NovelToon NovelToon

Jodoh Sempurna

Ngegelinding

"Bang bed, ni pertama kali aku ikut acara alam gini! Sepertinya seru!" Ungkap Rina pada Bedy kakak seniornya di Unit Kegiatan Mahasiswa.

Sepoi sepoi angin mengibaskan rambut yang terurai menjadikan semrawut menambah ke ogahan Bedy pada sosok Rani. Bedy ogah jauh jauh dari Rani. Pesona alami nya mengalahkan gambar produk rokok kretek alami. (Ada yang tahu, gambar di rokok kretek alami? Coba deh langsung cek mbah serba tahu. Pasti jawabannya gak ada nyambung nyambungnya. #garing.com).

Maklum naik angkot yang duduk nya hadap hadapan dengan pintu angkot yang terbuka, jadi rambut berkibar laksana kibaran bendera.

"Nanti tambah seru lagi Rin" Timpal Bedy dengan tatapan penuh damba. Sorot mata mengharap gadis di depannya mau menanggapinya.

Bukan Rani tak tahu gelagat Bedy. Meski terbilang mahasiswa semester baru, Rani tidak lah lugu soal perasaan. Bedy memang laki-laki yang good looking, ramah hanya saja Rani merasa tak ada chemistry, Rani merasa ada sesuatu yang Bedy sembunyikan. Sehingga kemudian Rani memilih bersikap cuek dan menganggap Bedy hanya keluarga nya di UKM.

...Jreng... Ah su lama suka dia...

...De yang manis pipi congka...

...Melele maley mamayo...

...Sa ni malo...malo...

Dodo Mar Edo memainkan intro pada gitar yang dari tadi di peluknya. Dodo ternyata mengamati insan yang mendamba gadis pesona alami.

Trak.. Tak.. Tak..Tak..Tak…

”lanjuttt bro.. " Seru Evan memukul pantat galon tanpa sedikitpun malu pada pemiliknya

Jreng....

...Ah su lama suka dia...

...De yang manis pipi congka...

...Malele maley mama yo...

...Sa ni malo malo...

...Pandangan pertama sa su dapa lia...

...Mo aja kenalan karna ada suka...

...Ternyata ko nama tania...

...Nia nia o....

...Apakah bisa sa jadi ko punya lewa...

...Ade tania jang buat kaka kecewa...

...Oh my darling ah buat salting kaka suka ko...

...Ade tania ko sapa punya...

...Ko buat kaka hati bebunga bunga...

...Suka ko...

...Sa suka ko...

...Like ose...

...Dapat ka sei...

...Dari awal kaka sudah tara rose...

...Orang lain tra penting...

...Tahan hati yang genting...

...Cukardeleng ini sapa punya anak yang paling ei...

...Buka gula bukan madu...

...Dia sapa tu...

...Yang begini bawa pulang jadi maitu...

...Tuhan sudah ju mengalah kali kiada pigi ka...

...Ade tania...

...Ai sa mo bilang...

...Kalo sa pu ko su tilang...

...Ai mama we...

...Nana nima ee...

Duet Dodo Mar Edo pada gitar dan Evan pada pantat galon mineral membuat rombongan yang beranggotakan 10 orang mahasiswa fieldtrip ke kebun teh sukses menyemarakkan suasana. Pun demikian dengan Rani, ia bertepuk tangan menikmati pertunjukan.

Ditambah trekking melewati lereng-lereng berundak yang tertutup permadani hijau hingga menikmati panorama puncak gunung tinggi menjadi suguhan menawan ketika mengunjungi Kebun Teh.

Rombongan pun turun dari angkot.

"Ayo periksa seluruh barang bawaan, jangan sampai ada yang tertinggal." Seru cowok tampan dengan garis dagu tegas ditambah rambut gondrong dikuncir, si Adi koordinator kegiatan.

“Bang Adi.. Ini bagaimana nasib galon?”

“Van, itu nanti kita isi air ulang sebelum naik!”

