"Mbaaaak" suara lembut itu menyapa ku yang baru saja masuk ke halaman rumah setelah pulang bekerja.
"kenapa dek?" tanya ku sambil melepas sepatu tali yang aku gunakan.
"emmm, sebentar lagi aku ulang tahun yang ke sepuluh kan mbak?" katanya membuat kegiatan ku terhenti.
"emang iyaa dek? oh iyaa ini udah tanggal 26 yaa, ulang tahun kamu tanggal 31 bulan ini kan ya dek?" tanyaku yang langsung di angguki oleh nya.
"iyaaa mbak" jawab nya dengan senyum mengembang.
"terus ada apa nih? Pasti mau minta kado yaaa" kataku sedikit mengajaknya bercanda.
"eh emm ngga mbak, cuma,,,,"
"cuma apa dek?" tanya ku sambil menyeritkan kening.
"boleh gak mbak kalau nay ajak temen nayla buat rayain ulang tahun di rumah?" tanya nya membuat ku menatap adikku yang berumur hampir sepuluh tahun itu.
Aku sedikit terdiam, sejujur nya untukku saat itu hal yang di minta adikku bukan lah hal yang sulit. Tapi, sejak dulu kami memang tidak biasa merayakan ulang tahun.
"apa adek udah bilang sama mama dan bapak?" tanya ku pada nayla dengan mengelus lembut kepala nya.
"sudah, tapi kata bapak insyaallah kalau ada rejeki untuk menjamu mereka mbak" jawabnya dengan menundukkan kepala.
"kalau gitu kita buat acara ulangtahun kecil-kecilan untuk adek ya nanti, insyallah mbak ada rejeki untuk adek nanti. Tapi, adek harus janji sama mbak" kataku menatap mata nya yang mendongak kan kepala.
"janji apa mbak?" tanya nya.
"nay harus janji untuk rajin belajar, apapun yang terjadi. Nay harus semangat, mbak mau nay janji itu aja. Mudah kan?" kataku yang langsung membuat nay tersenyum dan menganggukan kepala dengan semangat.
"makasih ya mbak, besok nay mau catet nama temen sekolah nay sama yang di lingkungan rumah ini ya mbak. Nanti kita undang pakai undangan kan mbak?" tanya nayla dengan ceria.
"iyaaa nanti kita undang pakai undangan ya, lusa pulang mbak kerja kita beli ya sama dekorasi nya kepasar sekalian pesen kue tart sesuai tema kesukaan adek" jawab ku membuat nya tersenyum ceria.
"makasih ya mbak, nanti kita sama mama kan mbak pergi nya?" tanya nya lagi.
"iyaa adek, kita pergi nya sama mama kok. Tapi tunggu mbak pulang kerja yaa?" kataku lagi.
Nayla pun langsung menganggukan kepala dan melenggang masuk kedalam rumah dengan berlari meninggalkan aku yang menggelengkan kepala melihat tingkah nya.
Aku pun mengikuti nya masuk ke dalam rumah yang mana rumah kami hanya sebuah kontrakan petak tiga yang di isi oleh enam orang di dalamnya.
Aku adalah anak pertama di keluarga ku, dua adikku laki-laki dan satu orang perempuan. Kami empat bersaudara.
Diusia ku yang hampir delapan belas tahun, aku sudah bekerja di sebuah cv yang masih bernaung dalam pemerintahan sebagai operator selama lima bulan ini.
Bagi ku, pekerjaan ini lumayan berat. Karna selain memerlukan ketelitian, pekerjaan ini juga memerlukan fisik dan mental yang kuat.
"Anaaa" suara mama menyapa saat aku menaruh tas yang selalu ku bawa saat kerja pada tempat nya.
"iyaa ma" jawabku yang langsung mencium punggung tangannya dengan takjim.
"apa bener kamu mau buat kan adek kamu pesta ulang tahun kecil-kecilan?" tanya nya dengan wajah heran.
"iya ma, gapapa kan ma? Sesekali, kasian adek" jawabku.
"tapi,,,,,"
"tapi kenapa ma?" tanya ku heran.
