baik baik saja

Jam di dinding kamar Edward menunjuk angka empat, yang artinya ini sudah pukul empat pagi.

Tak terasa satu jam telah beralu sejak Edward menyelesaikan ritualnya pada tubuhnya.

Tanpa ia sadari pun satu jam juga telah di lalui dirinya dengan melamun.

Sejenak Rysta menoleh kepada Edward yang nampak masih tertidur dengan lelap dengan posisi yang begitu dekat dan intim dengannya.

Tubuh polos pria itu menempel sempurna pada tubuhnya, hingga paha kanannya masih bisa merasakan sesuatu yang hangat dan sedikit tegang di sana.

Deru nafas Edward terdengar teratur.

Namun, pria itu masih saja melingkarkan lengannya di atas perut rata Rysta.

Dan wajah pria itu...

Edward masih menjatuhkan wajahnya di ceruk leher Rysta.

Perlahan Rysta mengangkat lengan kokoh Edward dari atas perutnya.

Kemudian ia sedikit bergeser dengan pelan menghindar dari pria itu.

Beberapa detik kemudian, Rysta berhasil bangkit dari pembaringan.

Ia menyeret tubuhnya yang terasa sakit dan porak poranda.

Bagaimana dengan bagin intinya....?! Jangan tanyakan lagi,

Ini adalah yang pertama baginya, sedangkan pria itu memperlakukannya dengan begitu kasar.

Rysta semakin meringis menahan sakit di hampir seluruh tubuhnya.

Tulang tulangnya seakan terlepas dari persendiannya.

Rysta sejenak memejamkan mata ketika merasakan rasa perih di daerah intinya.

Sakit dan perihnya bukan main.

Edward benar benar menggempurnya habis habisan tadi malam.

Dengan langkah terseok seok, Rysta menghampiri pakaiannya yang teronggok di lantai begitu saja.

Wanita itu menghela nafas ketika ia melihat, pakaiannya sudah bisa di pastikan tak akan bisa di pakai lagi.

Kemudian matanya menatap ke arah kemeja Edward yang juga teronggok tak jauh dari pakaiannya.

Segera ia meraih kemeja dan segera memakainya.

Tak ingin berlama lama lagi, ia kembali menghampiri Edward dan menepukkan kedua telapak tangan pria itu.

Klik....

kunci otomatis kamar itu terbuka.

Tapi Edward tetap tak bangun dari tidurnya.

Pria itu hanya sedikit melenguh ketika kedua tangannya terasa bergerak.

Rysta segera berlalu meninggalkan Edward dan kamarnya itu.

Setengah mati Rysta menahan sakit di area sensitifnya ketika melangkah.

Berkali kali ia mendesis menahan sakit.

Tangannya menyentuh dinding ketika tubuhnya sedikit oleng.

" shit..." umpatnya pelan karena ia yang seolah tak mampu menahan bobot tubuhnya.

Rysta berhasil keluar dari apartemen.

Pintu apartemen itu tak menutup sempurna ketika ia masuk bersama Edward tadi, sehingga ia tak membutuhkan sidik jari Edward untuk membukanya.

Dengan menumpang Taksi yang kebetulan ia temukan ketika ia keluar dari loby Apartemen, Rysta menuju apartemennya sendiri yang ia tinggali bersama Alena.

Cklek.....

Pintu apartemen Rysta terbuka.

Alena yang tengah menunggu kedatangan wanita itu sontak menoleh.

Namun sejurus kemudian, mata gadis berambut pirang itu memicing.

" nona...apa yang terjadi, kau baik baik saja...?? " tanyanya khawatir.

Rysta datang dengan penampilan yang sangat kacau, sebuah kemeja dengan panjang sebatas selutut menutupi tubuh langsingnya.

Rambut yang acak acakkan.

Beruntung saat ini mereka tengah tinggal di sebuah negara yang tak begitu menjunjung tinggi norma norma kesopanan.

Sehingga penampilan Rysta yang seperti ini di anggap sudah biasa bagi mereka.

Tunggu....

Kemeja itu sama seperti kemeja yang di pakai Edward di pesta tadi bukan.

Pikir Alena.

" nona Rysta...kau baik baik saja ?! " Alena bangkit dari duduknya kemudian melangkah mendekat kepada Rysta.

" ya..aku baik baik saja, jangan khawatirkan aku..." jawab Rysta pelan sembari melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Alena mengikuti kepergian wanita itu dengan tatapan matanya.

" apa yang sudah terjadi....nona Rysta ...." Alena tak melanjutkan katanya karena kata katanya yang sudah terpotong oleh Rysta.

" jangan berpikir apapun Alena, istirahatlah ...besok kita masih ada jadwal penting " suara Rysta terdengar dari arah tangga.

" ya nona...." jawab Alena.

" tapi...apa anda yakin baik baik saja ?! " tanya gadis itu, mengulang pertanyaannya tadi.

Rysta terdengar menghela nafas.

" tentu saja Alena...kenapa aku tidak harus baik baik saja " jawab Rysta.

" sudahlah...tidurlah sekarang " lanjut Rysta lagi, dan kali ini ia pun melanjutkan langkahnya.

sesampainya di dalam kamarnya, Rysta berdiri di teras balkon kamarnya.

