Di dunia mafia, persaingan tak pernah berhenti. Setiap langkah dihitung, setiap kesalahan dihargai mahal. Para bos saling berebut kekuasaan dan pengaruh, dengan segala cara yang mereka punya. Senjata, pengaruh politik, bahkan intrik di antara anggotanya sendiri.
Tak ada yang bisa dipercaya, tak ada yang aman. Di balik kehidupan glamor yang terlihat dari luar, ada perang tersembunyi yang tak pernah berhenti. Hidup di dunia ini seperti berjalan di atas tali, satu kesalahan bisa membuatmu terjatuh ke dalam jurang kegelapan yang tak berujung.
"Tuan Zhang, tolong ampuni saya. Saya masih ingin hidup. Saya janji, jika Tuan mau memberi saya kesempatan sekali lagi, saya akan berubah dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama," pria itu memohon pada Zayne agar mau mengampuninya. Baru saja dia melakukan sebuah kesalahan besar dan tak termaafkan. Dan kesalahan yang paling Zayne benci adalah penghianatan.
"Sayang sekali, tapi kesempatan kedua itu sudah lewat," Zayne berkata dengan nada dingin. "Kau tau apa konsekuensinya ketika memilih jalur yang salah dalam dunia ini."
"Sa..Saya mohon... Tuan Zhang, beri saya kesempatan untuk membuktikan bahwa saya bisa melakukan yang lebih baik," pria itu memohon pada Zayne dengan suara gemetar, matanya penuh ketakutan. Tapi sepertinya usahanya sia-sia saja, Zayne tidak mungkin merubah keputusannya.
"Dalam dunia ini, kesempatan kedua adalah barang langka," Zayne berkata dengan suara dingin yang membuat pria itu semakin gemetar.
Zayne melakukan apa yang diucapkannya. Dia mengarahkan pistolnya tepat ke kepala pria itu, menunjukkan bahwa kesalahan besar memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan. Dan tubuh itu ambruk seketika setelah timah panas yang Zayne lepaskan menembus jantungnya.
"Selesaikan ini," perintah Zayne kepada anak buahnya dengan suara tegas. "Bersihkan tempat ini dari segala jejak yang bisa mengarah pada kita. Buang mayatnya jauh-jauh."
"Baik, Tuan."
🌺🌺🌺
Jessica menghentikan langkahnya ketika melintasi taman dan mendengar suara tangisan seorang anak kecil. Dari jarak lima meter, dia melihat seorang anak laki-laki berusia enam tahun yang menangis tersedu-sedu sendirian, tampak sangat ketakutan.
"Hei, nak, kenapa menangis? Di mana orang tuamu? Kenapa kau sendirian di sini?" tanya Jessica dengan lembut.
"Daniel takut. Bibi Amanda sangat jahat. Dia meninggalkanku sendirian di sini. Bibi, antar aku pulang ke pamanku. Aku ingin pulang," isak anak laki-laki itu yang ternyata bernama Daniel.
"Jangan khawatir, Daniel. Bibi akan mengantarmu pulang ke pamanmu. Tapi kau harus tunjukkan padaku di mana rumah pamanmu," kata Jessica sambil mencoba menenangkan anak laki-laki itu.
Daniel mengangguk. "Kita ke perusahaan saja. Biasanya jam segini Paman masih ada di kantor, dan kantornya ada di seberang jalan itu." Ucap Daniel sambil menunjuk sebuah bangunan megah yang memiliki puluhan lantai. Dan gedung bertingkat itu ada diseberang jalan tempat mereka berada.
"Baiklah, Daniel. Ayo Bibi antar kau ke sana," kata Jessica sambil mengangguk. "Biar Bibi menggendong mu. Kita akan menyeberang jalan." Ucap Jessica lalu membawa Daniel menuju gedung megah yang ditunjuk oleh Daniel.
.
.
"Tuan Muda, apa yang sedang Anda lakukan di sini?" Sean terkejut ketika keluar dari ruangan Zayne dan melihat Daniel datang dengan seorang wanita asing, tapi Sean tahu siapa wanita itu.
"Paman Sean, dimana Pamanku?" Bukannya menjawab, Daniel malah balik bertanya.
Sean tersenyum lembut. "Tuan ada di ruangannya," jawabnya sambil menunjuk ke arah ruangan Zayne. Daniel mengangguk lalu mengajak Jessica untuk masuk ke dalam. "Bibi ayo, aku aku akan mengenalkanmu pada Pamanku, dia harus berterimakasih padamu karena sudah menolongku.