"maaf ana, mama baru saja mau bicara dengan kamu soal ari yang harus membayar biaya ujian kenaikan kelas. Mama mau minta tolong sama ana untuk membayarkan dulu uang itu, apa gak sebaiknya kita tidak usah membuat acara untuk nayla ana?" kata mama membuatku menghela nafas.
"memang berapa yang dibutuhkan untuk membayar uang ujian itu ma?" tanyaku menatap mama yang sepertinya ragu mengatakannya.
"dua ratus tujuh puluh lima ribu ana" jawab mama.
Aku pun memeriksa sisa uang yang ada di dompet, tersisa lima lembar uang berwarna merah disana. ku tarik tiga lembar uang itu dan aku serah kan pada mama, sementara sisa nya akan aku pergunakan untuk beberapa hari kedepan hingga hari gajian tiba.
"ini ma, tolong dibayarkan ya" kataku sambil menyerahkan uang tiga ratus ribu itu.
"kamu masih ada uang ana? Bukannya gajian masih lusa?" tanya mama membuat ku tersenyum.
"masih ma, insyaallah cukup hingga lusa. Ini, silahkan mama pegang dan bayarkan uang ujian ari dan tidak perlu mama ganti" jawabku dengan senyum hangat.
"terimakasih ya ana, uang nya mama terima ya" jawab mama membalas senyum ku dan menerima uang yang aku beri kan pada nya.
"sama-sama ma, yaudah aku mau mandi dulu ya ma. habis itu mau tidur, nanti malem ada billy mau jemput ana. Kami akan keluar" kata ku pada mama yang langsung tersenyum dan menganggukan kepala.
Aku pun langsung membersihkan diri kedalam kamar mandi, setelah selesai dan berganti pakaian aku merebahkan diri di kasur tipis yang sudah keluarga kami kenakan bertahun-tahun.
"alhamdulillah, akhirnya bisa rebahan juga. Tidur sebentar, biar pas nonton nanti gak ngantuk" kataku bergumam dengan diri sendiri.
Baru tidur tak sampai satu jam, aku mendengar suara keponakanku menangis kencang. Aku pun bangun dan keluar dari rumah untuk melihat apa yang terjadi.
"kenapa bila ris?" tanya ku pada riski, sepupu ku.
"rebutan mainan sama nanaz mbak, biasa" jawabnya. Aku pun menganggukan kepala dan mengambil alih keponakanku itu dari ibu nya.
"udah ya bil, gak boleh nangis itu. Itu mainan ounty kan?" kataku memberi pengertian pada bila untuk tidak menangisi mainan milik ounty kecil nya. Iyaa nanaz, dengan nama asli nazwa itu adalah adik sepupu ku yang masih bayi berusia tujuh bulan sementara bila sudah berusia dua tahun tiga bulan.
Setelah ku bujuk, akhirnya bila pun diam. Tentu saja dengan imbalan ice krim yang aku beli kan di warung tak jauh dari rumah.
"besok-besok di bujuk ya ris, jangan malah di marahi. Kasian, masih kecil" kata ku pada riski.
Setelah bila anteng dengan ice krim di tangannya, aku pun berpamitan untuk melakukan sholat ashar. Karna ternyata sudah pukul empat sore.
"bila di sini ya sama mbah, ma'ana mau allah" kataku memperagakan takbir sebagai isyarat aku akan sholat, bila pun menganggukan kepala mengizinkan.
Aku pun memindahkan bila pada mama yang di sebut uti oleh bila. Kemudian, aku sholat ashar dan mengaji hingga aku mendengar suara yang sangat aku kenal mengucapkan salam.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam" suara mama menjawab salam itu berbarengan dengan beberapa orang yang berada di teras itu.
"ana nya ada bu?" tanya suara yang sangat aku kenal itu.
Aku pun bergegas menyelesaikan mengaji dan membuka mukena yang menempel di tubuh kemudian melipatnya asal.
"masyaallah, kalian kesini?" kataku ketika melihat kedua sahabat sejak sekolah mendatangi rumah ku.
"iyaaa nih, kangen taauu. Kamu jarang ikut kita kumpul" kata rina sahabatku sejak smp.
