"Lotus maaf, tapi hasil test menunjukkan bahwa bukan kau yang berhak mengikuti olimpiade tahun ini"
Lotus melunturkan senyum nya begitu mendengar penuturan wali kelasnya. Gadis itu kemudian memandang wanita berambut pendek itu dengan wajah terluka. Apa yang dia dengar bagai sebuah lelucon untuknya.
Bagaimana bisa? Tidak ada yang mampu menyaingi dirinya selama dua tahun terakhir. Dan dia sudah berjuang keras untuk bisa mengikuti olimpiade tersebut. Dia sudah menghabiskan banyak waktu dan mati-matian belajar. Mengabaikan ajakan main dari teman-temannya juga godaan untuk bermalas-malasan.
"Apa ibu bercanda?" Tanya Lotus lirih, mencoba memastikan apa yang dia dengar sebelumnya. Karena demi tuhan, ia sama sekali tidak percaya.
Wali kelasnya meraih lengan mungil Lotus dan sedikit meremasnya. Berupaya menenangkan, karena ia tahu, murid kesayangannya itu pasti sangat terpukul. Dia tau seberapa keras usaha muridnya.
"Sayangnya ibu sedang tidak bercanda, jangan terlalu kecewa ya, ibu tau kau sudah berjuang dengan sangat keras untuk test itu. Nilai mu pun nyaris sempurna. Kau benar-benar gadis yang pintar. Masih banyak kesempatan dan peluang lainnya untuk mu"
Lotus tersenyum getir. Bagaimana mungkin ia tidak terlalu kecewa, dia tidak membutuhkan pujian sebagai validasi usaha dan kerja kerasnya selama ini, yang dia butuhkan adalah mengikuti olimpiade dan mendapatkan beasiswa kuliah di Eropa itu adalah impian terbesarnya. Dia rela kehilangan momen dan menukar masa remajanya dengan belajar, belajar, belajar dan belajar! Rela hanya tidur selama empat jam dalam sehari.
"Lalu siapa yang mendapatkan nilai tertinggi dalam test itu?" Suaranya terdengar bergetar karena kemarahan. Masih belum menerima.
"Elion.... Teman sekelas mu, dia mendapatkan nilai sempurna" Jawab wali kelasnya dengan nada tidak enak, dia juga bingung bagaimana Elion bisa mendapatkan nilai sempurna dalam test terbuka untuk olimpiade sedangkan dia sendiri selalu mendapatkan ranking terakhir di angkatan.
Semua guru ragu mengirimkan Elion ikut olimpiade, mengingat lelaki itu tidak pernah mendapatkan nilai bagus. namun sesuai aturan yang telah ditetapkan. Siapapun murid yang mengikuti test dan mendapatkan nilai tertinggi adalah murid yang berhak menjadi perwakilan sekolah. Hal itu tidak bisa di tawar lagi.
Mata Lotus seketika terbelalak lebar mendengar nama Elion di sebut.
Si cupu itu? Yang benar saja! pasti ada kesalahan pikirnya tidak terima.
Sedetik kemudian gadis itu tertawa ringan.
"Tidak mungkin bu!" Katanya meremehkan. Namun Lotus dapat melihat raut muka serius wali kelasnya tidak berubah.
Lotus tersenyum sinis, dia menunduk hormat dan pamit keluar dari ruang guru dengan kedua tangan terkepal, rahangnya mengeras dengan nafas tersengal. Dia ingin menjerit atau membanting apapun sebagai pelampiasan amarahnya.
Bagai kehilangan seluruh harapan hidupnya, Lotus merasa hancur berkeping-keping! Dia ingin lari sejauh mungkin dari rumahnya yang lebih terasa seperti neraka! Dia ingin mengejar mimpinya tinggal di luar negeri dan kuliah disana.
Tapi semuanya gagal, harapannya untuk mendapatkan beasiswa ke Eropa dirampas oleh Si cupu Elion.
Haruskah ia berbuat jahat dengan merencanakan skenario mencelakakan lelaki sialan itu?
Kenapa hasil usahanya yang begitu keras bisa gagal! Lelaki itu pasti menggunakan cara licik. Karena semua orang tau dia sangat bodoh.
Lotus berjalan menghampiri Elion yang sedang duduk di dalam kelas sendirian. Lelaki itu duduk di bangku paling belakang, dan sedang membaca sebuah buku. Berkali-kali lelaki itu membenarkan kacamata besarnya yang melorot. Lihatlah betapa bodoh dan terlihat konyolnya dia!
Lotus memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sekarang, dia menyesal pernah membela dan berada di pihak pria itu ketika ia mendapatkan perundungan dan ditindas oleh teman-temannya. Lelaki itu memang pantas ditindas.
"Ada apa ya?" Tanya Elion bingung dengan suara pelan dan ragu. Matanya berkedip beberapa kali dengan cepat begitu menyadari keberadaan Lotus di dekatnya.
"Kenapa kau ikut test terbuka olimpiade?" Tanya Lotus berusaha mengontrol suaranya.
Elion tidak berpikir bahwa Lotus datang bersama kemarahannya, jadi dia menjawab dengan polos. "Ummm itu karena aku ingin mendapatkan beasiswa yang ditawarkan. Kau juga ikut kan? Hasil tesnya keluar kapan ya?"
Emosi Lotus semakin menggelegak begitu mendengar celetukan Elion yang polos dan terdengar seolah sedang mengejek dirinya yang terkalahkan oleh laki-laki cupu itu.
Tanpa ditahan-tahan Lotus menarik kerah baju Elion dan menampar pipi laki-laki itu dengan kekuatan penuh. Kacamata pria itu sampai terlepas dan jatuh di bawah kaki Lotus. Dia menyalurkan kekecewaanya dengan puas.
Lotus menginjak kacamata besar itu hingga patah dan pecah berkeping-keping. Tidak peduli meskipun harga kacamata minus itu mahal.
"Hasil tesnya sudah keluar bodoh! Selamat kau yang berhak menjadi perwakilan sekolah kita. Sekarang katakan kepadaku cara licik apa yang kau lakukan hingga bisa mendapatkan nilai sempurna!" Ucap Lotus kasar dengan nada yang tinggi. Mengundang perhatian teman-temannya yang sedang berada di luar, tepatnya di lorong kelas. Mereka mendengar suara keras Lotus lalu tertarik untuk masuk dan menonton sebuah pertunjukan.