Jessica menggeleng. "Maaf, tapi Bibi harus pergi. Bibi masih ada urusan," tolaknya dengan lembut, menolak untuk ikut masuk ke dalam bersama Daniel.
CKLEKK...
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan sosok yang sangat Jessica kenal keluar dengan wajah dingin tanpa ekspresi. "Ada apa? Kenapa ribut-ribut, Daniel? Sedang apa kau disini?" tanya orang itu yang pastinya adalah Zayne.
"Paman!!" Daniel langsung melompat ke pelukan Zayne, matanya berkaca-kaca. "Paman, Bibi Amanda jahat. Dia menyebutku anak nakal dan pembawa sial lalu meninggalkanku di taman. Pokoknya Paman tidak boleh menikah dengannya, aku tidak akan setuju!! Untung saja ada Bibi cantik ini," ujar Daniel panjang lebar, menunjuk Jessica.
Zayne menoleh dan seketika membuat pandangan mereka bertemu. Jessica tampak membuang muka sementara Zayne menyeringai dingin. Jessica memalingkan wajahnya dan menghindari kontak mata dengan pria itu.
Zayne menatap Jessica dengan seringai yang sama. "Jadi bibi cantik ini yang menolongmu?" Tanyanya, disambut anggukan cepat dari Daniel.
Daniel menatap Zayne dengan serius. "Paman, kau harus memberikan penghargaan untuknya karena sudah membantu keponakan kesayanganmu ini. Sebagai ucapan terima kasih, kau harus mengundangnya makan malam di restoran mewah," ujarnya dengan tegas.
Zayne menyeringai. "Itu ide yang bagus. Malam ini Paman akan mengundangnya untuk makan malam. Sekarang kau pulang dengan Paman Sean, Paman masih banyak pekerjaan," kata Zayne sambil menurunkan Daniel dari gendongannya.
Bocah laki-laki itu mengangguk patuh. "Baiklah, kalau begitu Daniel pergi dulu. Bibi cantik, sampai jumpa nanti malam," kata Daniel sambil melambaikan tangannya pada Jessica sebelum pergi bersama Sean.
Selepas kepergian Daniel dan Sean di sana hanya meninggalkan Jessica dan Zayne. Tanpa berkata-kata wanita itu berbalik dan melenggang pergi. baru satu langkah berjalan. Namun langkahnya terhenti oleh genggaman pada pergelangan tangannya.
Belum sempat Jessica melayangkan protesnya tiba-tiba dia sudah ditarik ke dalam ruangan oleh Zayne. Dia mendorong Jessica dan menghimpitnya di tembok. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Jessica dengan ketus.
"Tidak disangka kita akan bertemu kembali dengan cara seperti ini. Sepertinya kita benar-benar berjodoh, Jessica Valerie," ucap Zayne dengan seringai di bibirnya.
Jessica merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Tatapan dingin Zayne membuatnya merasa terjepit di antara kekhawatiran dan ketertarikan. "Kita tidak memiliki jodoh. Kau hanya seorang klien yang membayar untuk layanan. Jangan campur aduk masalah pribadi kita dengan urusan bisnis," serunya dengan tegas.
Zayne mengabaikan protesnya. "Kau mungkin berpikir begitu sekarang, tetapi kita akan melihat apa yang akan terjadi nanti," balas Zayne, suaranya penuh dengan ketegasan.
Jessica terdiam mendengar kalimat pria itu. Dia merasakan nafas hangat Zayne menerpa kulit wajah dan lehernya
Nafas Zayne yang hangat membuat Jessica merasa gemetar. Meskipun berusaha menahan diri, getaran itu menyebar ke seluruh tubuhnya. "Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya dengan suara parau, mencoba menahan getaran yang menghantamnya.
Zayne menatap Jessica dengan tajam, senyumnya masih terukir di bibirnya. "Apa yang aku inginkan darimu? Aku pikir kau sudah tahu," katanya dengan nada yang penuh teka-teki, membuat Jessica semakin gelisah.
"Tidak, aku tidak tahu apa yang kau inginkan dariku. Dan aku tidak peduli," jawab Jessica dengan suara dingin. Jessica menyentak tangan Zayne lalu mendorong tubuhnya dan pergi begitu saja. Meninggalkan pria itu sendirian di ruangannya.
🌺🌺🌺
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
yumna
wooooooooowwww mnkn km memang berjodoh jes dgan zayne
2024-04-16
1