Mencari Pekerjaan

Pagi itu, Aqira memulai aktifitasnya dengan semangat. Hari ini dia akan pergi mencari pekerjaan lagi.

Sudah hampir seminggu ini dia keliling kota A untuk mencari pekerjaan. Dia sudah melamar ke berbagai toko, rumah makan dan cafe cafe kecil tetapi tidak ada yang mau menerimanya.

Mengingat kondisi dunia yang tengah mengalami musibah mengakibatkan sepinya pembeli yang mengharuskan beberapa pegawai harus diberhentikan .

Semalam Aqira memutuskan untuk melamar sebagai asisten rumah tangga saja, karena hanya pekerjaan itu yang memiliki peluang lebih besar untuk diterima. Kalau dia melamar ke perusahaan mau jadi apa nanti, mengingat dia hanya lulusan SMA perusahaan mana yang mau menerimanya .

Dan di sinilah dia sekarang, di depan sebuah rumah mewah dengan pekarangan yang luas .

Aqira terlihat sedang berbincang dengan seorang laki laki paruh baya berumur sekitar 50 tahun yang merupakan penjaga rumah mewah itu .

.

"Permisi pak, apakah benar di rumah ini sedang mencari asisten rumah tangga"? tanya Aqira dengan sopan.

"Oh iya Nona." disahut bapak satpam yang bernama Agung itu dengan sopan juga.

"Apakah nona mau melamar kerja disini"? tanya pak Agung lagi.

"Iya pak, apakah lowongannya masih tersedia"?

Sejenak Pak Agung memperhatikan Aqira dan berpikir kalau Aqira masih muda, seharusnya dia sekolah dan tidak mencari pekerjaan seperti saat ini.

"Masih ada sih, tapi saya akan bertanya kepada majikan saya sebentar ya." ucap pak Agung.

"Nona tunggu disini sebentar ya." ucap pak Agung lalu pergi meninggalkan Aqira menuju rumah mewah itu.

Setelah beberapa saat Pak Agung kembali dan mempersilahkan Aqira masuk ke rumah itu.

Saat masuk ke rumah itu, Aqira sangat kagum melihat isi dari rumah itu. Tetapi dia berusaha menutupi kekaguman itu dengan bersikap biasa saja.

.

Seorang wanita paruh baya yang dia yakini adalah pemilik rumah ini menghampiri Aqira.

Dari yang Aqira perhatikan wanita paruh baya ini terlihat kurang ramah walaupun dia memiliki kecantikan yang masih belum luntur diusianya yang hampir setengah abad.

"Siapa namamu?" tanya wanita itu dengan tatapan tajam yang membuat Aqira gelagapan.

"Sa...saya Aqira Nyonya." jawab Aqira menundukkan kepalanya sembari menjulurkan tangannya untuk menyalami wanita itu.

Aqira kaget saat tangan wanita itu menyaut tangannya membalas jabatan Aqira.

Dia mengira wanita itu tidak akan membalas jabatan tangannya karena melihat wajah wanita itu seperti orang sombong. Tapi ternyata tidak.

"Tidak usah gugup begitu, saya tidak akan makan kamu kok." ucap wanita itu.

"Saya Risa, pemilik rumah ini." kata wanita itu memperkenalkan diri .

"Apa benar kamu mau kerja di rumah ini"? tanya nyonya Risa.

"Iya nyonya." jawab Aqira

"Tapi kenapa kamu bekerja, melihat penampilanmu sepertinya kamu masih anak sekolah, apakah kamu tidak sekolah"? tanya nyonya Risa lagi.

"Silahkan duduk di sini dulu biar enak ceritanya." mengajak Aqira duduk di sebuah kursi dekat ruang tamu itu.

"Sebenarnya saya sudah lulus SMA tahun lalu bu, tapi karena keterbatasan biasa saya tidak bisa melanjutkan sekolah saya"? jawab Aqira dengan sopan.

"Loh memangnya orang tua kamu dimana?

Kenapa mereka membiarkan gadis kecil seperti kamu bekerja"? tanya nyonya Risa

"Orangtua saya sudah meninggal dua tahun yang lalu nyonya, saya hanya sebatang kara nyonya." jawab Aqira masih menundukkan kepalanya

"Ah maaf ya, saya tidak bermaksud membuatmu sedih." sahut nyonya Risa.