Bagi mereka itu sangat menarik, karena Lotus dikenal sebagai gadis yang tenang dan jarang marah. Dia juga satu-satunya murid yang mau berteman dengan Elion. Atau lebih tepatnya malaikat pelindung si cupu dan si jelek Elion. Tetapi kali ini berbeda, dia sedang memarahi pria itu habis-habisan dan mempermalukannya.
Eliin meringis merasakan sengatan rasa perih dari pipinya. Dia yakin pukulan Lotus pasti meninggalkan lebam keunguan di wajahnya.
"Kau pria lemah, bodoh, gendut dan menjijikkan! Bagaimana mungkin kau bisa menjadi perwakilan sekolah!! Kau pasti curang!" Teriak Lotus.
"Akan ku pastikan kau menyesali semua perbuatan mu bodoh! Kau akan menderita dan menyesal sekolah disini sialan!" Kali ini Lotus kehilangan kontrol dirinya, suaranya bergetar dan pandangan matanya buram oleh air mata.
Dia menghempaskan cengkramanya pada kerah kemeja Elion dan berlari meninggalkan pria itu, juga kerumunan teman-temannya yang menonton.
Dia berlari menuju kamar mandi dan bersembunyi disana, mengunci dirinya sendirian.
Berkali-kali dia berusaha meyakinkan dirinya untuk tegar dan tidak boleh menunjukkan sisi rapuhnya kepada siapapun namun ia tidak mampu.
Hari ini adalah hari yang paling buruk yang Lotus alami dalam hidupnya. Dia kehilangan harapan untuk mendapatkan beasiswa dan kesempatan pergi dari rumahnya yang selalu terasa seperti neraka bagi dirinya setiap hari sejak kematian ibunya. Dia tidak ingin tinggal selamanya bersama ayahnya yang seorang pengangguran, pemabuk dan juga pemarah.
Dia merasa berhak marah kepada Elion dan menganggap pria itu benar-benar melakukan perbuatan licik. Elion telah membuat perjuangannya selama dua tahun terakhir belajar mati-matian terasa sia-sia. Lotus bahkan mengabaikan kesehatan fisiknya dan menekan dirinya terlalu keras untuk meraih mimpi dan ambisinya. Dia merasa pergi ke luar Negeri adalah sebuah harapan supaya bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan bahagia dari saat ini.
Namun ternyata, bukan takdirnya.
Lotus duduk di atas closet dan menaikan kakinya, dia menyembunyikan wajahnya di antara lutut lalu menangis sejadi-jadinya. Suaranya terdengar begitu menyedihkan, dipenuh sesak.
Darah juga turut keluar dari hidungnya, tapi gadis itu tidak peduli.
Dia mengutuki dirinya sendiri berulang-ulang dan berjanji akan menyakiti Elion kemudian membuatnya menderita sama seperti dirinya.
To be continued.......
Tujuh tahun kemudian........
"Eh.... Tau gak?!?!" Ucap Lewly dari bagian social media spesialiast menarik atensi hampir semua karyawan di divisi pemasaran.
Sungguh kalimat pembuka gosip yang sangat baik Lewly.
"Dari gosip yang beredar, direktur eksekutif yang baru itu masih muda dan ganteng foll!" Ujarnya penuh semangat.
"Benar, katanya sih dia lulusan universitas terbaik di Eropa"
"Ih gila cuy! pasti tajir melintir sampai bisa jadi direktur di usia muda terus lulusan universitas terbaik di Luar gitu"
"Iyalah gila, trus katanya mukanya kaya model gitu, lebih cocok jadi aktor gitulah"
"Dia pria yang seksi"
"Kaya di film aja ya"
"Kaya Mr.grey juga jangan-jangan?"
"Tapi kayaknya enggak, mukanya lebih ke Asia gitu, kaya businessman di drakor palingan atau dracin kalo lihat di profil social media nya perusahaan"
"Tapi emang ganteng banget sih cuy gila!!"
"Ih penasaran banget pengen cepet liat langsung!"
"Bakalan semangat kerja dong kalo beneran seganteng itumah, sempurna banget gak sih? Masih muda, karier nya gemilang, trus ganteng. Kurang apa coba?"
"Uh, hebat. Bikin iri saja"
"Iyakan? tapi dari gosip yang beredar sih katanya dia galak sama tegas gitu. Takutnya dia ngerombak ulang seluruh manajemen. Trus ngelakuin pemecatan karyawan"
"Ih serem banget, Semoga enggak ada"
"Tenang aja, meskipun gosip itu beneran. Yang di pecat paling yang bermasalah doang kok"
"Sempurna kaya gitu, apalagi ganteng pacarnya biasanya ganteng juga!"
Lotus memutar bola matanya dengan malas mendengar percakapan rekan-rekan kerjanya yang malah bergosip dari meja kubikelnya masing-masing dengan suara kencang, sungguh sangat menganggu konsentrasinya dalam mengerjakan laporan. Apakah mereka tidak ada tugas? Karena Lotus sendiri mengejar deadline untuk nanti siang.
Mulut mereka benar-benar berisik.
Demi tuhan ini masih jam delapan pagi. Dan mereka sudah menghabiskan banyak energi untuk bicara alih-alih bekerja, ya Lotus akui topik tentang pria tampan dan seksi memang topik paling menyenangkan untuk di bahas.
Tapi jika tidak ingin di pecat harusnya mereka lebih giat bekerja.
Divisi pemasaran memang lebih santai dan bebas jika di bandingkan divisi lain yang hening saat bekerja. Divisi pemasaran selalu ramai oleh perdebatan project atau event pemasaran beserta ide gilanya dan yang paling sering karena gosip murahan kantor.
Lotus sama sekali tidak menimbrung dalam percakapan tersebut dan hanya mendengarkan poin utama yang di bicarakan saja. Ada direktur eksekutif baru yang katanya masih sangat muda, tampan, dan juga hebat. Apa hebatnya? Menjadi direktur eksekutif tidaklah mudah, apalagi jika dari kalangan biasa. Jelas pria itu mempunyai privilage.
Lotus mengambil Headset dari laci meja, kemudian menyumpal telinganya agar merasa tidak terganggu, ia mendengarkan lagu-lagu dengan volume tinggi hingga suara di sekitarnya tidak terdengar lagi. Baginya, lebih baik dia mendengarkan lagu atau instrumen musik yang bisa membuatnya relaks. Alih-alih meminta mereka untuk berhenti bicara. Karena mereka semua tidak akan terima.
Oh ya, Sepertinya hanya ia yang sibuk berkutat dengan laporan. Yang lain terlihat begitu santai. Lotus mendumal dalam hatinya sambil mengerjakan tugasnya dengan sangat serius. Manajer Nia memang pilih kasih.