“Siap pokoknya bang!” manggul galon santai menuju basecamp

Klunthang..klunthang... Suara wajan, panci kecil, spatula, pisau dan kawan-kawannya tercantol rapi di pinggang Ical beradu saat ia berjalan. Ditambah kacamata hitam bertengger di hidung tak seberapa miliknya, menurut Ical super keren memikat hati para gadis.

“Behhhh…kenapa gak dimasukin backpack aja bro..! punya muka juga bawa gituan depan cewek-cewek!” Adi geleng-geleng punya anak buah super cuek.

“Kita beda strategi bang, ini cara ku memikat kutilang betina” membenahi kacamata hitam yang hampir terjatuh karena tidak ada tahanannya dihidung.

“Rani, nanti jalan bareng aku saja ya, jangan jauh-jauh.” Bedy mensejajarkan diri dengan Rani saat berjalan.

“Jalan dengan siapa saja aman Bang Bedy, kita kan sudah seperti keluarga.” Rani cuek berjalan sambil membenahi rambut yang tersibak angin, mengumpulkan menjadi satu di atas kepala kemudian diikatnya dengan tali rambut.

Terlihat jelas leher jenjang nan bersih miliknya membuat jiwa kesepian Bedy membuncah.

“Kamu harus jadi milikku Rani!” Bedy bersuara dalam hati

Semua anggota rombongan telah berkumpul di basecamp.

“Teman-teman kita bukan anak pecinta alam, kita adalah seniman, lebih tepatnya seni bela diri. Tujuan kita adalah ingin menyejukkan pikiran. Barang bawaan kita juga tidak lengkap dan sekuat ei*er. Yang penting kita happy di tempat ini. Nah setelah ini kita akan naik ke atas bukit. Kita menginap satu malam di atas, besok pagi baru kembali ke kampus. Jaga kebersihan, jaga mulut jangan berkata kasar dan kotor, dan tetap bersama rombongan!” pesan Adi

“Siap Bang Adi…!” jawab rombongan kompak

Trekking di antara hamparan tanaman teh, rombongan mahasiswa berjalan untuk mencapai puncak bukit. Tanjakan panjang berupa undakan tanah dan bambu yang cukup membuat ngos-ngosan saking tingginya. Jalanan yang terus menanjak menjadikan langkah semakin berat.

“Ketiban sial Do!”sambil manggul galon Evan berjalan di depan Dodo beberapa langkah

“Nanti gantian Van!” Dodo Mar Edo tidak tega dengan Evan yang bertugas membawa galon sudah terisi penuh air.

Sementara akses jalan semakin menanjak. Langkah Evan melambat dan berat.

“Ok hitung langkah bro, 30 langkah ganti!” teriak Evan depan Dodo.

“Siap Bro! sambil berjalan naik menyusul Evan.

“25...26…27…!

Ngosh…ngosh…ngosh…suara nafas Evan tersengal-sengal.

"Sini ganti aku…!" Dodo menggantikan Evan memanggul galon

Dari bawah Rani dan Tika melihat dua temannya di atas tampak kesusahan

“Mas Bedy coba bantu Evan dan Dodo, lihat mereka kecapekan dan kesulitan itu! Mereka bawa air galon juga untuk kepentingan kita!”

“ Iya Ran, aku tinggal kamu ya…!” Bedy mempercepat langkah maksud hati membantu Dodo yang sekarang memanggul galon

“Dih…segitunya, emangnya Rani masih bocah apa! Ran, bang Bedy padamu sepertinya!”

“Sudahlah Tik, haissshhh big No!”

.

"Do…aku bantu!!" teriak Bedy mempercepat langkah menyusul Dodo

Dodo menoleh ke belakang bermaksud menanggapi panggilan Bedy namun naas ia kehilangan keseimbangan. Dalam hitungan detik Dodo jatuh beserta galon yang dipanggulnya menggelinding dari atas berputar-putar ke bawah melewati Evan yang dengan mulut menganga melihat Dodo dan galon melintas begitu saja.

Dodo berhenti disekian putaran. Sedangkan galon terus menggelinding melewati Bedy yang berada beberapa langkah di belakang Evan.

Bedy pun diam tanpa mencoba menghentikan galon.