Ia bersandar pada tiang balkon.

kedua tangannya tertumpuk di depan dada.

Tatapan matanya menatap lurus ke depan.

Hembusan angin di pagi hari menerpa wajahnya, mengibarkan helai demi helai rambutnya.

Berrr......

Mulai terasa dingin.

Rysta mengusap kedua lengannya dengan kedua telapak tangannya.

Tapi...sapaan angin pada tubuhnya hingga menimbulkan rasa dingin itu tak membuatnya ingin segera meninggalkan balkon itu.

Tetap di posisi yang sama, wanita dewasa yang terlihat semakin cantik dan matang itu masih menatap gemerlapnya lampu lampu kota yang masih menyala benderang di kejauhan sana.

Ingatannya melayang kepada kejadian bertahun tahun lalu, tepatnya ketika usianya masih 14 tahun.

Sakit yang luar biasa pada perutnya, semakin hari semakin membuat perutnya membuncit.

Ibu kepala panti yang selalu membawanya ke rumah sakit.

Dan saat itu, setelah wanita baya itu menelphon seseorang. Ia segera membawa dirinya ke sebuah rumah sakit besar.

Yang ia tahu sekarang adalah rumah sakit Tang Healthy Hospythal.

Rumah sakit terbesar yang di lengkapi dengan peralatan medis bertekhnologi internasional.

sesampainya di sana, Rysta yang hanya di dampingi oleh ibu panti segera menjalani serangkaian pemeriksaan.

Keesokan harinya, ia segera menjalani tindakan.

Operasi...adalah jalan satu satunya untuk mengobati penyakitnya.

Kanker saluran rahim.

Satu tuba valupi miliknya harus di angkat. Dan ibu kepala panti yang merupakan walinya yang mengambil keputusan itu.

Keputusan itu terpaksa di ambil sang ibu panti yang bernama Iriana demi keberlangsungan hidup Rysta.

Namun paskah operasi, justru di ketahui.

Satu tuba valupi yang tersisa juga bermasalah...

Diameter tuba valupi itu sangat kecil.

Dan itu artinya, sangat sulit bahkan kemungkinan Rysta bisa memeliki keturunan hanya 0, persekian persen saja.

Mustahil.....

Mungkin itulah sebenarnya kata yang cocok untuk menggambarkan sebuah harapan akan kehamilan Rysta nantinya.

Hanya saja dokter menyampaikannya dengan susunan bahasa yang apik sehingga tak menyinggung perasaan yang bersangkutan.

" sabarlah sayang, ingat..kita tak sendiri di dunia ini. Jika seorang anak tak bisa menemani hidupmu suatu hari nanti di dunia ini, yakinlah....Tuhan pasti akan mengirimimu teman dalam bentuk yang lain " ucap bu Iriana waktu itu dan Rysta hanya mengangguk.

 " maafkan ibu karena telah mengambil keputusan ini,

Tapi sungguh..bagi ibu, hidupmu jauh lebih berharga dari pada seorang keturuananmu nanti...

Seorang anak tidak akan menjadi sebuah jaminan seorang laki laki akan

setia kepada seorang wanita.

Bahkan banyak di luaran sana seorang wanita yang bisa memberi keturunan bahkan di duakan hingga di tinggalkan oleh suaminya.

begitupun juga sebaliknya.

Jadi....kamu jangan berkecil hati.

Maju dan teruslah melangkah. Songsong masa depanmu dengan dua tangan terbukan.

Ibu sudah menemukan seseorang yang akan mampu membantumu meraih masa depanmu yang lebih baik " lanjut bu Iriana kepada Rysta lagi.

Rysta menolah menatap wanita baya yang kini duduk di sisinya itu.

" apa maksud ibu... ?! " tanya Rysta

" selepas SMA nanti dia akan membawamu pergi dari sini.

Dia yang telah membiayai semua biaya operasi mu di sini " kata bu Iriana lagi

Rysta mengerutkan keningnya.

" tapi bu...itu artinya...aku...." Rysta terbata begitu ia mengerti arti dari kata kata wanita itu.

" tak apa...pergilah, raih cita citamu...ubah hidupmu, kau berhak mendapatkannya "

Kata kata terakhir wanita itu terngiang jelas di telinga wanita yang nampak masih betah berada di balkon kamarnya dengan hembusan angin dingin yang menerpa tubuhnya.

Tubuh yang masih berbalut kemeja yang panjangnya hanya sebatas lututnya itu.

Rysta kembali terdengar menghela nafas.

" tak ada yang akan berubah. Semua akan tetap seperti semula.

Tak ada apa apa....

Tak pernah terjadi apa apa....aku akan tetap baik baik saja "

Kata Rysta kepada dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

kehidupan yang keras membuat rysta menjadi sosok yg kuat,, tp sebagai sesama perempuan,, sedih aq melihat keadaan mu rysta,, yg sabar dan kuat ya

2024-05-20

0

Anah Raditya Arrasya

Anah Raditya Arrasya

km wanita yg kuat rysta..tetap semngt

2024-04-04

0

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

rysta wanita hebat💪💪

2024-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!