Baru sekitar pukul sepuluh, Lotus mengalihkan perhatiannya dari layar komputer, dia berhasil menyelesaikan laporannya, tinggal mengecek ulang dan merevisinya sebelum menyerahkannya pada manajer Nia.
Sebenarnya membuat laporan tidak terlalu sulit, sudah ada format dari laporan yang sebelumnya. Dia hanya tinggal mengubah beberapa bagian sesuai data bulan ini tetapi perlu sangat teliti dengan data yang di input.
Lotus melepas headset yang menyumpal telinganya lalu merenggangkan ototnya yang terasa kaku, ia menghela nagas lega, namun segera berganti dengan kerutan dalam di keningnya saat menyadari bahwa ruangan kosong dan tidak ada siapapun disana selain dirinya.
Kemana perginya orang-orang?
Ini belum jam istirahat. Dan kenapa mereka pergi begitu saja tanpa memberi tahu dirinya.
Dengan sedikit panik dan juga penasaran Lotus beranjak pergi untuk mengintip ruangan lain.
Semua sama, kosong.
Lotus terlalu tenggelam dalam melakukan pekerjaannya hingga tidak peka dengan sekitar. Dan rekan kerjanya adalah orang jahat yang tidak solid kepadanya. Keterlaluan. Dia di tinggalkan kemana? Bisa-bisanya dia di biarkan begitu saja.
Lotus berpikir jauh, apakah ada sesuatu? Atau sebenarnya ada musibah sehingga i di tinggal. Bagaimana kalo tadi ada sirene kebakaran atau ada bom di kantornya hingga semua orang berlari keluar meninggalkan dirinya sendirian.
Ini salahnya karena terlalu fokus. Dan membiarkan telinganya dipenuhi lagu.
Benar kata orang-orang. Jangan terlalu keras dalam bekerja, jika ia meninggal, perusahaan bisa saja mencari karyawan baru. Yang rugi hanya dia.
Lotus mengambil ponselnya dan menelpon manajer Nia dengan wajah pucat.
Beruntung atasannya itu mengangkat nya dengan cepat.
"Halo Lotus? Kenapa menelpon?" Teriak suara di seberang sana, Lotus dapat merasakan suasana disana sedikit gaduh. Jadi manajernya itu mengeraskan suaranya.
"Manajer, kemana perginya semua orang? Aku berada di ruangan sendirian" Ucapnya dengan mata yang hampir berkaca-kaca karena emosional. Jujur, ia takut.
"Hah apa katamu?"
"kemana perginya semua orang? Aku berada di ruangan sendirian. Di tinggalkan" Ulang Lotus penuh penekanan. Gadis itu berlari kearah tangga darurat. Dia benar-benar berpikir dalam bahaya.
"Kita semua sedang di aula kantor. Kan tadi ada perintah semua karyawan harus berkumpul. Kau tidak mendengar hah? Pasti kau memakai headset dengan volume kencang seperti biasa!! Astaga Lotus, sudah ku bilang itu tidak baik! Sekarang cepat ke aula sebelum acara dimulai, gara-gara volume terlalu kencang kau bahkan tidak mendengar pengumuman dari speaker. Padahal tadi sangat gaduh. Perhatikan kesehatan telinga mu, jika kamu budeg, kurang mendengar, bagaimana? Sudah berkali-kali aku peringatkan. Sayang sekali kalo bude—"
Lotus mematikan sambungan telepon secara sepihak, ia tak ingin mendengar lebih banyak omelan dari manajernya itu. Jangan heran, mereka memang berhubungan cukup dekat dan Lotus memang biasa mendapatkan wejangan-wejangan gratis dari nyonya Nia atasannya.
Menghembuskan nafas lega, Lotus lalu tersenyum konyol. Dia berpikir akan mati tadi. Dipikir-pikir lagi ia memang bodoh sekali.
Dia mengangkat tinggi-tinggi roknya yang ketat dan sebatas lutut. Hingga bisa berlari sekencang mungkin menuju aula kantor dengan sepatu berhak tingginya hampir saja ia tersandung dan jatuh tetapi untungnya tidak. Dan lebih untung lagi tidak ada yang melihatnya.
Sesampainya di aula ia meringis melihat di dalam aula sudah sangat ramai di penuhi para karyawan dari berbagai divisi.
Lotus melirik kanan kiri seperti orang linglung untuk menemukan orang-orang dari divisi pemasaran, lalu tersenyum begitu menemukan Lewly yang melambaikan tangan kearahnya.
Gadis itu berjalan menghampiri Lewly, ia dihadiahi cubitan pada lengannya dari manajer Nia yang juga berada disana.
"Aduhh!! sakit!" Rengek Lotus sambil mengusap bekas cubitan maut dari manajer Nia. Percayalah cubitannya tidak pernah main-main. Seperti di capit kepiting.
"Gadis satu ini! Aku memang menyuruh mu untuk menggarap laporan dengan cepat. Tapi bukan berarti kau mengabaikan hal lain. Sampai tidak mendengar pengumuman. Jika ada bencana, kau sendirian terjebak di gedung, di tinggalkan orang lain. bisa mati kau!"
"Ini salah Lewly, tega meninggalkan ku! Dan yang lain, tidak ada yang solid!"
"Heh, menyalahkan ku! Mana ku tau kau tak mendengar pengumuman! lagi pula semua orang langsung pergi kesini dan membuat keributan. Kau saja yang benar-benar budeg!! Memakai headset tidak pernah kira-kira. Itu berbahaya bodoh!"
"Ya itu semua salahmu sendiri, jangan menyalahkan orang lain Lotus" Peringat manajer Nia. Kepada gadis yang dikenal workaholic dan tidak menyenangkan itu.
Lewly memiringkan wajahnya lalu menjulurkan lidahnya merasa menang atas Lotus.
Sedangkan Lotus melotot dan mengangkat lengannya tinggi-tinggi bersikap seolah akan memukul gadis itu namun di tahan oleh manajer Nia. Agar keduanya tidak banyak bertingkah, apalagi acara sudah mau dimulai.
Di depan perwakilan dari founder sedang melakukan sambutan dan pembukaan secara langsung kepada seluruh karyawan.
Sebenarnya para karyawan di kumpulkan bukan untuk acara besar, melainkan mereka berkumpul hanya untuk perkenalan resmi direktur eksekutif baru yang akan memperkenalkan dirinya dan menyampaikan visi misinya serta gambaran program kerjanya.
Semua akan bekerja di bawah direktur, jadi tentu saja harus mengenal sosoknya.