"iyaa maaf yaa, kamu tau kan gimana kerjaan aku" jawabku sambil duduk di sebelah kedua sahabatku itu.
"iyaaa kita tau kok, oiyaa kapan kamu off? Kita jalan yuk?" kata mira.
"emm off yaa, kayanya sabtu deh. Boleh deh kebetulan jumatnya kan abis gajian hihihi" jawabku tertawa kecil.
"okee deh, nanti kita jemput yaa. Naik motor aja bertiga, gapapa kan?" kata rina.
"iihh kalian, mendingan nanti motornya di sini aja. Nanti kita pergi nya naik taksi online, bahaya tau naik motor bertiga" jawabku.
"iya sih, yaudahlah. Tapi, kita mau kemana emangnya?" tanya mira.
"emm kita ke du*an aja gimana?" kata rina memberi ide.
"kemahalan gak sih masuknya, hampir tiga ratus ribu. Yang lain aja lah rin" kata mira.
"iya bener kata kata mira rin, ke tempat yang murah aja. Kaya nonton, atau ke pasar bkt itu terus nongkrong di cafe. Gitu aja lah ya" kata ku yang juga di angguki oleh mira.
"boleh lah, boleh lah. Berarti kalo gitu kita nontonnya di mall cipi**** aja yang lebih deket ke bkt ya?" kata rina yang langsung kita angguki.
Bersambung....
Pada akhirnya kami pun membahas tentang beberapa hal, seperti biasa yang dibahas wanita yang masih dalam masa puber. Pembahasan lebih banyak tentang lelaki yang tengah dekat dengan kami.
"jadi, semenjak gak sama ali. Kamu sama billy ini ya Na?" tanya mira. Aku pun menganggukan kepala sebagai jawaban.
"iyaa, lebih tua beberapa tahun sih. Cuma gapapa lah" jawab ku.
"iyaa gapapa lah, ganteng kok sipit kaya orang china hahaha" jawab rina dengan tertawa.
"hehe yaa ganteng sih ngga ya, cuma emang baik dan itu yang utama sih" jawabku.
"kalau baik mah an, ali juga baik. Nyata nya kalian sampai lulus sekolah dan putus setelah beberapa bulan kerja, hayoo kenapa tuh?" tanya mira menggoda ku.
"yaa kan emang udah gak cocok aja sih mir, beda lah intensitas ketemu waktu sekolah sama kerja kaya sekarang. Waktu sekolah kan ketemu setiap hari, sementara selama kita kerja waktu nya jadi berkurang. Mungkin komunikasi juga berkurang, jadi ya lebih sering salah faham" jawab ku yang langsung mendapat anggukan dari kedua nya.
"emang nya sama yang sekarang gimana?" tanya rina.
"billy sih biasa aja ya, mungkin karna dia lebih tua juga jadi bisa menyesuai kan. Buat komunikasi si kita sama-sama ngerti kalau sama-sama sibuk, apalagi billy juga kan kerja nya pulang lebih sore di banding aku jadi yaa paling aku ngabarin kalau udah pulang kerja dan sampai rumah. Habis itu aku tidur atau kalau aku mau jalan keluar bareng temen kerja aku ya aku bilang dan dia juga gak masalah. Gitu sih" jawab ku menatap kedua nya.
"emang si enak ya kalau saling ngerti kaya gitu, kalau pacaran ala anak SMA kaya kita dulu kan kaya posesif gitu jadi gak seru ya karna gak bisa ngerasain bebas nya dunia kerja. Lebih jelas nya sih mungkin karna udah beda alur kali ya" kata mira.
"iyaaa bener, tapi nyata nya kamu sama hardian masih awet aja sampe sekarang loh. Iya gak rin?" kata ku tertawa kecil.
"tau nih. Udah sama-sama kerja enak, sama-sama anak bontot kok masih aja ngegantung" kata rina membuat mira mengerucutkan bibir.
"kamu jangan gitu dong rin, tabungan kita belum cukup tau. Kamu kira nikah itu biaya nya sedikit apa, lagian baru beberapa bulan juga kita lulus. Iya gak Na?" kata mira mencari pembelaan dari ku.