Rani yang dengan sigap berlari mendekati galon kemudian menghentikan galon dengan kaki terkuatnya.

“Hore….!” Ketiga laki-laki yang tadinya bengong serentak teriak dan bertepuk tangan layaknya mendapat undian berhadiah berjuta-juta

.

.

Ada sepasang mata melihat dari kejauhan. Desir hati berbeda dari biasanya. Mata tajamnya menelisik siapa gadis yang tampak dari kejauhan. Kenapa jantungnya berdetak cepat saat melihatnya.

Kali ini ia sedang inspeksi buruh petik teh.

“Mas ningali sinten?” sapa salah satu buruh petik mengagetkannya

(Mas lihat siapa?)

“Hah, niku bu. Meniko kados rencang! Dalihnya

(Hah itu bu. Sepertinya teman)

“Monggo bu, kulo tingali riyen!”

(Permisi bu saya lihat dulu)

“Nggih monggo!”

(Iya silahkan)

Bukit Kenangan

Senja berkabut berlatar kebun teh menjadikan matahari yang sedang menuju peraduan teramat syahdu. Baju dan selembar jaket yang dikenakan ternyata tak mampu menghalau dinginnya udara di kawasan perbukitan kebun teh kala itu. Kabut pun mulai menemani perjalanan hingga sampai di tujuan, bahkan semakin menebal seiring dengan dataran yang semakin meninggi.

Baru kali ini acara camping tak ada tenda.

Mereka adalah rombongan mahasiswa ternekad. Tanpa bekal yang berarti berangkat ke kebuh teh dengan dalih menyejukkan pikiran.

Lalu apakah tujuan itu tercapai?

Matahari telah masuk sempurna dalam peraduannya. Suasana semakin menggelap. Hanya mengandalkan cahaya bulan yang sedang berbaik hati menyinarkan cahayanya untuk bisa melihat sekeliling.

Namun sebelum itu, mereka telah mengumpulkan kayu ranting untuk dibuat api unggun. Karena tidak ada tenda semua anggota rombongan membentuk lingkaran mengelilingi api unggun untuk menghangatkan diri.

Terdapat master ceff di dekat api unggun. Ical dan gank sedang berjuang keras menyajikan makanan untuk seluruh anggota rombongan. Panci yang dibawanya dengan penuh bangga sedang melaksanakan tugasnya memasak. Di isi dengan air kemudian mie instan yang sudah cukup lama menghuni backpack mulai dari kampus sampai puncak kebun teh telah tercebur sempurna.

“Ayo teman-teman gak usah sungkan, makan lah. Dijamin enak buatan master ceff Ical!”

Kabut semakin tebal dan udara yang semakin tipis membuat semua merasa kedinginan. Makan mie yang beralaskan kertas makanan tak membuat kenikmatan makan terkurangi. Meski masih panas ditandai kepulan asap yang membumbung tinggi, mereka melahap mie instan itu tanpa henti.

“Tik, kita gokil ya ikut rombongan nekad ini. Mie instan rasanya nikmat banget. Aku sudah merasa kedinginan di jam segini. Gimana nanti tengah malam?”

“Ada teknik skin to skin untuk menghangatkan diri”

“Gimana maksudnya?”

“Kita saling bertelanjang kemudian berpelukan”

“Widih……nanti kita dikira lesbong dunk! Teriak Rina tiba-tiba

“Hahahahaha….gimana, tertarik?” Tika semakin menggoda

“Big NO Tika!!”

“Wkwkwkwkwkwkwk…!”Tika tertawa ngakak.

“Iya Rin, sedikit rasa sesal karena kurang persiapan. Kita bawa baju juga bukan baju tebal. Nanti jika dinginnya sudah tidak bisa di tolerir kita saling berpelukan saja tanpa melepas pakaian. Atau jika sudah menyerah lebih baik kita pamit turun dan menginap di penginapan. Sekarang kita nikmati saja momen bersama teman-teman di sini” Tika menjelaskan idenya.

“Deal, aku setuju.

Tik, aku merasa ada seseorang yang terus mengawasi!”