"Dari kapan berkumpul? Apa sudah lama?" Bisik Lotus pada Lewly.
"Mungkin ada sekitar tiga puluh menit" jawab gadis itu, turut berbisik.
Lotus meringis, sudah lama juga ternyata dia ditinggal sendirian di ruangannya. Tau begitu, lebih baik dia tidur saja tidak usah menyusul. Tapi mungkin nanti manajer Nia akan mengomelinya lebih parah.
Lotus kemudian mengangguk paham pada Lewly dan mengalihkan pandangannya untuk menatap lurus kedepan. Ke podium tempat perwakilan founder yang sedang berorasi.
Lewly memiringkan kepalanya dan berbisik lagi kepada Lotus. "Aku tidak sabar melihat direktur eksekutif muda yang baru, benarkah setampan itu?Tadi pagi katanya dia memakai mobil Audi sport, keren sekali bukan!!!"
Lotus sama sekali tidak menanggapi ucapan gadis itu, dia tetap fokus mendengarkan kata-kata perwakilan founder di depan sana. Menurutnya pria itu sangat keren meskipun sudah agak berumur.
"Jadi seperti yang kita semua ketahui, bahwa direktur eksekutif sebelumnya telah meninggal, dan posisi itu telah kosong selama kurang lebih satu tahun. Saya sebagai perwakilan yang turun langsung untuk meng-cover tugas direktur eksekutif, dan selama itu pula saya mengalami berbagai kendala yang sulit. Tidakkah mudah untuk menemukan seseorang yang berkompeten tinggi untuk mengisi kekosongan. Maka dari itu sesuai prosedur perusahaan dan aturan yang berlaku, maka posisi ini di percayakan kepada saudara Josha Elion Adhikara, saya percaya dia dapat mengatur dan mengawasi jalannya manajemen perusahaan dengan baik. Maka dari itu kepada saudara Josha dipersilahkan...." Ucap sang perwakilan founder panjang lebar, dia memberikan gesture perintah maju ke podium kepada seseorang.
Lotus langsung membulatkan matanya tak percaya mendengar nama Elion di sebutkan. Elion? Josha Elion katanya? Bukan Elion yang itukan? Temannya semasa sekolah dulu. Lotus masih sangat mengingatnya.
Lotus mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian menguceknya pelan untuk memastikan begitu melihat seorang pria bertubuh tinggi dan ramping berotot dengan setelan hitam dan rambut pirang gelap berjalan menuju podium.
Dia tidak seperti sosok Josha Elion yang dulu Lotus kenal. Apakah Elion yang itu? Tapi rasa-rasanya tidak mungkin. Memang ada berapa Elion di dunia ini? Tapi kenapa namanya sangat sama, bahkan nama depannya!
Lotus sangat menyesal karena jarak mereka terpaut cukup jauh, ia berada di barisan paling belakang dan tubuhnya pendek. Jadi ia harus sedikit berjinjit. Dan matanya minus.
Jadi ia hanya bisa mendengus.
Seperti apa wajahnya? Melihat dari postur tubuhnya sih jelas pria itu memiliki proporsi yang ideal. Tubuhnya tinggi dan dia sangat menakjubkan dengan potongan setelan jasnya yang indah.
Para gadis berseru girang dan heboh membicarakan direktur eksekutif baru itu dengan terang-terangan dan tanpa di tahan-tahan. Mereka menyukai visual boss baru mereka.
Lotus sendiri merasa tegang dengan pikiran terus bertanya-tanya.
"Halo, selamat siang semuanya, seperti yang sudah kalian dengar, saya adalah direktur eksekutif kalian yang baru" Sapa Elion dengan suara bass-nya yang begitu tegas ketika sudah sampai di podium. Wajahnya menunjukkan keseriusan.
"Mulai hari ini, saya bertanggung jawab atas mengatur keselurahan manajemen perusahaan. Dan saya akan melakukan yang terbaik semampu saya. Saya akan mulai melakukan evaluasi serta pembaharuan sistem terdahulu agar berjalan lebih efektif kedepannya dan mohon untuk kerja samanya. saya tidak akan segan untuk memberikan sangsi dan memecat siapapun yang membelot, menghalangi, curang ataupun tidak sesuai dengan aturan perusahaan. Dan nanti saya akan melakukan diskusi dengan para ketua divisi. Sekian perkenalan dari saya, ada yang ingin ditanyakan?"
Hampir semua orang menahan nafasnya mendengar penuturan direktur eksekutif mereka yang baru. Ia memang masih muda dan tampan, namun dari gaya bicaranya yang keras serta wajahnya yang dingin dapat di simpulkan bahwa pria itu bukanlah orang yang mudah di dekati. Raut wajahnya pun tampak dipenuhi keangkuhan dan aura tidak menyenangkan.
Perkenalannya pun langsung pada inti, dia tidak menceritakan apapun tentang dirinya sendiri sama sekali.
Tidak ada yang berani membuka mulut mereka sekalipun para manajer senior. Padahal banyak sekali yang penasaran dengan sosok Elion itu. Mereka bungkam enggan menanyakan apapun karena lebih baik bertanya di forum diskusi alih-alih mendapatkan perhatian dari semua orang. Apalagi wajah Elion sangat jauh dari kata ramah.
Pria itu mengeluarkan aura gelap seperti siap bertarung. Dominasinya terlalu kuat. Perwakilan dari founder pun tidak berbicara lagi.
"Jadi tidak ada pertanyaan?"
Elion mengangkat alisnya ketika semua karyawan bungkam.
Namun, disisi paling ujung sekelompok gadis dari departemen pembelanjaan berbisik-bisik hingga membuat Elion tampak tidak senang
"Kalian yang diujung mengapa ribut-ribut? Apakah kalian mendengarkan? Atau ada yang ingin di tanyakan?" Tanyanya serius.
Para gadis itu diam saja, mereka terkejut.
"Sebaiknya kalian memiliki sikap menghargai seseorang ketika ada yang berbicara! Apakah kalian tidak diajari etika dasar itu?" Ujarnya sarkas.
"Kalo tidak ada pertanyaan setelah ini kita langsung melakukan diskusi" tutupnya padat dan singkat.
Semua karyawan langsung bubar dan pergi ke ruangannya masing-masing. Lotus melakukan hal yang sama namun dengan berjuta pertanyaan di kepalanya.
"Elion ya?" Bisiknya lirih. Mendengar suara pria itu seolah melempar ingatannya ke masa lalu.