"iyaa bener, nikmati masa muda kita dulu lah. Masih beberapa bulan yang lalu kok kita lulus, lagian belum waktu nya kita berumah tangga kok. Santai aja lah, beberapa tahun lagi sampai tabungan kekumpul" jawab ku yang langsung membuat mira berteriak menyetujui perkataan ku.
"eh jangan kenceng-kenceng mir, malu tau" kata rina yang langsung menegur mira.
"hehehe iya iyaa sorry, peace" jawab mira mengangkat kedua jari nya berbentuk huruf v .
Hari sudah menjelang maghrib, kedua teman ku itu berpamitan untuk pulang pada bapak dan juga mama.
"apa ngga nanti aja abis maghrib pulang nya nak, ini udah mepet maghrib banget loh" kata mama pada kedua nya.
"gapapa bu, orang deket kok. Sepuluh menit juga sampai rumah, kita bawa motor sendiri-sendiri kok jadi ga perlu anter-anteran. Makasih minuman nya ya bu" kata mira sambil menyalami tangan mama dan juga bapak.
"yasudah kalau begitu kalian hati-hati yaa, jangan lupa pelan-pelan aja bawa motor nya" kata mama berpesan.
"iyaaa bu, ayok an kita pulang dulu yaa. Jangan lupa sabtu nanti yaa" kata rina yang langsung aku angguki.
Kedua teman ku itu menjalan kan motornya meninggalkan pekarangan rumah kontrakan keluarga ku, setelahnya aku pun masuk kedalam rumah untuk bersiap sholat maghrib.
Setelah selesai sholat, kami makan malam bersama. Aku meminta izin bapak untuk keluar malam ini bersama billy, tentu saja bapak mengizinkan asal tidak pulang terlalu malam.
"oyaa An, kata mama kamu mau buat kan acara kecil-kecilan untuk nayla. Apa betul nak?" tanya bapak.
"iya pak betul, sepertinya nayla ingin sekali dibuat kan acara seperti itu. Tapi buat nya hari minggu ya pak, karna tanggal tiga puluh satu kan haro senin pas hari sekolah" kataku.
"tapi, apa kamu ada biaya nya nak. Maaf ya nak, kalau kami merepotkan. Apalagi kata mama juga kamu sudah membayarkan uang ujian untuk ari memakai uang simpanan kamu" kata bapak membuat ku tersenyum.
"tidak apa pak, aku kerja untuk membatu bapak dan juga mama jadi insyallah aku gak keberatan sam sekali bantu adik-adik aku selagi aku ada rezeki. Tapi, kalau belum ada ana harap adik-adik juga bisa mengerti dan bisa menunggu selagi ana mengusaha kan" jawab ku dengan senyum lembut pada mama dan juga bapak.
"iyaa ana, insyaallah mama akan beri kan pengertian pada adik kamu nanti" kata mama.
"alhamdulillah, yaudah kalau begitu ana mau siap-siap dulu. Sebentar lagi azan isya, ana mau sholat dan siap-siap ya ma, pak" kata ku pada kedua nya yang langsung menganggukan kepala.
Aku sungguh tak kuat jika harus meneruskan percakapan dengan kedua orangtua ku itu, entah mengapa rasa haru karna dapat membantu perekonomian keluarga membuatku lemah dihadapan kedua nya.
"mbak, nay sholat sama mbak ya?" kata nayla yang sudah duduk disebelah ku yang sudah rapi dengan mukena membalut tubuh.
"boleh nay, sini. Udah wudhu kan?" tanya ku.
"udah mbak, makasih ya mbak udah nurutin mau nay. Nay janji ini yang pertama dan terakhir kali nya nay minta di raya kan ulang tahun mbak" kata nayla dengan menundukkan kepala.
"nay, sini lihat mbak" kataku memegang kedua pundak adik bungsu ku itu dengan perasaan haru.