“Jangan aneh-aneh, ini keadaan gelap.”

“Beneran aku merasa ada yang mengawasi”

“Apa bang Bedy ya, dia kelihatan banget bucin sama kamu. Eh di mana tuh orang. Keadaan gelap jadi gak kelihatan!”

Nyanyi, sharing cerita, bercanda, ber kuis ria semua dilakukan untuk mengalihkan rasa dingin menyeruak.

Kemudian tibalah saat yang sama sekali tidak diinginkan.

"Rin, aku kebelet nih..gimana donk?”

“Bang Adi, ijin ngantar Tika buang hajat!” Rina berteriak minta ijin.

“Waduwwwww…turun harga diri guehhh, sekalian pake toa biar semua denger!” Tika ngegerundel

“Iya Rin, naik ke atas sekitar 50 m ada kolam yang airnya bisa kamu pakai membersihkan. Jangan lupa permisi dan berdoa.” jawab bang Adi.

“Dingiiinn Tik, kita nyanyi ya mengalihkan dingin.”

“Sumpah Rin, makin ke atas makin hilang nyali..ini semoga senter HP aman. Ada apa-apa siap tendang nih!”

Dengan suara nyaring Rina menyanyi:

...Mendaki gunung lewati lembah....

...Sungai mengalir indah ke Samudra, bersama teman berpetualang....

“Lagu apaan?”tanya Tika

“Pernah kecil gak sih? Gen milenial apa gen Z?”

“Dih…perlu ya klarifikasi aku ini gen apa hanya untuk tahu lagu?” elak Tika tanpa menjawab

“Ini lagu generasi Milenial mbak brow..kita sekarang berperan sebagai Ninja Hatori. Judulnya serinya Ninja Hatori mau buang hajat!”

“Hahahahaha gesrek juga, ninja buang hajat!”

...Tempat yang baru belum pernah terjamah...

...Suasana yang ramai di tengah kota...

...Slalu waspadalah kalau berjalan...

...Siap menolong orang di mana saja...

...Gozaru gozaru itulah asalnya...

...Pembela kebenaran dan keadilan...

...Hei ninja Gozaru...

...Ninja baik hati yang mulai beraksi...

...Menjaga anak-anak bermain di taman...

...Bunga-bunga indah terbang ke awan...

...Membawa hati kita jadi gembira...

...Gozaru gozaru itulah asalnya...

...Pembela kebenaran dan keadilan...

...Hei ninja Gozaru...

Setelah berjalan diantara tanaman teh disinari cahaya bulan akhirnya mereka menemukan kolam yang berisi air.

“Eh itu kolam yang dimaksud Bang Adi!” seru Rina

“Yuk cari tempat aman, sudah mau ngerembes ini!” canda Tika

“Aku sekalian deh daripada nanti kebelet. Kamu hadap sana, aku hadap sini”

“Ceilah…pake di atur”

“Iyalah tetap jaga keperawanan, hihihihi….”

“Dasar besti laknat!”

Srek..srek..srek..

“Tik..ada orang!” seru Rina yang telah usai buang hajat lebih dulu

“Bentar..dikit lagi tuntas Rin!”

Rina mulai waspada. Ia mempersiapkan diri untuk menyerang jika memang ada hal yang tidak diinginkan.

Srek..srek..srek..srek…

Tiba-tiba dari arah belakang Rina, ada yang memeluk, mencium leher Rina

Bleg..blug..jedar..jedug..!

“Macem..macem sama cewek jadi-jadian seperti aku pasti babak belur! Rasain..!” Rina setengah berteriak

Rina menghajar laki-laki itu sekuat tenaganya. Untung Rina menguasai ilmu beladiri. Sekalian dipraktekkan langsung.

Blug…blug…blug…kedebug..krak

“Aaaauuuuu….aaauuuu sakitt". Si pelaku kesakitan

Rina dengan sigap mengunci, membanting, dan terakhir sepertinya ada yang patah tapi bukan ranting”

“Ampun..ampun Rin, minta ampunnnnn….Ini Bedy!”

