Eps 1 : How We Begin
Kisah ini bukan berawal dari tatapan mata yang membuat jantung berdebar kencang
Kisah ini bukan berawal dari saling memaki lalu merajut asmaraloka
Kisah ini bukan berawal dari drama menjatuhkan sesuatu kemudian berpegangan tangan
Namun, kisah ini berawal dari kekeliruan kecil, yang perlahan mengubah pola hidup dua insan yang saling melengkapi kekurangan mereka
Para insan yang berkeliaran disana seketika berbaris dengan rapi, disusul dengan hadirnya para guru yang memasuki lapangan
Jika dikatakan bahwa bagaskara saat ini sangatlah panas, maka itu cukup berlebihan.
Namun, jika dikatakan bahwa sang mentari sama sekali tidak panas, maka itu bukanlah fakta
Bukan hanya para peserta didik baru yang merasakan panasnya cuaca saat ini, namun para guru juga turut merasakannya
Karena itulah, salah seorang guru segera mengambil microphone dan mulai berbicara panjang dan lebar
Diantara para peserta didik baru yang telah selesai melakukan test serta pengenalan lingkungan sekolah, ada seorang gadis cantik yang menjadi tokoh utama saat ini
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Deandra Kiera, silakan maju
Dengan langkah berani dan dagu yang terangkat, gadis yang di panggil oleh Kepala Sekolah segera menghampiri barisan para guru didepan para siswa-siswi
Deandra Kiera [Dea]
(tersenyum sekilas)
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Ini adalah murid baru yang sangat berbakat
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Saya harap, kalian semua akan mengambil Deandra sebagai contoh yang baik
Disaat sang guru sibuk mengoceh didepan sana, Deandra melirik pada salah satu siswa yang menatapnya dengan tatapan sinis, tak senang dengan kehadirannya
Deandra Kiera [Dea]
(mengibas rambut)
Deandra Kiera [Dea]
(tersenyum angkuh)
Deandra Kiera [Dea]
(mengalihkan pandangan)
[ Kenapa mukanya sewot bener? ]
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
(menatap Deandra)
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
(berbisik)
Setelah ini, kamu ikut ke ruangan saya
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Jangan lupa ajak siswa dengan nama Deovano Kresna
Senyum angkuh gadis itu perlahan meluntur. Kedua netra gelapnya memandang lekat sang Kepala Sekolah yang tersenyum di hadapan seluruh siswa/i
Namun gadis itu menahan diri untuk tidak menunjukkan suasana hatinya yang seketika tidak nyaman karena kalimat terakhir Bu Tiara padanya
Deandra Kiera [Dea]
[ Dia bener-bener rival gue? Si julid itu? ]
Seorang pemuda menghampiri temannya yang sibuk berkutat pada sebuah benda pipih ditangannya dengan ekspresi sedikit kecut
Kedua alisnya seolah akan segera bertaut karena ekspresi seriusnya
Deovano Kresna [Deo]
Shh!
(menoleh)
Deovano Kresna [Deo]
Kenapa sih, Sen?
Senopati Kendra [Seno]
(menatap sinis Deovano)
Lo bisa gak sih lepasin ponsel itu di sekolah?
Senopati Kendra [Seno]
Lagian sekolah tempat belajar, bukan leha-leha
(memberikan air)
Deovano menerima air yang disodorkan oleh Senopati sambil menatap jengah sang sahabat yang juga menatapnya dengan tatapan serupa
Deovano Kresna [Deo]
Gue udah terbiasa, lo jangan reseh
Senopati Kendra [Seno]
Gue? Reseh?
Deovano Kresna [Deo]
Mm
(mematikan ponsel)
Senopati Kendra [Seno]
Siniin ponselnya, biar gue yang pegang
Deovano Kresna [Deo]
Lo bukan pacar gue
Senopati Kendra [Seno]
Gue sahabat lo
Deovano Kresna [Deo]
Gue gak percaya sama lo
Tanpa mengatakan apa-apa, Deovano membawa kakinya pergi dari sana, meninggalkan Senopati yang memandangnya penuh keheranan
Dan dengan suara lantangnya, Senopati meneriaki Deovano yang kian menjauh
Senopati Kendra [Seno]
Woy! Mau kemana lo?!
Deovano Kresna [Deo]
(melambai)
Senopati Kendra [Seno]
Ck! Kalo gue nyusul, terus tasnya gue bawa juga?
(kesal)
Karena hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang disana, Senopati merasa sedikit terpanggil. Meskipun panggilan itu cukup kasar baginya
Senopati Kendra [Seno]
(berbalik)
Senopati Kendra [Seno]
(terkejut)
Senopati Kendra [Seno]
[ Ini anak yang tadi kan? Si songong didepan tadi itu kan?! ]
Dengan perasaan tak berminat, gadis dihadapan Senopati melirik sinis sang pemuda dengan tatapannya yang naik turun memperhatikan kaum Adam didepannya
Beberapa sekon berlalu cukup singkat, hingga gadis dengan pipi chubby itu mengibaskan rambutnya sebelum bersuara
Deandra Kiera [Dea]
Lo Deovano Kresna kan?