"Tidak apa apa nyonya, sudah banyak yang bertanya seperti itu pada saya, itu sudah biasa." jawab Aqira

"Kasihan sekali gadis ini , masih muda sudah ditinggal orang tuanya sebatang kara lagi" gumam nyonya Risa dalam hati.

"Tapi apakah kamu bisa melakukan

pekerjaan rumah, melihat rumah saya ini apakah kamu sanggup melakukannya?

Di rumah ini hanya ada satu pelayan, penjaga rumah, sopir dan tukang kebun.

Kalau kamu kerja di sini otomatis tugasmu membersihkan rumah ini, karena pelayan yang lain mendapat tugas memasak di rumah ini."

Saya tidak mempekerjakan banyak pelayan karena keluarga kami tidak terlalu suka

keramaian.

Kemarin pelayan yang bertugas membersihkan rumah ini mengundurkan diri .

Jadi bagaimana apakah kamu sanggup"? tanya nyonya Risa .

"Rumah sebesar ini hanya aku yang membersihkan? Tapi tidak apa apa yang penting aku bisa kerja, aku akan berusaha

semangat Aqira " gumam Aqira dalam hati.

"Saya akan berusaha nyonya, saya juga sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah dengan ibu saya dulu." jawab Aqira semangat.

Sepertinya dia anak yang baik juga sopan,

tidak ada salahnya aku menerimanya." batin nyonya Risa.

"Baiklah saya menerima kamu kerja di sini dengan syarat kamu harus bisa membersihkan rumah ini dengan baik.

Rumah ini harus bersih setiap hari, kami tidak suka rumah ini berantakan, kamu ngerti kan?" kata nyonya Risa

Aqira sangat senang ternyata dia diterima.

"Terima kasih nyonya sudah menerima saya kerja di sini, saya janji akan kerja dengan rajin di rumah ini." jawab Aqira semangat dan tersenyum kepada nyonya Risa

"Baiklah kamu bisa mulai kerja hari ini, Bibi Ane akan menunjukkan kamarmu." kata nyonya Risa.

"Oh ya, jangan panggil saya nyonya" panggil saja saya ibu, ok"? ucapnya lagi.

"Baik bu." jawab Aqira

"Bi Ane..." Bu Risa setengah berteriak memanggil Bibi Ane

Datanglah dari arah belakang seorang wanita sekitar 40 tahun memakai baju khusus pelayan hitam putih dengan apron yang masih melekat di tubuh wanita itu. Nampaknya Bi Ane sedang memasak di dapur pada saat dipanggil oleh majikannya.

"Iya Bu, ada apa Bu"? sahut Bi Ane.

"Ini Aqira pelayan baru di rumah ini, tolong kamu antar dia ke kamar dan jelaskan pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan di rumah ini." perintah Bu Risa kepada Bi Ane.

Bi Ane sekilas memandang Aqira, sepertnya pemikiran yang sama dengan Bu Risa juga terbersit di benak Bi Ane, tapi dia menepis pemikiran itu dan segera mengajak Aqira menuju kamarnya.

"Ini kamarmu, kamar Bibi di sebelah kamarmu

kalau ada yang perlu kamu bilang sama Bibi saja. Istirahatlah sebentar, kamu bisa mulai kerja siang nanti." kata Bibi Ane dengan sopan.

"Iya Bi Ane, terima kasih ya"? jawab Aqira.

"Iya Tidak masalah, saya mau lanjut masak dulu, sebentar lagi tuan besar, tuan muda dan nona Sasa akan pulang untuk makan siang."

ucap Bi Ane daan meninggalkan Aqira di depan kamarnya.

Aqira masuk ke kamarnya, dia juga kagum melihat ruangan yang sekarang menjadi kamarnya itu. Ruangan berdinding putih yang dilengkapi dengan tempat tidur untuk dua orang dan meja di samping tempat tidur itu.

"Wah kamar ini dua kali lebih besar dari kamarku di rumah, orang kaya memang begini ya kamar pembantu saja sebagus ini ,gimana dengan kamar mereka, pasti sebesar rumah peninggalan orangtuaku " batin Aqira dalam hati.

Aqira segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanya yang keringat akibat jalan kaki menyusuri kompleks perumahan ini.

Setelah itu Aqira ingin pergi ke dapur membantu Bi Ane memasak, tadi dia memang disuruh istirahat saja dulu tapi yang namanya Aqira mana pernah membiarkan orang lain bekerja sedangkan dia hanya duduk santai saja, secara Aqira itu kan anak yang rajin.