Apakah itu Elion yang dia pikir? Kalo ia mengapa banyak sekali berubahnya. Bahkan suaranya pun ikut berubah, dia lebih kuat dan tajam. Seperti versi lain.
Tetapi tidak mungkin jika itu Elion yang sama dengan yang dia pikirkan.
Lotus mengedikan bahunya dan berjalan lebih cepat meninggalkan aula.
jika benar itu Elion, Maka ia merasa malu karena dulu pernah terlibat dalam kasus perundungan terhadap pria itu. Dan sekarang ia telah menjadi direktur eksekutif? Hah yang benar saja, dunia memang bercanda ya? Jadi sebisa mungkin ia menyembunyikan dirinya agar tidak terlihat di mata pria itu. Sembari memastikan, Karena tidak mungkin ia Elion si gendut,culun, jelek, miskin dan bodoh teman sekelasnya semasa sekolah menengah atas.
***
"Hari pertama, perkenalan pertama, sudah membuat semua orang lihat sifat kamu yang galak" Ucap perwakilan founder hari ini yang tidak lain adalah kakaknya sendiri, Bagaskara. Pria itu menghampirinya dan tersenyum tipis.
Membuat Elion terpaksa mengalihkan pandangannya dari seorang gadis berambut cokelat keemasan yang di potong pendek kepada Bagas. Namun dia segera kembali memperhatikan gadis yang memakai blouse putih dan rok sebatas lutut itu dengan seksama.
Gadis itu adalah gadis yang mengangkat roknya tinggi-tinggi sambil berlari ke aula dengan memakai sepatunya yang tinggi tadi. Elian tidak sengaja melihatnya lalu tersenyum geli. Bagaimana bisa?
Gadis itu bahkan hampir beberapa kali tersandung dan jatuh tapi tetap berlari kencang. Dia sangat konyol, minusnya adalah tidak disiplin.
Entah kenapa wanita itu sangat mirip dengan seseorang. Sekelebat bayangan wanita berambut panjang dan ambisius melintas di benaknya.
Elion mengerutkan keningnya dengan dalam.
Para karyawan sudah meninggalkan Aula, Elion dan Bagas masih berdiri disana.
"Terimakasih karena kau mau kembali dan mengambil andil di perusahaan. Kau tidak boleh menghindar lagi Liyon. Ini memang sudah hak mu"
Pria itu hanya menghela nafasnya pelan, sebenarnya dia tidak tertarik untuk menerima jabatan direktur eksekutif yang di percayakan ayahnya. Dia tidak pernah ingin menjadi bagian keluarga Adhikara, juga menjadi ahli waris kedua setelah kakaknya. Tapi ayahnya memaksa, ibunya turut membujuknya, hingga akhirnya dia mengalah, lagi pula Bagas menunjukkan sikap peduli kepadanya dan juga ibunya. Hingga membuatnya perlahan luluh.
Dia sudah terlanjur nyaman dengan kehidupanya yang sederhana sebagai anak istri kedua Adhikara, yang disembunyikan dan jauh dari sorotan publik.
Meski begitu tuntutan keluarganya sangat tinggi hingga mau tidak mau menjadi tanggung jawabnya, hal itu turut mempengaruhi kepribadianya hingga bertumbuh menjadi pria yang berwatak lebih kuat dan keras.
"Ya, mulai sekarang aku tidak akan menghindar. Jangan halangi aku untuk mengatur semuanya. Termasuk membuang orang-orang yang tidak penting di perusahaan"
Bagas menipiskan bibirnya, lalu mengikuti arah pandangan Elion yang tidak kunjung lepas dari seorang gadis berambut pendek.
"Terserah kau, selagi masih masuk akal"
To be continued.....
Lotus berlari sekuat tenaga dari halte bus ke gedung kantornya. Penampilan terlihat kusut dengan tangan yang penuh dengan barang bawaan, map-map tebal yang ia peluk dengan tangan kirinya, lalu tangan kanannya memegang paper bag berisi roti dan kopi paginya, sedangkan di bahunya tersampir tas yang berukuran cukup besar.
Dia terlambat bangun pagi karena mengantuk. Semalam dia maraton menonton serial televisi Amerika yang sedang naik daun, hingga menyebabkan ia tidak sempat sarapan meskipun hanya secuil.
Lalu, dia harus mengejar jadwal berangkat bus dan absensi kantor yang ketat. Terlambat tiga menit bisa mempengaruhi nominal gajinya. Lotus tidak ingin gajinya yang hanya sebatas UMR itu di potong, jadi dia berusaha semaksimal mungkin untuk sampai di kantor tepat waktu. Dan Lotus merasa beruntung begitu sampai lalu melihat target waktu.
Oke dia masih aman. Batinnya
Petugas keamanan dan resepsionis menyapanya dengan begitu ramah. Lotus membalasnya dengan mengangguk sopan dan tersenyum.
Ia buru-buru mendekati lift yang pintunya baru saja tertutup. Kemudian memencet tombol, berharap pintunya dapat terbuka kembali, tetapi sayang dia sudah sangat terlambat.
Lotus mendengus kesal dan melirik lift lainnya yang dipergunakan khusus hanya untuk petinggi perusahaan, karyawan biasa sepertinya dilarang mempergunakan lift itu. Dia juga tidak pernah melakukan hal tersebut. Tapi siapa peduli? Toh sedang tidak ada yang memakainya untuk saat ini. Jika ia menunggu lift karyawan ia akan terlambat mengisi absen.
Lotus tersenyum miring, ia menekan angka lima untuk menuju lantai kerjanya. Setelah pintu lift terbuka Lotus memasuki lift masih dengan nafasnya yang tersengal karena lelah telah berlari. Gadis itu kemudian merapikan penampilannya sambil menatap pantulannya dirinya di depan dinding lift yang berupa kaca.
Dia terlihat sangat mengerikan!
Tidak sempat berdandan sama sekali dirumah.
Dia Menaruh paper bag berisi sarapannya di bawah kakinya, kemudian mengeluarkan lipstik dari dalam tasnya, lalu mengoleskannya pada kedua belah bibirnya hingga terlihat cerah, tidak terlalu pucat seperti tadi. ia juga menyemprotkan parfum pada tubuhnya dengan posisi badan membelakangi pintu, lanjut menyisir, sampai tidak menyadari bahwa seseorang telah menekan tombol lift dan pintunya otomatis terbuka di lantai tiga.
