Penghangat Ranjang Mafia

Penghangat Ranjang Mafia

Awal Pertemuan

Di kota yang tak pernah tidur, di balik kilauan lampu neon dan gemerlap malam, terdapat dunia yang tak terlihat oleh mata orang biasa. Dunia gelap yang dikuasai oleh para mafia, tempat di mana kekuasaan dan kedudukan menjadi mata uang utama. Di sini, jalanan dipenuhi dengan ancaman yang mengintai di setiap sudut, dan kebenaran sering terkubur di bawah lapisan tipu daya dan intrik.

Para bos mafia mengendalikan segalanya dari balik layar, menjalankan operasi gelap mereka dengan kejam dan tanpa ampun. Pertumpahan darah bukanlah hal yang asing, dan tak ada yang benar-benar aman. Dalam dunia gelap ini, kekuasaan adalah segalanya, dan siapapun yang berani melangkah di luar batas akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan.

"Tuan Zhang, minuman Anda," kata seorang bartender sambil menyerahkan minuman milik pria dingin di hadapannya.

"Hmm," jawab pria itu, Zayne.

Seorang pria paruh baya dengan wajah memerah marah memandang wanita malam di hadapannya. "Wanita sialan!! Berani sekali kau menolakku?" bentaknya.

Wanita itu, yang pastinya Jessica, hanya menyeringai sinis. "Kau pikir dirimu siapa, pelacur sepertimu tapi menolak untuk melayaniku?!"

Jessica bersidekap dada, menatap lelaki itu dengan pandangan tajam. "Kau sudah tua, bau tanah. Daripada sibuk mencari kesenangan di sini, sebaiknya pulang dan ajak bermain cucu-cucumu. Lagipula, apa yang bisa aku dapatkan dari bajingan tua dan tidak bermoral sepertimu?!"

"KAU—" bentakan terhenti tiba-tiba.

Pertengkaran itu langsung menarik perhatian semua pengunjung yang ada, termasuk Zayne yang duduk di bar stool dengan wajah dingin.

"Dia berulah lagi," ucap bartender sambil menggelengkan kepala. Zayne menoleh ke arah mereka.

"Namanya Jessica, dia primadona di klub malam ini. Tapi sayangnya, tidak semua orang bisa mendekatinya, hanya orang-orang tertentu saja," jelas bartender yang bernama Vico.

Mendengar penjelasan Vico, Zayne merasa tertarik. Matanya yang biasanya dingin menjadi sedikit lebih tajam, menunjukkan ketertarikannya pada Jessica.

Tanpa berkata-kata, Zayne bangkit dari kursinya dan mendekati Jessica. Dia meraih pinggang wanita itu dan memeluknya dengan intim, membuat Jessica terkejut. Namun, dia tidak bisa menolak pesona dari wajah tampan Zayne.

"Aku butuh seseorang untuk menemani minum," ucap Zayne, suaranya tenang namun tegas. "Dan aku akan memberikan imbalan yang sangat besar untuk itu."

"Lima juta untuk satu jam," jawab Jessica tanpa ragu.

"Tidak masalah. Di dalam kartu ini ada 100 juta. Temani aku sampai pagi," pintanya.

Jessica menyeringai. "Tidak masalah," ucapnya sambil mengambil kartu dari tangan Zayne. "Ayo ikut aku."

Jessica membawa Zayne menuju ruang VVIP. Mereka melintasi kerumunan orang yang tengah asyik menari dan minum. Di dalam ruangan itu, lampu redup menerangi suasana yang eksklusif, menciptakan aura misteri yang menarik.

.

.

Zayne melepaskan jasnya, melemparkannya begitu saja di atas kursi. Menyisakan Vest V-Neck hitam tanpa lengan. Setelah mengunci pintu, Jessica mendekati Zayne, langkahnya ringan namun pasti.

"Kau ingin minum apa?" tanya Jessica sambil menatap Zayne. Di atas meja terdapat beberapa minuman beralkohol bermerek dan mahal.

"Scotch, single malt," jawab Zayne tanpa ragu, matanya menatap langsung ke arah Jessica.

Jessica mengangguk sambil tersenyum kecil, lalu dengan cekatan ia menuangkan scotch single malt ke dalam gelas kristal yang elegan. Dengan gerakan yang fasih, ia menyajikan minuman itu di hadapan Zayne, memperhatikan setiap detail dengan seksama sebelum akhirnya menempatkan gelas itu di meja dengan lembut.

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu?" tanya Jessica sambil duduk di pangkuan Zayne. Dengan lembut, jari-jari lentiknya bergerak di atas benda hitam bertali yang menutup mata kanan pria itu.