“Hah…Bang Bedy? ngapain bang Bedy peluk-peluk? Cari-cari kesempatan di suasana seperti ini! Bang Bedy brengsek! Jangan pernah berani-berani mendekati Rina lagi!” pergi full emosi

Rina berjalan cepat tanpa menghiraukan Tika yang tertinggal di belakang.

“Rin, Rina kamu di mana?” karena gelap Tika tidak tahu ada Bedy yang tergolek di tanah. Ia menginjak perut Bedy. Tubuh Tika yang gempal berisi membuat Bedy yang kesakitan malah semakin kesakitan.

“Hahhhhhhhh sakitttttt…Bedy berteriak kencang”

“Hah…siapa yang ku injak? Siapa?”

“Bedy” Jawab Bedy singkat

“Ya Allah bang Bedy, kenapa tiduran di bawah sini? Kenapa tidak tidur bareng teman-teman di sana?”

Dengan kesal Rina berjalan ke arah yang salah.

“Sudah ku duga, dia memang brengsek. Laki-laki gak benar. Modus..mesum. Ya Allah mimpi apa aku kenal laki-laki begitu!”

“Mbak, mau ke mana?”

Seketika Rina menghentikan langkahnya. Ia menoleh mencari sumber suara. Tetap gelap. Hanya penerangan dari cahaya rembulan. Tak menemukan siapa dan di mana sumber suara berasal. Yang pasti Rina yakin suara laki-laki.

“Maaf siapa ya?” Rina akhirnya berani bersuara kembali.

“Mbak salah arah, jika dilanjutkan akan terperosok ke jurang. Sebaiknya mbak balik badan kemudian berjalan lurus tanpa berbelok sampai menemukan teman-teman mbak!”

Rina diam seketika mencerna maksud sumber suara. Ia berusaha menjernihkan pikiran. Paham karena kesal peristiwa yang dialami akhirnya ia berjalan salah arah, malah menjauh dari rombongan.

“Saya tidak bisa melihat siapa anda. Tapi saya yakin dari arahannya, anda bermaksud baik terhadap saya. Saya sampaikan terimakasih, Allah yang akan membalas kebaikan anda. Semoga kita berjodoh bertemu dalam keadaan baik kedepannya”

Senyum tulus dari sumber suara yang membuat hati nyaman mendengar untaian kalimat dari mulut Rina.

“Assalamualaikum” Rina melanjutkan

“Waalaikumsalam” Jawab suara itu. “Aamiin, semoga kita berjodoh” Bisiknya kemudian

Mendaki gunung tak mandi

Jam 5.30 pagi di mana mak mak biasanya masih sibuk dengan urusan bocah sekolah tapi tidak dengan dua gadis yang belum menjabat jadi mak mak itu.

Mereka sudah cantik paripurna lengkap dengan aneka perlengkapan mandinya pergi berkendara.

Walah gimana maksudnya?

Tanpa ba bi bu be bo setelah menjalankan kewajiban kepada Nya mereka berkemas. Tanpa mengusap sedikit sisa mimpi yang masih nempel di ujung mata, mereka bergegas menuju air terjun Kakek Pintar di Kota P.

Si Rina dan Tika yang katanya bestie kini telah resmi menyandang status mahasiswi tingkat akhir di kampus Pemerintah Kota M.

Si Rina berperawakan tinggi untuk ukuran cewek, berkulit putih, berlesung pipi, mata sipit mirip keturunan Cina padahal asli Jawa yang dilahirkan emak Dayang dihibahi bibit dari bapak Joko khas orang desa. Rina yang sejak SMP sudah berhijab namun tetap tomboy apalagi sukanya hijab instan, di tambah fashion simpel kaos panjang longgar celana jeans dan sepatu sneaker. Membuat ia memiliki aura cantik inner beauty. Banyak teman laki-laki yang nyaman dengan dirinya karena tidak mengumbar lekuk tubuh namun juga tidak jual mahal.