Senopati Kendra [Seno]
Bu-
Deandra Kiera [Dea]
Gak usah bacot, lo dipanggil Bu Tiara
Senopati Kendra [Seno]
Gue bukan-
Deandra Kiera [Dea]
Gue bilang lo dipanggil Bu Tiara!
(kesal)
Deandra Kiera [Dea]
Cih!
(mengalihkan pandangan)
Senopati Kendra [Seno]
Gue bukan Deovano!
Deandra Kiera [Dea]
Oh ya?
(sinis)
Deandra Kiera [Dea]
Denger-denger Deovano itu anaknya ramah, ternyata enggak sama sekali
Deandra Kiera [Dea]
Buruan! Gue sibuk!
(pergi)
Senopati Kendra [Seno]
Dibilangin gue bukan Deovano!
(kesal)
Deandra Kiera [Dea]
(menoleh sekilas)
Gausah bohong, tas lo ada gantungan nama lo
Setelah melemparkan kalimat terakhirnya, Deandra segera melangkah meninggalkan Senopati yang hanya terdiam ditempatnya
Perlahan tangan kanannya menarik tas yang tergeletak dipinggir tembok lalu memandangnya dengan helaan nafas panjang
Senopati Kendra [Seno]
Ternyata nih anak rada gabut juga ya..
Senopati Kendra [Seno]
Kirain kerjaannya cuma belajar doang
Deovano Kresna [Deo]
(terbelalak)
Deovano Kresna [Deo]
Tas gue mana?
(melihat sekitar)
Deovano Kresna [Deo]
Seno juga dimana?
(bingung)
Dengan segera, sang pemuda merogoh ponsel di sakunya dan hendak menelpon sang sahabat yang entah pergi kemana bersama tas kesayangannya
Deovano Kresna [Deo]
📞 : Lo dimana?
Deovano Kresna [Deo]
📞 : Ya lo dimana, Senopati?
Deovano Kresna [Deo]
📞 : Ngapain disana?
(bingung)
Deovano Kresna [Deo]
(memijat hidung)
📞 : Gue otw, tunggu di luar ruangan
Setelah memutuskan panggilan singkat mereka, Deovano segera melangkahkan kakinya menyusul Senopati yang kabarnya berada di ruangan Kepala Sekolah
Senopati Kendra [Seno]
(tersenyum miring)
Udah gue bilang, gue bukan Deovano
Deandra Kiera [Dea]
Lagian kenapa tas lo ada gantungan nama Deovano, coba?!
Senopati Kendra [Seno]
Ini tasnya Deo!
Deandra Kiera [Dea]
Seenggaknya tadi lo bisa usaha untuk nelpon Deovano kan?
Senopati Kendra [Seno]
Ngapain gue nelpon orang lagi buang dosa?
Deandra Kiera [Dea]
(mengernyit)
Senopati Kendra [Seno]
BAB!!
(ketus)
Deandra Kiera [Dea]
(tertawa sinis)
Deandra Kiera [Dea]
[ Ternyata selera berteman anak pinter serendah ini ya? Kasihan.. ]
Senopati Kendra [Seno]
(menyinisi Deandra)
Tak lama kemudian terdengan derap langkah kaki seseorang mendekati kedua remaja yang berdiri di depan ruangan Kepala Sekolah
Dengan nafas terengah-engah, pemuda itu memandang dua remaja yang juga memandang dirinya
Senopati Kendra [Seno]
Gausah lari, ege
Deovano Kresna [Deo]
(menatap Senopati)
Senopati Kendra [Seno]
Nih, Deovano Kresna
(menyinisi Deandra)
Deandra Kiera [Dea]
(menatap Deovano)
Deovano Kresna [Deo]
(menatap Deandra)
Senopati Kendra [Seno]
Udahkan? Gue pergi
(pergi)
Deovano Kresna [Deo]
(tersenyum)
Deandra Kiera [Dea]
(mengibas rambut)
Asma lo?
Deovano Kresna [Deo]
Tau dari mana?
(nyengir)
Deandra Kiera [Dea]
(diam)
Deandra Kiera [Dea]
Ekhem..
Deandra Kiera [Dea]
Ayo buruan masuk! Bu Tiara nunggu!
Comments
𝓑𝓲𝓷𝓫𝓲𝓷
OMG! Baru juga bangun udah disuguhi CS baru aja! 🥹
Semangat, Kak!
2024-08-01
1