya siap."
"Kau memang terbaik ayah," ucap Amber sambil mengangkat dua jempolnya. Untuk sesaat dia lupa akan kegalauan hatinya.
"Tapi ingat! Kau harus mengisi lambungmu dengan perlahan."
"Aciap pak bos," jawab Amber sambil memberi ciuman jarak jauh untuk sang ayah.
Caesar tersenyum nyaris tak terlihat melihat tingkah Amber. Kekacauan kecil yang dibuat oleh gadis kecil yang duduk di sampingnya tidak buruk juga. Cukup membuatnya sedikit terhibur.
"Permisi, maaf menyela anda, tuan," ucap suara seorang pria yang sudah berdiri di samping Caesar.
"Ah, Robert!" seru Topaz.
"Selamat sore tuan Topaz. Maaf mengganggu acara makan anda sekeluarga," ucap Robert sambil melirik pada CEO-nya.
"Tidak apa-apa. Pasti ada sesuatu yang penting hingga kau kemari."
"Terima kasih atas pengertian anda, tuan."
Topaz tersenyum lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Kini pria itu duduk dengan santainya seolah usai melepas beban berat. Kehadiran Robert membuatnya yakin seratus persen bahwa Caesar benar Caesar Juan.
"Ada apa?" tanah Caesar datar.
Robert sedikit ragu lalu menunduk dan mengecilkan volume suaranya agar tidak terdengar.
"Tuan, wanita itu sudah tiba di bandara."
Ekspresi wajah Caesar masih datar namun terdapat kekosongan pada matanya. Meski Amber baru bertemu dengan pria itu, dia dapat mengetahui bahwa Caesar tidak menyukai wanita itu. Amber tidak bermaksud menguping tapi salahkan telinganya yang memiliki pendengaran yang tajam. Diamnya Caesar membuat Amber sedikit gelisah dan dia tidak menyukainya.
Mengapa aku jadi gelisah begini? Apa urusannya denganku? Lagi-lagi Amber bermonolog dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Lulu
hati-hati jatuh cinta beneran lohhh...
2024-05-20
2
💋ShasaVinta💋
Untung si paman tampan ya 🤣🤣
2024-05-20
2