Lotus membelalakkan matanya, hampir melompat seperti katak, ia spontan membalikan badannya dan menunduk hormat kepada direktur eksekutif baru dan mungkin asistennya yang baru saja akan masuki lift. Dan seorang pria lagi yang Lotus ketahui juga memegang jabatan tinggi perusahaan. Kalau tidak salah namanya Bagaskara, tuan Bagaskara itu anak dari founder perusahaan.
Sial, harusnya ia tidak keras kepala dan memaksa naik lift khusus ini.
Benar-benar memalukan!
Sekarang ia harus terjebak bersama para petinggi perusahaan yang bukan kaleng-kaleng!!
Jujur Lotus merasa sangat terintimidasi, aura berkuasa dan bau uang dari mereka berhasil menekan dirinya seolah mencekiknya, dan seperti memberitahu "don't mess with me" baru hanya dengan melihat mereka.
Namun para pria itu mengangguk sopan padanya, dan Lotus segera menundukkan kepalanya untuk menghindari kontak mata. Ia mendekati pembatas lift dan mengerutkan badannya di ujung. Beruntung para pria berdiri langsung membelakanginya.
Awalnya Lotus ketakutan, berpikir bahwa akan menjadi masalah ia menaiki lift khusus ini. Tapi untungnya tidak.
Tidak ada yang benar-benar menaruh atensi kepada Lotus, dan ia merasa itu bagus. Tuan Bagaskara dan asistennya sibuk membahas rapat dengan perusahaan mitra lain sedangkan direktur eksekutif baru itu sibuk dengan ponselnya.
Lotus menaruh kembali sisirnya ke dalam tas.
Bagai kehilangan muka, Lotus benar-benar ingin menenggelamkan dirinya kedalam sumur. Gadis itu tersenyum kaku, kemudian menahan nafasnya. Ia mengigit bibirnya dengan resah.
Jangankan untuk berinteraksi, bertemu tuan Bagaskara saja Karyawan biasa sangat sulit dikarenakan tidak ada kepentingan.
Sekarang, bisa-bisanya mereka berada dalam satu lift.
Oke itu salahnya sendiri.Dalam situasi ini, Lift begitu terasa sesak, bau parfum aroma vanila dan buah-buahan segar milik Lotus yang baru saja ia semprot tercium manis beradu dengan parfum mahal para petinggi perusahaan di depannya. Parfum mereka beraroma kuat maskulin, Lotus tidak tahan karena dua bau itu beradu dan dia berpikir itu sangat seksi, dia menjadi berimajinasi liar di dalam lift mengingat beberapa adegan romance fiktif di film yang dia tonton dan novel yang ia baca. Dia tidak menyangka akan ada dalam skenario yang canggung bersama para pria mempesona itu.
Oh astaga, sepertinya dia sudah kehilangan akal pagi ini.
Tapi apa hanya ia yang merasakannya? Dia mendadak sakit perut dan ingin muntah.
Oh, tapi sepertinya bukan itu penyebab utamanya. Bukan karena aroma parfum yang mengaduk isi perutnya, tetapi perutnya masih kosong, dia habis berlari dan di tambah perasaan panik berlebihan dan juga takut, memelintirnya menjadi satu
"Elion, apa plan mu untuk hari ini?"
Tanya Bagaskara setelah mengakhiri sesi percakapanya dengan sang asisten mengenai rapat.
Cukup Menarik perhatian Lotus hingga mengalihkan pandangannya kepada pria yang masih sibuk dengan ponselnya itu.
Lotus melirik Elion dan mengamatinya dari belakang.
Ternyata bukan hanya tampan, tapi tapi pria itu terlihat jauh lebih sempurna jika dilihat dari jarak dekat.
Apakah dia dewa atau apa? Batin Lotus.
Pria itu sangat menonjol di antara Bagaskara dan asistennya. Bagaskara juga terkenal karena ketampanannya meskipun sudah cukup berumur, tapi Elion terlihat lebih seksi dengan warna rambutnya yang pirang, lalu manik mata hitam pekat dengan pandangan dingin dan terkesan tidak tersentuh dan tajam bak mata elang. Pria itu memiliki bentuk hidung yang lancip dengan rahang tajam serta keras bagai di pahat, dilihat dari berbagai sisi sungguh terlihat sangat simetris. Tubuhnya tinggi dengan proporsi yang pas, bahunya lebar dengan lengan yang tampak berotot dan juga kokoh.
Dia terkesan tidak tersentuh, dingin
Dan dia adalah pria paling mengintimidasi yang pernah Lotus lihat meskipun mereka tidak pernah mengobrol sama sekali. Hanya dengan berada di sekitarnya ia bisa merasakan atmosfer tidak menyenangkan. Auranya terlalu gelap seperti orang jahat.
Tapi dia seperti benar-benar seperti seorang perwujudan dewa, melambangkan ketampanan, kekayaan dan kekuasaan.
Pantas saja para karyawan wanita terus-menerus membahasnya.
Elion memang pria yang pantas untuk di idamkan.
Lotus mengakui itu.
Seperti menemukan sosok baru. Namun, Lotus tetap merasa sama sekali tak asing dengan Elion, ia sangat familiar. Firasatnya mengatakan bahwa benar Elion adalah teman lamanya.Mungkin semua bisa berubah bahkan dari aura hingga pembawaan diri. Tetapi tetap ada cri khas tersendiri yang masih bisa dikenali dan dilihat.
Kulit Lotus seketika meremang memikirkan jika benar Elion adalah temannya semasa SMA.
Terlalu banyak perubahan. Terlalu tidak mungkin. Dan hal itulah yang membuatnya ragu.
Tetapi jika di pikirkan ulang, tujuh tahun juga bukanlah waktu yang singkat untuk berubah dan mengupgrade diri. Manusia bisa berubah dengan cepat apalagi jika memiliki uang.
Lotus meringis,di lain waktu mesti lebih berhati-hati lagi lain kali, jangan sampai ia bisa bertemu atau berurusan lagi dengan Elion. Sekarang bersyukur karena dari awal pria itu tidak menaruh perhatian sama sekali, lebih memilih terus-menerus menaruh perhatiannya pada ponselnya.
Jika pria itu menyadari kehadirannya akan kah ia mengaku mengenalinya? Atau bersikap angkuh dan sombong?
Bagi Lotus sendiri lebih baik dia bersikap sombong dan tidak mengenalinya. Sebab akan menjadi suatu petaka yang besar bagi dirinya jika Elion sampai mengingatnya dan mengungkit perbuatannya di masa lalu.