"nay mbak gapapa kok, mbak kerja emang buat adik-adik mbak. Buat nayla, mas ari, mas abi buat bapak sama mama juga. Walaupun belum maksimal, insyallah mbak berusaha yang terbaik buat keluarga kita. tapi kalau nay memang berfikir seperti itu mbak ana senang, karna arti nya adik mbak ini tabahnya luar biasa. Mbak gak minta apapun, cukup nay belajar yang rajin apapun yang terjadi kedepannya nanti. Nay ngerti kan maksud mbak?" kataku pada nayla dengan lembut.
"iyaa mbak, nay ngerti. Makasih ya mbak" kata nayla.
"sama-sama, yuk sholat azan nya udah selesai tuh" kataku sambil berdiri mengambil posisi untuk sholat.
Tepat setelah aku memakai jilbab, billy sampai di rumah dengan membawa lima buah boba drink dan juga dua bungkus martabak. Ia pun duduk diteras rumah bergabung dengan bapak dan suami dari riski sambil menunggu ku.
"mbak, abang billy udah dateng tuh didepan" kata nayla memeberi tahu kan padaku.
"oh iyaa biarin sebentar lagi selesai kok" jawab ku sambil menyelesai kan memakai kerudung.
"udah, yuk kedepan" kataku menggandeng nayla di tangan kanan.
"itu ana tuh" kata suami riski.
"kenapa?" tanyaku memasang raut penasaran.
"gapapa, lu kelamaan. Cowok lu udah lama nunggu" jawab suami riski membuatku memutar bola mata malas.
"baru juga sampai, ayok bil kita jalan. Jangan deket-deket jana ntar ketularan ngeselin" kataku membuat billy terkekeh.
"billy izin bawa ana keluar dulu ya pak?" kata billy yang langsung di angguki oleh bapak.
"pulangnya jangan larut ya nak, terimakasih cemilannya" jawab bapak membuat billy tersenyum dan menganggukan kepala.
Kami pun meninggalkan pekarangan rumah menggunakan motor billy, kami memilih menonton di mall cipi**** karna lebih dekat dari rumah ku.
"kita mau nonton apa yang?" tanya billy.
"komedi modern kali ya yang, baru tayang season dua nya kayanya. Kemarin kan kita nonton yang season satu" jawabku yang langsung di angguki oleh billy.
Ia langsung menukarkan tiket yang sudah aku pesan melalui online dengan tiket asli nya sambil membeli beberapa cemilan untuk kami.
"kita nunggu yang, masuk jam delapan kurang lima belas soalnya" kata billy menunjukkan waktu yang tertera di tiket.
"gapapa yang, masih dua puluh menit lagi" jawab ku dengan senyum mengembang.
Kami pun menghabiskan waktu sambil mengobrol, ia banyak menceritakan tentang pekerjaannya dan sesekali aku menanggapi.
Bersambung ....
tepat pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, aku dan billy memasuki studio teater. Tentu saja dengan membawa cemilan yang sudah di beli oleh billy.
Pukul sembilan tiga puluh film pun selesai. sebelum pulang ke rumah, kami menyempatkan makan malam di warung tenda pinggir jalan. Bukan karna tak bisa makan di cafe yang ada di dalam mall, hanya saja lebih enak makanan pinggir jalan menurutku. Lebih mengenyangkan.
"anaa, boleh aku bicara serius?" tanya billy disela-sela makan kami.
"boleh, bicara apa?" tanya ku mendongak menatap nya yg masih mengunyah nasi didalam mulutnya.
"sambil makan aja ya, ada sesuatu yang mau aku bilang sama kamu" katanya dengan nada sedikit serius.
"iyaaa bilang aja, aku akan dengar kan" jawab ku tersenyum.
"apa kamu serius dengan hubungan kita atau masih mau main-main ana? Mengingat umur kamu masih belasan tahun, sementara aku sudah hampir dua puluh lima" tanya nya membuatku tersendak.
aku pun bingung harus menjawab apa, bahkan aku bingung akan menjurus kemana pertanyaan yang billy lontarkan ini.
"maksud kamu nanya seperti itu apa? Kamu tidak yakin dengan aku, karna umur ku masih belasan ini?" aku bertanya balik pada nya yang langsung membuat nya menggelengkan kepala.
