Mahesa Hotel.
“Sudah waktunya makan siang Pak Raka!” Seorang pria jangkung berkacamata mengetuk meja kerja
untuk menyadarkan Raka yang sedang bekerja penuh konsentrasi.
“Tidak ada waktu untuk makan siang,” jawab Raka tetap dengan konsentrasinya.
“Tapi kalau Anda melewatkan makan siang lagi, Anda bisa pingsan lagi!”
Raka menoleh ke arah sekretarisnya itu.
“Daniel, memangnya aku selemah itu, gara-gara tidak makan siang terus pingsan?” tanya Raka dengan tatapan mata yang tajam.
“Bukan seperti itu Pak. Tapi nanti asam lambung Bapak naik lagi. Apa saya pesankan gofud aja ya?” tanya Daniel bersiap dengan ponselnya untuk memesan.
“Tidak usah. Kamu saja yang makan!” ucap Raka keras kepala.
Daniel menarik napas panjang menahan sabar menghadapi bosnya itu. Tidak ada cara lain lagi selain dia melaporkan ini pada orang yang ditakuti Raka.
“Saya akan menelepon Nyonya Sarah!” ancam Daniel.
Raka menggebrak mejanya dengan keras ketika mendengar perkataan Daniel.
“Daripada kamu menelepon nenek, kamu pesankan makan siang yang tidak mengandung santan!” ucap Raka. Daniel terkejut karena mengira kalau Raka akan memarahinya.
“Oke Bos!” sahut Daniel sambil tersenyum.
Daniel kemudian segera memesan gofud di aplikasi hijau. Ternyata membawa nama keramat itu berhasil membuat Raka patuh untuk mengisi perutnya.
Sebagai sekretarisnya, sudah menjadi tanggung jawabnya mengatur jadwal pekerjaan dan juga jadwal makannya selama bekerja. Sudah hampir lima tahun dia bekerja dengannya. Artinya Daniel sudah sangat paham watak dan karakter Raka. Apalagi Raka juga adalah teman sekampusnya dulu ketika di LA.
Pesanan gofud akhirnya datang. Daniel dengan cekatan mengaturnya di meja kemudian memanggil Raka.
“Pak Raka, makanannya sudah siap!”
Raka kemudian menghentikan pekerjaannya. Dia berjalan mendekat ke meja. Daniel sangat hapal apa yang menjadi makanan favorit Raka. Tetapi, sejak Raka sering pingsan karena kurang nutrisi dan gizi, Daniel harus ekstra memilih makanan untuk Raka.
“Kamu sudah seperti istriku saja!” ucap Raka sambil mengunyah makanannya tanpa selera.
“Jangan bikin aku mual Pak. Sejak kapan ada istri yang punya jakun gini,” sahut Daniel mengusap jakunnya yang seksi.
“Nasibku begini amat ya! Kerja bagai kuda buat keluarga tapi aku cuma duda,” keluh Raka.
“Makanya Pak, cari istri lagi!”
“Kamu pikir gampang cari istri!”
“Padahal kan ada Nona Arabella Pak,” ucap Daniel.
Raka kemudian menatap Daniel dengan sorot mata tajam. Dia paling benci dengan nama itu. Kenapa pula Daniel menyebut namanya.
“Maaf Pak! Saya cuma bercanda.”
Daniel menjadi gelagapan dan merasa bersalah karena dia sudah melupakan hal yang tabu selama dia bekerja dengan Raka.
“Aku sudah tidak punya urusan lagi dengan wanita itu. Kamu lupa kalau dia adalah orang yang menyebabkan Ajeng pergi ninggalin aku?”
“Iya Pak. Maaf. Aku kan tadi cuma becanda!” Daniel berusaha tertawa untuk menyembunyikan perasaaan bersalahnya.
Untungnya makanannya sudah separuhnya habis. Raka sepertinya sudah kenyang dan tidak berselera untuk menghabiskan makananya. Raka kemudian kembali lagi meja kerja dan melanjutkan pekerjaannya. Daniel menghela napas dan segera membersihkan bekas makan siangnya Raka.
“Punya mulut kenapa gak bisa disaring!” gumam Daniel sambil memukul mulutnya sendiri. Dia memang kurang peka. Padahal dia sudah cukup lama bekerja untuk Raka. Tetapi dia sering lupa dan tidak sengaja membuka kembali ingatan Raka.
***
Bandara Soekarno Hatta.