Katanya si penindas tidak akan lebih berhasil dari yang ditindas dari berbagai aspek kehidupan. Dan itu nyata terjadi pada dirinya.Diluar sana mungkin banyak penindas yang tetap menjadi nomor satu, dia berhasil dan sukses lebih dari orang yang ditindas yang malah kesakitan serta susah payah berjuang keluar untuk menghadapi trauma masa lalu dan akibat dari tindakan penindas. Tapi hanya tampak luarnya saja, percayalah si penindas tidak akan bahagia sepenuhnya.
Ada pepatah, jika kau melihat orang lain bahagia dan memiliki kehidupan sempurna bukan berarti mereka tidak menderita. Ujian kesedihan, kekurangan, dan hal lainnya akan selalu mengikuti manusia selagi mereka masih hidup. Terkadang dari ekspetasi dan ego yang dia buat sendiri.
Orang-orang selalu bilang, trauma yang di tinggalkan penindas tidak akan pernah bisa hilang, tetap membekas dan menghantui. Dan si penindas akan melupakan perbuatanya di masa lalu, bersikap santai seolah dia tidak pernah membuat orang lain sakit.
Tapi untuk Lotus justru sebaliknya, ia menyesali semua perbuatannya di masa lalu. Ingin meminta maaf atau menebus kesalahannya. Kenapa ia begitu jahat?
Padahal tidak semua hal harus berjalan sesuai keinginannya. Hidup terlalu singkat untuk menyalahkan orang lain hingga berubah menjadi sebuah kebencian dan dendam.
Namun namanya hidup, pasti pernah berbuat salah juga, namanya pertama kali merasakan hidup dari sana ia memang harus belajar.
Sekarang ia diliputi perasaan malu dan merasa bersalah. Lagipula sekarang Elion pasti tidak perlu kata maaf darinya, pria itu tumbuh dengan sangat baik, pria itu menjadi sosok yang sangat cemerlang dan mempesona.
Biarkan dia, jangan sampai Lotus mengganggunya.
Ya, Lotus memang seperti mempunyai dua sisi dalam hidupnya. Terkadang ia berpikir positif, tetapi lebih banyak atau dominan berpikir negatif. Setiap hari hanya mengeluh dan berprasangka buruk saja kerjanya.
Sisanya dia sangat ceroboh.
"Hari ini aku akan memeriksa semua laporan, pembukuan, arsip, dan semua yang berkaitan dengan perusahaan di tiap divisi" jawab Elion datar.
"Mulai dari mana?" Tanya Bagaskara.
"Tentu saja pembelanjaan, mengecek pengeluaran total dan profit. Apakah arus nya sehat"
"Minta saja semuanya kepada kepala tiap departemen" saran Bagaskara.
"Aku harus mengeceknya sendiri, sekalian untuk memeriksa apakah semua aspek termasuk manajemennya berjalan dengan benar atau tidak. Sebelum bekerja aku harus mendalami semuanya"
Bagaskara terkekeh ringan, sesuai dugaannya, Elion memang seorang workaholic dan perfeksionis sejati . "Kau akan sangat sibuk membenahi semuanya, apalagi belum mendapatkan asisten. Untuk sementara asisten ku sendiri yang akan membantu mu" ujarnya
"Aku menerima dengan hormat. Kemudian aku akan merekrut asisten sendiri. Secepat mungkin dengan bantuan daftar rekomendasi dari personalia"
Oke, mendengar percakapan mereka Lotus yakin mulai hari ini semua karyawan akan menjadi lebih sibuk. Lotus menghela nafasnya pelan.
Tak lama, terdengar suara dentingan cukup nyaring sebelum pintu lift tiba-tiba terbuka tepat di lantai lima.
Asisten Bagaskara memberikan space untuk Lotus lewat, karena ketiga pria itu sedang menuju lantai paling atas jadi tentu saja hanya Lotus yang akan turun. Semua mata kini tertuju kepadanya.
Seolah memerintah untuk cepat turun.
Lotus menunduk hormat dengan langkah aneh, buru-buru keluar dengan semua barang bawaannya yang terlihat begitu mengganggu.
Jantungnya berdetak sangat kencang dengan serangan rasa gugup begitu melewati Elion.
Jika di ibaratkan dengan kata berlebihan ia ingin sekali pingsan sekarang juga.
Baru saja ia menghela nafas lega karena berhasil keluar dari lift tanpa hambatan, suara berat Elion yang tajam dan kasar tiba-tiba menghentikannya, seolah menyerangnya.
"Kau karyawan biasa kan? Melihat dari name tag. Apa kau tidak bisa membaca? Atau kau seseorang yang tidak tau diri dan tau aturan? Lain kali jangan menaiki lift ini. Kau beruntung karena yang naik bersamamu adalah atasan mu sendiri bukan tamu perusahaan" ujar Elion dengan nada keras.
"Benar-benar karyawan yang tidak disiplin. Jangan seenaknya! Baru saja masalah lift masalah lain pasti lebih parah, termasuk pekerjaan. Aku sangat tidak menyukai karyawan yang tidak mengikuti aturan dan bersikap seenaknya"
Beberapa orang menonton kejadian itu membuat Lotus merasa lebih dari sekedar malu. Mereka menatapnya dengan pandangan penasaran dan dipenuhi tatapan mencemooh. Beberapa lagi merasa iba.
Lotus sendiri hanya terdiam membeku membelakangi pintu lift dengan wajah memerah menyesal. yang tidak Lotus ketahui Elion terus menatapnya sebelum pintu lift benar-benar tertutup kembali.
****
"Tidak masuk akal" ujar Lotus dengan wajah kesalnya.
"Aku selalu disiplin dalam berbagai hal, terutama masalah kerjaan. Apa dia meragukan diriku?"
Gadis itu mendumal sambil memakan rotinya.
Lewly hanya tertawa menanggapi cerita Lotus. Biasanya Lotus sangat jarang terlambat, atau mungkin hampir tidak pernah terlambat karena benar dia yang paling disiplin, jadi ia menanyakan alasan gadis itu terlambat tadi pagi dan berakhirlah Lotus bercerita. Pantas saja Lotus terlihat seperti orang marah saat bekerja, ia sangat sensi ketika di tanya meskipun secara baik-baik.
Sekarang mereka semua sedang menikmati jam istirahat di food court yang letaknya di lantai bawah. Sudah menjadi langganan mereka setiap jam makan siang untuk turun, meskipun tidak selalu, terkadang Lotus lebih memilih memesan makanan lewat aplikasi online. Dia ikut keluar bersama rekan-rekan kerjanya hanya saat tertentu atau saat butuh hiburan dari tekanan kerjaan dan sebagainya. Pulangnya bisa menyempatkan diri melihat pohon hijau dan tanaman di taman yang terlewat.