"tidak bukan begitu. Aku hanya memastikan, jika kamu mau serius maka aku siap melanjutkan hubungan kita ke tahap selanjutnya. Tapi andai kamu hanya ingin main-main, aku tidak bisa ana" jawab billy.
"tidak ada yang sedang bermain-main dalam hubungan ini billy, andai aku belum siap untuk kejenjang berikutnya bukan berarti pun aku tidak serius. Aku hanya akan berusaha menjaga hatiku, dan tidak mempermainkan hubungan kita. Jika kamu mau kita berkomitmen, mari kita berkomitmen untuk menjaga hubungan ini dan hati kita masing-masing. Tapi jika kamu mau buru-buru untuk melangkah ke jenjang berikutnya, aku tidak bisa billy." jawabku dengan nada serius pula.
"lalu kapan kamu siap ana?" tanya billy.
"aku tidak bisa memastikan billy, aku masih memiliki banyak tanggungan terutama pada adik-adikku yang masih sekolah dan memerlukan bantuan dariku" jawab ku menatap mata billy dengan berkaca-kaca.
"baiklah ana, aku percaya sama kamu. Mari kita berkomitmen menjaga hati kita masing-masing, dan aku akan menunggu hingga kamu siap menjalin hubungan dengan ku hingga kejenjang yang lebih serius lagi" katanya sambil mengenakan sebuah cincin emas yang dia ambil dari saku celana nya.
"i-ini apa billy?" tanya ku dengan wajah kaget.
"bukan apa-apa ana, ini hanya tanda jika kita berjanji untuk berkomitmen. Agar kamu ingat jika sudah ada aku yang mengikat komitmen kita" jawab nya dengan senyum lebar.
Aku pun tertawa kecil mendengar perkataan billy, rasa nya sangat tidak karuan. Kaget yang pasti, karna sebelumnya dia tak pernah berbicara hingga menjurus ke arah sana.
"baiklah, terimakasih. Ayo habiskan makanannya dan kita lekas pulang, sudah hampir larut" kataku yang langsung di angguki oleh billy.
Setelah selesai, billy membayar semua makanan kami. Ia juga membungkuskan pecel ayam untuk keluarga ku, kurang baik apa bukan.
Setelah sampai dirumah, ternyata pintu rumah masih terbuka lebar. Terlihat beberapa orang masih mengobrol di halaman depan rumah kontrakan berjejer itu.
"assalamualaikum" salam ku dan juga billy setelah sampai di halaman rumah.
"waalaikumsalam" jawab mama cepat yang sedang berada di depan tv.
"ayok masuk dulu" kataku meminta billy untuk singgah walau hanya sebentar.
"kalian sudah pulang, duduk dulu nak billy. Biar ibu panggil bapak dan buat kan minuman dulu" kata mama.
"terimakasih bu, gak perlu repot. Saya mau ketemu bapak saja, jika tidak keberatan" kata billy membuat mama menyeritkan kening, namun tanpa bertanya mama langsung menganggukan kepala dan memanggil bapak yang mengobrol dengan tetangga.
"ada apa nak billy?" tanya bapak sambil duduk di sebelah billy dengan raut wajah heran.
"tidak ada apa-apa pak, hanya saya mohon izin untuk menjalin komitmen dengan ana sebelum kami menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Maaf jika ini terkesan mendadak" kata billy membuat mama dan juga bapak saling berpadangan.
"maksudnya berkomitmen gimana ini nak? Apa secara tidak langsung kamu melamar anak bapak?" tanya bapak dengan nada sedikit tegas.
"belum pak, kami masih menjalin komitmen untuk serius kedepannya. Saya dan juga ana, akan saling menjaga hati kami. Anggap saja, kami berpacaran" jawab billy.
"hmmm bapak tau nak billy bermaksud baik, tapi apa tidak sebaiknya jika kalian tidak melakukan itu. Maksud bapak, takut jika nanti kalian justru kebablasan karna berfikir kalian sudah menjalin komitmen itu" jawab bapak.
"maksud bapak, jadi saya harus gimana? Saya dan ana saling mencintai pak, saya akan serius dengan ana hingga ana siap untuk saya pinang." jawab billy kembali membuat bapak menyeritkan kening dan menatap aku.