Karena mendiang ibunya selalu berpesan kepadanya kalau anak perempuan itu harus rajin supaya nanti kalau sudah menikah dia bisa mengurus suami dan anak anaknya.

Aqira keluar dari kamarnya menuju dapur, dia kebingungan mencari dapur di rumah besar ini.

Akhirnya dia bisa menemukannya karena mendengar kebisingan akibat acara masak memasak Bi Ane.Ternyata dapur cukup dekat dengan kamar para pelayan, sehingga Aqira cukup mudah menemukannya.

Di dapur Aqira dibuat terkagum lagi melihat dapur sebesar ini yang dilengkapi dengan peralatan memasak yang begitu banyak dan desain dapur yang mewah.

Aqira segera menghampiri Bi Ane yang terlihat sibuk memasak untuk makan siang.

"Masak apa Bi" ucap Aqira

"Eh kamu Aqira, kamu kenapa disini? Kan kerjanya mulai nanti siang" kata Bi Ane terkejut karena Aqira datang tiba tiba.

"Nggak apa apa kok bi, Aqira mau bantu Bi Ane aja di sini, ga enak, masa saya santai santai sedangkan bibi kerja, saya kan pelayan baru bi jadi nggak boleh malas hhehe." jawab Aqira terkekeh.

"Aqira bantu Bi Ane masak ya"? ucapnya lagi

"Emang kamu bisa masak"? tanya Bi Ane.

"Bisa kok bisa mendiang ibu saya dulu sering ajarin Aqira masak. Emang bibi mau masak apa"? jawab Aqira.

"Wah hebat kamu, masih kecil uda jago masak, biasanya gadis seusia kamu itu taunya main main saja, keluyuran." sahut Bi Ane tersenyum.

"Bibi mau masak makanan rumahan kesukaan keluarga Charles, walaupun keluarga ini kaya tetapi mereka sukanya tetap makanan rumahan Indonesia kok" ucap Bi.

"Sekarang kamu bantu Bibi yang kamu bisa aja ya"? kata Bu Ane lagi

Akhirnya mereka berdua memasak untuk makan siang. Aqira yang awalnya hanya membantu saja jadi ikut memasak dan mengambil alih masakan dari Bi Ane.

Katanya Bi Ane udah tua jadi Bi Ane hanya memperhatikan Aqira memasak, sekali kali membantu membersihkan yang diperlukan Aqira, sembari mengobrol mengenai kehidupan Aqira dulu dan tentang anggota keluarga Charles.

Bi Ane begitu kagum melihat kelihaian memasak Aqira.

"Andai saja dia anakku pasti aku akan sangat senang sekali."batin Bi Ane.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote bnyak2 ya.

Like sama komen juga.

.

.

.

.

.

Love you all😘😗

.