"Tapi itu memang salah mu, jelas-jelas lift itu khusus untuk orang-orang penting" komentar Lewly.
Lotus mengerutkan dahinya, tidak setuju dengan pendapat gadis cantik itu.
"Semua orang yang ada di kantor ini adalah orang penting perusahaan, lagi pula kenapa harus di beda-beda kan aksesnya?!"
"Penting dalam skala yang berbeda, kau memang harus tau diri sebagai budak coorporaate. yang jelas memang salah mu karena menaiki lift itu" timpal Claudia.
Lotus mendengus marah, kemudian mengangguk dan tersenyum masam. "Harus akui memang iya, tapi pria bernama Elion itu benar-benar menyebalkan, sia sangat galak, aku juga tidak sudi menaiki lift itu jika bukan karena mengejar waktu!" Ujar Lotus berapi-api. Dia bercerita dengan mulut penuh dan pipi yang menggembung.
"Gajinya sudah kecil, harus di potong lagi" keluh Lotus.
"Terlepas dari itu, dia sangat seksi kan! Ayolah pria bermulut tajam seperti itu sangat menantang!" Timpal Grace.
"Menantang apanya!! Ketampanannya tidak dapat menutupi kekejamannya! Pria seperti itu hanya bisa membuat menderita" ujar Lotus berlebihan.
"Harusnya kau introspeksi, dia begitu karena memang salah mu" Kata Claudia bagai pukulan telak.
"Cih kalian membela pria galak itu, aku bercerita agar tidak kesal lagi. Tapi lihat apa yang kudapat sekarang?" Lotus bersikap lebih dramatis kali ini. Dia hanya membutuhkan validasi dari rekan-rekannya.
"Pria galak, pria galak! Kau juga galak Lotus" ucap Lewly.
Lotus melotot tidak terima, ia melahap lagi rotinya dengan gigitan penuh dan cepat.
"Pokoknya aku membencinya, aku akan mendoakan dirinya terjebak lift dan tidak bisa keluar sampai pingsan suatu saat nanti!"
"Hati-hati omongan tidak baik akan berbalik kepada dirimu!" Peringat Grace.
Lotus mengangkat bahunya acuh.
Ia melanjutkan acara makannya, memang sih responnya tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan tapi dia senang masih bisa berbagi kepada rekannya.
Harus Lotus akui ia sangat kesal hingga perasaannya buruk sepanjang waktu, ia mengingat kata-kata Elion dan terus berulang di kepalanya.
Begitu mengganggu dan mengusiknya.
Setelah selesai makan mereka semua kembali ke lantai lima, semua kembali bekerja dan sibuk dengan urusan masing-masing, terdengar suara dering telpon, percakapan yang berisik, entah itu berdebat atau memberi arahan. Suara keyboard komputer dan suara mesin fotocopy.
Lotus sedang menikmati waktu kosongnya dengan mengupil dan pura-pura mengerjakan sesuatu agar terlihat sibuk ketika manajer Nia menghampirinya dengan wajah memelas.
Firasatnya tidak enak.
"Oh ya tuthan, aku membutuhkan bantuan mu"
Lotus tersenyum manis dan bertanya dengan lembut. "Tentu saja akan ku bantu manajer, apa yang harus kulakukan kali ini?"
"Tolong bawa semua data digital maupun fisik tentang divisi kita kepada direktur eksekutif. Ada rapat bersama ketua divisi lainnya beberapa menit lagi"
Lotus menyipitkan matanya. "Kenapa harus aku manajer?"
"Karena kau yang akan menggantikan ku, aku ada urusan lain yang lebih penting di lapangan. Yaitu mengawasi projects event kita yang sedang berjalan. Tidak bisa di wakilkan"
"Aku tidak bisa, ada—"
"Aku tau kau sedang tidak ada pekerjaan, lagi pula hanya kau yang mengerti semua jika direktur bertanya. Kau yang membantuku menggarap semuanya" Manajer Nia buru-buru menyela perkataan Lotus.
"Aku tidak mau manajer!" Jawab Lotus sembarangan. Gadis itu berani karena bukan job desk nya. Ya meskipun kenyataannya apa yang dia lakukan tidak sesuai job desk. Dia menjadi palu gada.
"Tapi sayangnya, kau tidak punya pilihan. semangat!!!" Ujar Manajer Nia dengan nada menyebalkan.
"Lagipula kau harusnya senang bisa bertemu dan mengobrol dengannya! Kesempatan langka bertemu pria berkualitas tinggi dan setampan pak Elion!"
Lotus mendengus dan memutar bola matanya malas mendengar julukan aneh dari manajer Nia untuk Elion. Lalu untuk apa manajer itu seolah meminta bantuan kepadanya kalau pada akhirnya dia memang harus melakukan, kenapa tidak suruh saja. Demi tuhan, dia tidak mau bertemu pria itu dan berusaha menghindar, tetapi kenapa semesta seolah tidak mengerti dengan situasinya.
Elion memiliki sesuatu yang membuat Lotus takut. Bagaimana jika pria itu berniat membalaskan dendam—andai masih mengenalinya.
Tapi memang benar perkataan manajer Nia, ia tidak punya pilihan.
Lotus ingin menangis saja. Atau kabur mungkin.
Sebagai karyawan biasa tugasnya memang hanya mengikuti semua perintah atasan, dan ia masih membutuhkan pekerjaan ini. Ya, meskipun gajinya masih sangat kecil untuk ukuran tinggal di ibukota.
Tetapi lebih baik lelah bekerja daripada lelah tidak bekerja kan?
Lagipula untuk duduk di kantor besar yang dibilang luar biasa ini tidaklah mudah. Mesti bersaing dengan puluhan ribu pelamar dengan gelar tinggi dan koneksi luas. Jenjang karier dan jaminan lainnya cukup menjamin . Dan bisa masuk ke perusahaan ini dianggap pencapaian luar biasa. Orang-orang menganggapnya sangat keren.
"Persiapkan datanya, setelah itu langsung keruangan rapat ya! Aku harus pergi dulu! Terimakasih banyak!" Kata manajer Nia sebelum berlalu begitu saja meninggalkan Lotus di kubikelnya.
Lotus menghentak-hentakan kakinya ke lantai seperti anak kecil dan merengek tidak terima.
Celaka, dia tidak bisa menghindari pria itu sekarang.
Yaampun Elion!
Bagaimana ia harus menghadapi atau bersikap di depan pria itu Setelah apa yang telah ia lakukan di masa lalu?
...To be continued........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!