Zayne menggenggam tangan Jessica dengan lembut sebelum menciumnya. Aroma bunga sakura yang menenangkan menguar di hidungnya ketika ciuman itu berpindah dari jari-jari lentik Jessica ke tengkuknya.

"Layani aku," pinta Zayne dengan suara lirih.

Jessica menatapnya dengan intens, lalu tersenyum nakal. "Tentu saja. Apapun yang kau inginkan?"

Zayne menarik Jessica lebih dekat, matanya berkilat penuh hasrat. "Aku ingin kau..."

Jessica tersenyum genit. "Apa, hm?"

Zayne mendekatkan bibirnya ke telinga Jessica. "Aku ingin kau memenuhi setiap keinginanku malam ini."

Jessica tersenyum lebih lebar, lalu menggoda, "Oh, aku akan memberikan yang terbaik untukmu, Tuanku."

Zayne tersenyum puas, lalu memeluk Jessica erat. "Hn, itu yang aku inginkan."

Jessica merasakan detak jantungnya berdegup kencang. "Ayo, biarkan aku memberimu pengalaman yang tak terlupakan."

Mereka saling berpandangan, matanya penuh dengan keinginan. Zayne menarik Jessica ke arahnya, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang membara. Jessica menanggapi dengan penuh gairah, mencoba memberikan segalanya untuk memuaskan Zayne.

Dalam pelukan yang erat, mereka tenggelam dalam dunia nafsu yang tak terbatas, siap untuk mengeksplorasi segala kemungkinan bersama.

...🌺🌺🌺...

Wanita tua itu terus batuk-batuk di dalam kamarnya. Tangannya meraih gelas di atas meja. Wajahnya terlihat sangat tersiksa. Dia mencoba mengatur napasnya yang tak menentu sambil berusaha meminum air dari gelas tersebut.

Setiap batuk terasa menyiksa, dan wajahnya meringis kesakitan. Dengan napas tersengal, dia berusaha menahan batuk agar tidak semakin parah. Dinding kamar menyaksikan kesendirian dan penderitaannya, tanpa seorang pun di sisinya untuk menenangkan atau membantunya.

Dengan penuh kesabaran, dia mencoba bertahan dalam kesendirian dan ketidaknyamanan yang menghimpitnya, menerima kenyataan bahwa hanya dirinya sendiri yang bisa meredakan rasa sakit dan penderitaannya.

"Nenek," tiba-tiba seorang pemuda muncul di kamar wanita tua itu dengan wajah panik. "Nenek, apa dadamu sakit lagi?" Dia menatap sang nenek dengan cemas, hatinya dipenuhi kekhawatiran yang mendalam.

"Leon, dimana kakakmu?" tanya Nenek Maria mencari keberadaan Jessica.

Pemuda itu, Leon, mengangkat kepalanya dengan ekspresi sedih, lalu menjawab, "Kakak, masih bekerja dan belum pulang."

"Dia bekerja keras untuk kita. Kakakmu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, dia selalu memprioritaskan kita sebagai prioritas utamanya. Dia pasti kelelahan. Nenek benar-benar merasa bersalah padanya," ucap nenek Maria dengan suara yang penuh sedih, berlinang air mata mengalir di pipinya.

Leon mengangguk setuju. "Untuk itu, Nenek harus menjaga diri baik-baik. Nenek, harus cepat sembuh agar Kakak memiliki lebih banyak waktu bersama kita," ujarnya dengan tulus, berharap agar neneknya bisa segera pulih dan mereka bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama.

Air mata nenek Maria tidak bisa dicegah. Dia menangis sedih. Karena keegoisan kedua orang tuanya, Jessica dan Leon menjadi korban. Kini Jessica harus bekerja keras untuk menghidupi mereka bertiga, mengatasi biaya pengobatannya dan biaya sekolah Leon.

Situasinya begitu berat dan penuh tekanan, tapi Jessica tidak pernah mengeluh dengan keadaannya saat ini. Bahkan dengan beban besar yang harus ia pikul dengan pundaknya sendiri. Dan keadaan telah merubahnya menjadi wanita kuat dan mandiri.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

yumna

yumna

jesica kerja d club mlm juga mnkn keadaan yg memaksa ya...ternyta jesica hrus menghidupi nnek dan adeknya

2024-04-16

1

Puspa Trimulyani

Puspa Trimulyani

aku mampir di sini kak...🤗🤗🤗

2024-04-15

1

🍁𝓪𝓹𝓹𝓵𝓮❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝓪𝓹𝓹𝓵𝓮❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

jesica pasti masih virgin🙈🙈🙈🙈
and zayne lah orang pertama yang merenggut kesucian jesica
moga z setelah kesucian jesica hilang, jesica tak menghilang🥺🥺🥺🥺
and moga nenek maria cepat sihat

2024-04-14

14

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!