Sedangkan si Tika bestie Rina sejak semester 1 di kampus berasal dari seberang pulau. Keluarganya yang notabene “orang berada” membuat ia memiliki fasilitas serba ada, salah satunya adalah sebuah mobil yang katanya beli nya tidak sampai jual apartement. Tika berperawakan tinggi kini setelah 8 semester berkuliah cabi di pipi bertambah, lengan, perut dan kaki nya membuat ia tampak sebagai gadis dengan tubuh gempal. Jarang tersenyum namun baik hati dan cenderung down to earth yang membuat pertemanan mereka langgeng. Tika mirip bodyguard cewek yang misterius.

Kali ini Tika mengendarai si jipo yang memiliki perfoma garang. Jipo adalah nama yang Tika berikan untuk kendaraan Jeep keluaran terbaru kesayangannya.

Meski belum mandi dan masih setia dengan sisa mimpi di ujung mata, mereka bersemangat menuju tujuan. Tanpa mandi pun tak apa, toh di sana juga mereka akan basah basahan. Itu alasannya mereka tidak menyertakan mandi dalam kegiatan pagi ini.

Perjalanan mulai menunjukkan tantangan. Kota sudah terlewati berganti jalanan menanjak dan berliku menantang Tika mengeluarkan skill banting stir.

Rina duduk dikursi sebelah dengan santai memandang pemandangan sekitar yang terlihat gundukan tanah dengan pohon pohon yang menjulang, diiringi suara serangga khas hutan.

"Tik aku berdebar... pegang perutku" Keluh Rani sambil menarik tangan kiri Tika yang sedang nyetir si jipo. Diletakkan nya tangan tika diatas perut Rina.

"Wah.. Dadamu sudah pindah ke perut ya. Deg degan apa laper neng?!" Dengan cepat ia menarik tangannya kembali.

"Lagian ini lagi nyetir nih, berabe kalau nyungsep ke jurang. Main tarik aja tanganku." Keluh Tika tidak terima

"Ha iya maaf Tik habis rasanya deg deg kan kalau mikir nanti ketemu Yuda". Di angkat di tekuk kaki kanannya di atas kursi menghadap Tika yang sedang fokus ke jalan.

"Kamu ini apa sudah gak waras hanya karena laki laki yang belum jelas wajah dan kelakuannya jadi pink abu² gitu". Sekilas melihat wajah Rina dan kembali melihat jalan.

"Kebiasaan banget kalau lagi jantungan wajahmu itu jadi pink gitu". Orang kalau baru kenal tidak akan sadar tapi karena kita sudah bestie sejak Dinasti M, jadi aku tahu semua keajaibanmu".

Memegang kedua pipi dan kembali menerawang ke depan.

"Bukan gitu tik, ini bagian dari ikhtiar mencari jodoh. Ibarat sambil nyelam minum air yang banyak sampai kembung."

"Dasar kamu Rin, ngebet banget cari jodoh. Kayak gak laku aja. Tuh si Bedy meski sudah lulus masih aja mengharap"

"Jangan mengingatkan pria brengsek Tik. Mumpung masih usia segini Tik, kita nikmati masanya. Nanti kalau sudah usia emak-emak kayak emak ku kerjanya urusan dapur, kasur, sumur..itu trus tiap hari"

Manggut-manggut tersenyum "lagian mau banget nyamperin ke sana, katanya dia cowok yang super sibuk dengan pekerjaannya. Kita itu mau happy di alam bukan mau melangsungkan pernikahan"

"Dih... Sedih kalau bestie ku sudah sewot. Lagian siapa yang mau nikah di sana. Bilangnya dia lagi free trus hobby juga nge alam. Aku juga belum paham betul Yuda itu Seniman apa. Kadang dia bilang sedang mancangkul, kadang dia bilang sedang cek sound, kadang dia bilang sedang persiapan perform. Kan aneh soal apa kerjanya. Apa hubungannya nyangkul, cek sound, perform.

Apa dia vocalis sambil bawa cangkul?” Jelas Rina yang membuat Tika terpingkal pingkal membayangkan.