.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Titis KIDDO

Titis KIDDO

bagus ceritanya.. baru nemu karyamu Thor

2021-10-29

0

blue Sky⛅

blue Sky⛅

bagus skali ceritanya,
smua ceritanya aku sukaa

2021-08-20

0

hesti

hesti

rumahnya kayak istana dongeng

2021-07-21

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Mencari Pekerjaan
3 Keputusan
4 Beraninya!!!
5 visual
6 Wanita yang terpilih
7 Romantis
8 Ceraikan aku..!!!!
9 Panggilan Baru
10 Untunglah
11 Pria menyebalkan
12 Pasangan Macam Apa Kalian
13 Pasangan Teraneh
14 Pria Egois
15 Kupikir tidak usah
16 Biarkan saja, aku tidak peduli
17 Mengacuhkanmu..
18 Jangan sia siakan
19 Kenapa begitu menggoda
20 Hampir saja
21 Tidak Rela
22 Pria Macam Apa Yang Kunikahi
23 Dasar Mesum!!
24 Kuliah?
25 Rindu...
26 Siapa yang pulang?
27 Tidur Seranjang
28 My Beloved Husband
29 Maafkan Aku
30 Pemilik Hati
31 Jangan pergi...
32 Belajar Mencintaimu
33 Daddy Kritis?
34 Hanya Sandiwara
35 Aku Mencintaimu
36 Tendangan Maut
37 Dia Milikku
38 Aku Mencintaimu (part 2)
39 Tidak Akan Ada yang Melihat
40 Foto Wanita
41 KONTRASEPSI..?
42 Menjadi Wanita Seutuhnya
43 Aku yang Beruntung
44 Hot Kiss
45 Jangan Memuji Istriku!!
46 Percaya Pada Kak Brian..
47 Jessi?
48 Salah Paham
49 Marah
50 Part 53
51 Cerita Hangat
52 Harusnya Aku
53 Teman
54 Jangan Menemuinya lagi
55 Ternyata hanya Wanita Murahan
56 Aku tidak Bodoh!!
57 Rencana Resepsi
58 Terpergok
59 Joe yang Malang
60 Kenapa belum memiliki anak?
61 Penyesalan
62 Kontrol
63 Kecurigaan Brian
64 KISSMARK
65 Sindy Jatuh Cinta
66 Makan Malam
67 Marah
68 Di Kantor Brian.
69 Obsesi Jessi
70 Anak Tidak Tau Diri
71 TIDAK INGIN BERTEMU
72 Diabaikan
73 Biarkan Aku Sendiri
74 Liciknya Jessi
75 Kejadian Sebenarnya
76 Bertemu Arian
77 Rencana
78 Akhirnya Bertemu
79 Bercerai
80 Tidak Mungkin
81 Kritis
82 Harapan
83 Penyesalan
84 Rahasia
85 Lega
86 Jalan Pintas
87 Akhirnya...
88 Permata Hatiku
89 Sangat Mencintaimu
90 Sadar
91 Kedatangan Hans
92 Kekesalan Brian
93 Perasaan Sindy
94 Aku Mendengar Semuanya.
95 Aku Mengabulkannya...
96 Episode 99
97 Pembawa Sial
98 Tidak pantas
99 Episode 102
100 Episode 103
Episodes

Updated 100 Episodes

1
PROLOG
2
Mencari Pekerjaan
3
Keputusan
4
Beraninya!!!
5
visual
6
Wanita yang terpilih
7
Romantis
8
Ceraikan aku..!!!!
9
Panggilan Baru
10
Untunglah
11
Pria menyebalkan
12
Pasangan Macam Apa Kalian
13
Pasangan Teraneh
14
Pria Egois
15
Kupikir tidak usah
16
Biarkan saja, aku tidak peduli
17
Mengacuhkanmu..
18
Jangan sia siakan
19
Kenapa begitu menggoda
20
Hampir saja
21
Tidak Rela
22
Pria Macam Apa Yang Kunikahi
23
Dasar Mesum!!
24
Kuliah?
25
Rindu...
26
Siapa yang pulang?
27
Tidur Seranjang
28
My Beloved Husband
29
Maafkan Aku
30
Pemilik Hati
31
Jangan pergi...
32
Belajar Mencintaimu
33
Daddy Kritis?
34
Hanya Sandiwara
35
Aku Mencintaimu
36
Tendangan Maut
37
Dia Milikku
38
Aku Mencintaimu (part 2)
39
Tidak Akan Ada yang Melihat
40
Foto Wanita
41
KONTRASEPSI..?
42
Menjadi Wanita Seutuhnya
43
Aku yang Beruntung
44
Hot Kiss
45
Jangan Memuji Istriku!!
46
Percaya Pada Kak Brian..
47
Jessi?
48
Salah Paham
49
Marah
50
Part 53
51
Cerita Hangat
52
Harusnya Aku
53
Teman
54
Jangan Menemuinya lagi
55
Ternyata hanya Wanita Murahan
56
Aku tidak Bodoh!!
57
Rencana Resepsi
58
Terpergok
59
Joe yang Malang
60
Kenapa belum memiliki anak?
61
Penyesalan
62
Kontrol
63
Kecurigaan Brian
64
KISSMARK
65
Sindy Jatuh Cinta
66
Makan Malam
67
Marah
68
Di Kantor Brian.
69
Obsesi Jessi
70
Anak Tidak Tau Diri
71
TIDAK INGIN BERTEMU
72
Diabaikan
73
Biarkan Aku Sendiri
74
Liciknya Jessi
75
Kejadian Sebenarnya
76
Bertemu Arian
77
Rencana
78
Akhirnya Bertemu
79
Bercerai
80
Tidak Mungkin
81
Kritis
82
Harapan
83
Penyesalan
84
Rahasia
85
Lega
86
Jalan Pintas
87
Akhirnya...
88
Permata Hatiku
89
Sangat Mencintaimu
90
Sadar
91
Kedatangan Hans
92
Kekesalan Brian
93
Perasaan Sindy
94
Aku Mendengar Semuanya.
95
Aku Mengabulkannya...
96
Episode 99
97
Pembawa Sial
98
Tidak pantas
99
Episode 102
100
Episode 103

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!