"jadi, ana yang belum siap untuk ke jenjang lebih serius?" kata bapak sambil menatap ku.
Aku pun menganggukan kepala sebagai tanda.
"jika begitu, bapak tidak bisa membiarkan kalian bersama. Maaf nak billy, sepertinya nak billy bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari anak bapak" kata bapak membuatku dan billy sama-sama terkejut.
"ma-maksud bapak?" tanya billy dengan gemetar.
"maaf nak billy, meskipun ana anak bapak. Tapi andai dia salah, bapak tidak akan membenarkan nya. Nak billy sudah benar mau menjalin hubungan serius dengan ana, tapi ana menolak dengan bahasa komitmen. Itu menurut bapak, salah!" jawab bapak dengan nada tegas.
Aku dan billy pun diam sambil menundukkan kepala.
"ana, apa yang kamu pikirkan ketika menolak niat baik billy?" tanya bapak pada ku.
"ana, ana masih muda pak. Ana masih mau kerja dan membantu adik-adik untuk sekolah hingga selesai, ana juga masih ingin membantu perekonomian keluarga kita" jawabku sambil menundukkan kepala.
"hanya itu?" tanya bapak. Aku pun menganggukan kepala sebagai jawaban.
"baik, kalau begitu. Nak billy, jika nak billy ingin serius dengan ana silahkan bawa wali nak billy untuk melamar anak bapak" kata bapak dengan raut wajah serius.
Aku dan billy sama-sama kaget dengan keputusan bapak.
"tapi pak,,,,"
"tidak ada tapi tapian ana. Dengar ana, sekolah adik-adikmu dan perekonomian keluarga kita itu tugas bapak sebagai kepala rumah tangga ana bukan tugas kamu. Nak billy sudah berniat baik untuk meminang kamu, kamu pernah dengar kan jika anak perempuan pantang menolak jika ada lamaran pertama kali datang" kata bapak membuatku terdiam.
"baik pak, billy akan bawa wali billy untuk datang melamar ana. Sebelumnya maaf pak, billy yatim piatu dan hanya tinggal dengan tante juga sepupu billy" kata billy membuat bapak menganggukan kepala.
"tidak apa nak, bapak akan terima siapa pun yang datang dengan nak billy nanti. Untuk hari nya silahkan kabari ana saja biar ana menyampaikan pada kami" kata bapak yang langsung di angguki oleh billy.
"baik bapak, terimakasih. Kalau begitu, billy pamit pulang. Hari sudah semakin malam, ini ada sedikit untuk adik-adik" kata billy menyerahkan bungkusan pecel ayam tadi pada bapak dan juga mama.
"terimakasih nak, dan hati-hati dijalan" jawab bapak ketika billy menyalami tangan nya dan juga mama.
Setelah billy berpamitan, aku pun mengantarkannya hingga sampai di motor yang terparkir tak jauh dari kontrakan.
"maaf ya ana, malah begini jadi nya?" kata billy dengan nada rendah.
"tidak apa bil, aku akan menerima keputusan bapak" jawabku dengan wajah tertunduk.
"ana, aku gak akan melarang kamu berbakti pada orangtua mu. Aku gak akan meminta kamu berhenti bekerja, kita akan berjalan bersama ana. Aku janji" kata billy menggenggam kedua tangan ku.
"apa kamu serius dengan apa yang kamu bilang billy?" tanya ku memastikan.
"iyaaa aku sangat serius, mungkin ini sangat terburu-buru untuk kamu yang masih belasan tahun. Tapi, aku mengerti. Aku akan mengimbangi kamu dalam hal apapun, ah yaa pegang ini" kata billy sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan dua buah kartu debit dari sana.
"apa ini?" tanya ku dengan bingung.
"ini atm gaji dan juga tabungan aku selama ini, kamu boleh pegang yaa" jawabnya dengan senyum lebar.
Aku pun kaget dengan apa yang di lakukan oleh billy, aku belum menjadi istrinya tetapi dia menyerakan semua uangnya padaku. Astagfirullah....
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!