"Tapi gak tahu meskipun aku penasaran tapi kenapa dengan pertemanan ini aku nyaman saja. Dia tidak pernah menuntut apa-apa. Selama kami berhubungan melalui chat dia jarang bercanda. Tapi tidak juga tertutup, kesanku dia sopan."

"Tik, kamu ingat dulu saat kita di kebun teh, aku diselamatkan suara laki-laki yang entah siapa. Justru aku benar-benar penasaran siapa dia, dia seperti malaikat yang diturunkan Allah untuk melindungi ku”.

Rina menjeda ucapannya.

"Kita lihat saja nanti apa yang terjadi, ada chemistry apa nggak. Aku sih silaturahmi saja. Nambah saudara tidak apalah" Jelasnya sambil membuka tas dan mengambil kacamata hitamnya.

Rina berkenalan dengan Yuda tiga bulan lalu melalui aplikasi chat. Mereka sepakat berteman tanpa melihat fisik. Jadi keduanya belum tahu paras masing-masing. Padahal kenyataannya tidak begitu. Rina berteman apa adanya tanpa menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Sudah jadi sifatnya yang blak-blakan. Dengan sifat seperti itu Yuda sepertinya nyaman berteman dengannya. Yuda mengaku pria pekerja Seniman. Jadwal bekerja yang tidak pasti membuat Yuda tidak teratur menghubungi Rina. Yang jelas mereka berteman.

"Cih lebay banget kamu, aku cuma ingatkan kita harus tetap waspada dengan pria itu!" Jelas Tika dengan wajah serius.

"Ok pasti, tidak percuma kita lulus sabuk hitam. Andai dia berani macam-macam kita tendang sampai ujung langit nantinya." Rina Menjelaskan sambil bersungut-sungut membara.

“Yang jelas kita nanti happy² Tik, tidak boleh zonk. Aku mau mandi di bawah kucuran air, mensucikan jiwa raga yang sudah ter toxic sama tugas tugas pak Zidan yang super spesial itu." Rina membenarkan letak kacamatanya yang tidak melorot.

"Pak zidan memang hebat dalam membuat mahasiwa nya berjuang keras. Heran deh.." Jelas Tika sedikit menggebrak stir si jipo.

"Galaknya mengalahkan emak ku di rumah. Ku kira emak dulu sudah paling galak. Bapakku saja kalau emak sudah melotot dikit takutnya gak ketulungan. Memohon-mohon sampai gak berani keluar kamar. Ck.. Ck.. Ck.. Bapakku yang malang"

"Hahahaha ngapain bapakmu di kamar gak berani keluar?" Pekik Tika membayangkan bapaknya Rina

"Yah kata bapak dipenjara cinta, tiap kali aku tanya kenapa gak berani keluar kamar".

"Busyet emak Dayang memang stronger deh urusan ngamar..bapakmu jadi bucin setengah mati"

Keduanya terbahak-bahak mengudarakan imajinasi di luar nurul.

"Lagian pak Zidan kog di samakan emakmu. Yah beda jauh lah.." Sambung Tika melanjutkan argumennya.

"Pak zidan tuh ya.. Ibarat dewa Zeus yang menguasai langit, jika ada mahasiswa hengkang dari deadline langsung tongkat petir dikeluarkan..

Jeduaaarrrr... Hamsyong tuh mahasiswa kena petir" Semangat Tika

"Betul.. Betul.. Ingat nggak waktu aku merem waktu pak Zidan menjelaskan, trus dia lempar bolpoin ke mejaku.

Saat aku kembalikan tuh bulpoint, pandangannya sungguh tak bisa kulupakan, aku gak sanggup berkata-kata selain "maaf Pak" dan menundukkan kepala tanpa melihat wajah sangarnya.Seremmmmm bingits cin..."

"Hahahahahaha.. Pak zidan emang Emejing. Lulus dari matakuliah nya patut kita rayakan dengan mensucikan diri. Kamu sudah bawa perlengkapan kan?" Tanya Tika

"Siap lengkap bestieeee.." Gaya lebay si Rina

"Eh tikungan itu ke kanan, tanjakan satu lagi kita sampai. Petunjuk Rina yang mengikuti petunjuk maps.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!