Beomsik berada di Jakarta setelah menempuh penerbangan selama berjam-jam dari LA. Kedatangannya ke Indonesia adalah untuk urusan bisnis dan sekalian ada sesuatu yang ingin ia lakukan di sini. Apalagi kalau bukan berniat untuk menemui Arya, abangnya Ajeng.
Dia pergi sendiri dan sempat memberi tahu Ajeng. Tentu saja awalnya Ajeng keberatan karena dia berangkat tanpa dirinya. Jadwal syuting Ajeng yang padat tidak bisa menemani Beomsik pergi ke Jakarta. Beomsik pun tidak keberatan jika ia harus pergi sendiri. Lagipula, ada sesuatu yang ingin dia pastikan di Jakarta tanpa sepengetahuan Ajeng.
Dari bandara, Beomsik menuju sebuah hotel diantar oleh taksi. Sampai di depan hotel, ia turun dan menatap lobi hotel dengan tatapan serius. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam hotel.
Sebagai orang yang berpengaruh, bukan pekerjaan sulit untuk mencari latar belakang Ajeng Agustina. Beomsik penasaran bagaimana kehidupan Ajeng sebelum bertemu dengannya. Maka sampailah ia di hotel Mahesa. Hotel yang dimiliki oleh mantan suaminya Ajeng.
Ajeng tidak pernah terbuka dan bercerita panjang lebar tentang mantan suaminya. Dia hanya bercerita kalau mantan suaminya itu adalah anak dari pengusaha hotel. Ajeng sangat enggan untuk menceritakan sosok mantan suaminya itu pada dirinya. Beomsik pun menghargai apa yang menjadi pilihan Ajeng. Mungkin ada alasan lain kenapa Ajeng tidak sepenuhnya menceritakan siapa sosok mantan suaminya itu.
Sampai di lobi hotel, Beomsik mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut lobi hotel. Hotel yang unik, tetapi Beomsik menilai kalau hotel Mahesa tidak lebih dari hotel Daehan milik keluarganya di Seoul Korea. Ia menebak kalau hotel Mahesa tidak akan bisa bertahan lama selama beberapa tahun ke depan. Secara diam-diam, Beomsik memang sudah menyelidiki sampai jauh.
“Selamat siang Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis hotel menyapa Beomsik.
“Suite room atas nama Kim Beomsik!”
Resepsionis kemudian dengan cekatan mengecek data di komputernya untuk memastikan reservasinya. Sambil menunggu kunci kamarnya, Beomsik mengawasi situasi lobi hotel. Tak lama kemudian, dia mendengar seseorang memanggil Raka.
“Pak Raka, tunggu!”
Beomsik kemudian melihat ke arah suara. Dia melihat dua orang pria berjalan menuju keluar lobi hotel. Beomsik memperhatikan pria yang berjalan paling depan. Dia lah Raka Mahesa. Pria yang memang hanya pernah ia lihat di foto yang anak buahnya kirim.
Beomsik menatapnya dari kejauhan dengan tatapan sinis. Mantan suami Ajeng itu memang terlihat menawan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sekilas ia juga melihat wajah Raka yang terlihat berbicara serius dengan pria yang bersamanya. Wajahnya memang sangat tampan seperti seorang idol. Rahangnya begitu tajam serta perawakan badan nya yang tinggi atletis. Tetapi Beomsik merasa dirinya lebih kekar dan berotot. Raka terlihat kurus dan tidak meyakinkan kalau dirinya adalah pria yang kuat.
“Silakan Tuan Kim. Ini kunci kamar Anda!”
Beomsik menerima kuncinya dan segera menuju pintu lift. Seorang bellboy membawakan koper-kopernya. Beomsik belum menghubungi Ajeng. Tetapi karena perbedaan waktu di Jakarta dan LA, Beomsik lebih memilih mengirim chat mengabarkan kalau dia sudah sampai di Jakarta.
Sampai di kamarnya, Beomsik menelisik setiap sudut kamarnya. Dia seperti mencari celah kekurangan yang ada di hotel itu. Beomsik hanya manggut-manggut melihat isi kamarnya yang cukup lumayan untuk ukuran suite room.
Dia merapihkan pakaiannya ke dalam lemari. Dan menata barang-barangnya di kamar. Rencananya dia akan menginap selama beberapa hari di sini. Tentu saja, banyak hal yang ia rencanakan di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments