World | Dobsunie
Eps 1 : How We Begin
Kisah ini bukan berawal dari tatapan mata yang membuat jantung berdebar kencang
Kisah ini bukan berawal dari saling memaki lalu merajut asmaraloka
Kisah ini bukan berawal dari drama menjatuhkan sesuatu kemudian berpegangan tangan
Namun, kisah ini berawal dari kekeliruan kecil, yang perlahan mengubah pola hidup dua insan yang saling melengkapi kekurangan mereka
Para insan yang berkeliaran disana seketika berbaris dengan rapi, disusul dengan hadirnya para guru yang memasuki lapangan
Jika dikatakan bahwa bagaskara saat ini sangatlah panas, maka itu cukup berlebihan.
Namun, jika dikatakan bahwa sang mentari sama sekali tidak panas, maka itu bukanlah fakta
Bukan hanya para peserta didik baru yang merasakan panasnya cuaca saat ini, namun para guru juga turut merasakannya
Karena itulah, salah seorang guru segera mengambil microphone dan mulai berbicara panjang dan lebar
Diantara para peserta didik baru yang telah selesai melakukan test serta pengenalan lingkungan sekolah, ada seorang gadis cantik yang menjadi tokoh utama saat ini
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Deandra Kiera, silakan maju
Dengan langkah berani dan dagu yang terangkat, gadis yang di panggil oleh Kepala Sekolah segera menghampiri barisan para guru didepan para siswa-siswi
Deandra Kiera [Dea]
(tersenyum sekilas)
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Ini adalah murid baru yang sangat berbakat
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Saya harap, kalian semua akan mengambil Deandra sebagai contoh yang baik
Disaat sang guru sibuk mengoceh didepan sana, Deandra melirik pada salah satu siswa yang menatapnya dengan tatapan sinis, tak senang dengan kehadirannya
Deandra Kiera [Dea]
(mengibas rambut)
Deandra Kiera [Dea]
(tersenyum angkuh)
Deandra Kiera [Dea]
(mengalihkan pandangan)
[ Kenapa mukanya sewot bener? ]
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
(menatap Deandra)
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
(berbisik)
Setelah ini, kamu ikut ke ruangan saya
Bu Tiara [Kepala Sekolah]
Jangan lupa ajak siswa dengan nama Deovano Kresna
Senyum angkuh gadis itu perlahan meluntur. Kedua netra gelapnya memandang lekat sang Kepala Sekolah yang tersenyum di hadapan seluruh siswa/i
Namun gadis itu menahan diri untuk tidak menunjukkan suasana hatinya yang seketika tidak nyaman karena kalimat terakhir Bu Tiara padanya
Deandra Kiera [Dea]
[ Dia bener-bener rival gue? Si julid itu? ]
Seorang pemuda menghampiri temannya yang sibuk berkutat pada sebuah benda pipih ditangannya dengan ekspresi sedikit kecut
Kedua alisnya seolah akan segera bertaut karena ekspresi seriusnya
Deovano Kresna [Deo]
Shh!
(menoleh)
Deovano Kresna [Deo]
Kenapa sih, Sen?
Senopati Kendra [Seno]
(menatap sinis Deovano)
Lo bisa gak sih lepasin ponsel itu di sekolah?
Senopati Kendra [Seno]
Lagian sekolah tempat belajar, bukan leha-leha
(memberikan air)
Deovano menerima air yang disodorkan oleh Senopati sambil menatap jengah sang sahabat yang juga menatapnya dengan tatapan serupa
Deovano Kresna [Deo]
Gue udah terbiasa, lo jangan reseh
Senopati Kendra [Seno]
Gue? Reseh?
Deovano Kresna [Deo]
Mm
(mematikan ponsel)
Senopati Kendra [Seno]
Siniin ponselnya, biar gue yang pegang
Deovano Kresna [Deo]
Lo bukan pacar gue
Senopati Kendra [Seno]
Gue sahabat lo
Deovano Kresna [Deo]
Gue gak percaya sama lo
Tanpa mengatakan apa-apa, Deovano membawa kakinya pergi dari sana, meninggalkan Senopati yang memandangnya penuh keheranan
Dan dengan suara lantangnya, Senopati meneriaki Deovano yang kian menjauh
Senopati Kendra [Seno]
Woy! Mau kemana lo?!
Deovano Kresna [Deo]
(melambai)
Senopati Kendra [Seno]
Ck! Kalo gue nyusul, terus tasnya gue bawa juga?
(kesal)
Karena hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang disana, Senopati merasa sedikit terpanggil. Meskipun panggilan itu cukup kasar baginya
Senopati Kendra [Seno]
(berbalik)
Senopati Kendra [Seno]
(terkejut)
Senopati Kendra [Seno]
[ Ini anak yang tadi kan? Si songong didepan tadi itu kan?! ]
Dengan perasaan tak berminat, gadis dihadapan Senopati melirik sinis sang pemuda dengan tatapannya yang naik turun memperhatikan kaum Adam didepannya
Beberapa sekon berlalu cukup singkat, hingga gadis dengan pipi chubby itu mengibaskan rambutnya sebelum bersuara
Deandra Kiera [Dea]
Lo Deovano Kresna kan?
Senopati Kendra [Seno]
Bu-
Deandra Kiera [Dea]
Gak usah bacot, lo dipanggil Bu Tiara
Senopati Kendra [Seno]
Gue bukan-
Deandra Kiera [Dea]
Gue bilang lo dipanggil Bu Tiara!
(kesal)
Deandra Kiera [Dea]
Cih!
(mengalihkan pandangan)
Senopati Kendra [Seno]
Gue bukan Deovano!
Deandra Kiera [Dea]
Oh ya?
(sinis)
Deandra Kiera [Dea]
Denger-denger Deovano itu anaknya ramah, ternyata enggak sama sekali
Deandra Kiera [Dea]
Buruan! Gue sibuk!
(pergi)
Senopati Kendra [Seno]
Dibilangin gue bukan Deovano!
(kesal)
Deandra Kiera [Dea]
(menoleh sekilas)
Gausah bohong, tas lo ada gantungan nama lo
Setelah melemparkan kalimat terakhirnya, Deandra segera melangkah meninggalkan Senopati yang hanya terdiam ditempatnya
Perlahan tangan kanannya menarik tas yang tergeletak dipinggir tembok lalu memandangnya dengan helaan nafas panjang
Senopati Kendra [Seno]
Ternyata nih anak rada gabut juga ya..
Senopati Kendra [Seno]
Kirain kerjaannya cuma belajar doang
Deovano Kresna [Deo]
(terbelalak)
Deovano Kresna [Deo]
Tas gue mana?
(melihat sekitar)
Deovano Kresna [Deo]
Seno juga dimana?
(bingung)
Dengan segera, sang pemuda merogoh ponsel di sakunya dan hendak menelpon sang sahabat yang entah pergi kemana bersama tas kesayangannya
Deovano Kresna [Deo]
📞 : Lo dimana?
Deovano Kresna [Deo]
📞 : Ya lo dimana, Senopati?
Deovano Kresna [Deo]
📞 : Ngapain disana?
(bingung)
Deovano Kresna [Deo]
(memijat hidung)
📞 : Gue otw, tunggu di luar ruangan
Setelah memutuskan panggilan singkat mereka, Deovano segera melangkahkan kakinya menyusul Senopati yang kabarnya berada di ruangan Kepala Sekolah
Senopati Kendra [Seno]
(tersenyum miring)
Udah gue bilang, gue bukan Deovano
Deandra Kiera [Dea]
Lagian kenapa tas lo ada gantungan nama Deovano, coba?!
Senopati Kendra [Seno]
Ini tasnya Deo!
Deandra Kiera [Dea]
Seenggaknya tadi lo bisa usaha untuk nelpon Deovano kan?
Senopati Kendra [Seno]
Ngapain gue nelpon orang lagi buang dosa?
Deandra Kiera [Dea]
(mengernyit)
Senopati Kendra [Seno]
BAB!!
(ketus)
Deandra Kiera [Dea]
(tertawa sinis)
Deandra Kiera [Dea]
[ Ternyata selera berteman anak pinter serendah ini ya? Kasihan.. ]
Senopati Kendra [Seno]
(menyinisi Deandra)
Tak lama kemudian terdengan derap langkah kaki seseorang mendekati kedua remaja yang berdiri di depan ruangan Kepala Sekolah
Dengan nafas terengah-engah, pemuda itu memandang dua remaja yang juga memandang dirinya
Senopati Kendra [Seno]
Gausah lari, ege
Deovano Kresna [Deo]
(menatap Senopati)
Senopati Kendra [Seno]
Nih, Deovano Kresna
(menyinisi Deandra)
Deandra Kiera [Dea]
(menatap Deovano)
Deovano Kresna [Deo]
(menatap Deandra)
Senopati Kendra [Seno]
Udahkan? Gue pergi
(pergi)
Deovano Kresna [Deo]
(tersenyum)
Deandra Kiera [Dea]
(mengibas rambut)
Asma lo?
Deovano Kresna [Deo]
Tau dari mana?
(nyengir)
Deandra Kiera [Dea]
(diam)
Deandra Kiera [Dea]
Ekhem..
Deandra Kiera [Dea]
Ayo buruan masuk! Bu Tiara nunggu!
Eps 2 : Classmate
Seorang pemuda berdiri didepan papan pengumuman, mencari dimana nama dan kelasnya berada
Biasanya seseorang akan mencari namanya dari kelas pertama hingga kelas terakhir, namun berbeda dengan sang pemuda yang yakin bahwa ia pasti akan berada dikelas paling terakhir
Deovano Kresna [Deo]
(mengecek arloji)
Deovano Kresna [Deo]
Masih lama, Sen?
Senopati Kendra [Seno]
Bentar.. Nama kita belum ketemu
Deovano Kresna [Deo]
Ada sepuluh kelas diangkatan kita, dan lo cari nama kita berdua di kelas IPS
Deovano Kresna [Deo]
Jujur sama gue, lo milih masuk kelas IPS? Bukannya kita janji sama-sama masuk MIPA?
Senopati Kendra [Seno]
Eh? Iya juga ya..
(memandang sekilas Deo)
Deo menghela nafas panjang lalu hendak mendekati papan pengumuman, berniat mencari namanya diantara banyaknya nama yang tercetak disana
Deovano Kresna [Deo]
(menoleh)
"Eh? Sorry, gue gak sengaja,"
Deo yang awalnya hendak memusatkan fokusnya mencari namanya pada papan pengumuman sedikit tersenyum kala mengenal siapa yang tidak sengaja menabraknya
Sedang sang gadis segera mengalihkan atensinya pada kertas yang tertempel pada papan pengumuman, berniat mencari kelas yang akan ia gunakan untuk menuntut ilmu
Senopati Kendra [Seno]
Deo, kayaknya-
(melihat Deo)
Senopati Kendra [Seno]
(mengerjap-ngerjap)
Senopati Kendra [Seno]
ELO?! CEWEK SONGONG?!
(heboh)
Gadis yang sibuk menunjuk papan pengumuman dengan jari telunjuk kanannya menoleh dengan penuh angkuh, memandang sinis Seno yang sangat heboh akan kehadirannya
Deandra Kiera [Dea]
Sorry to say, gue bukan artis
Deandra Kiera [Dea]
Gausah heboh
Senopati Kendra [Seno]
(tertawa mengejek)
Wahh! Liat! Masih bisa jual mahal dia!
Senopati Kendra [Seno]
Setelah keliru antara gue sama sahabat gue, lo masih punya nyali untuk berhadapan sama kita berdua?
Deovano Kresna [Deo]
Seno..
(berusaha menengahi)
Bukannya menjawab, Dea selaku sang gadis yang di tuding oleh Seno lantas tertawa pelan sambil melirik salah satu kertas yang tertempel jelas pada papan pengumuman
Deandra Kiera [Dea]
Ngapain gue takut?
Deandra Kiera [Dea]
Kita bertiga sekelas
(tatapan datar)
Senopati Kendra [Seno]
Hah?
(tercengang)
Deovano Kresna [Deo]
(diam)
Deandra Kiera [Dea]
(melirik Deo)
Ternyata para guru mau kita berdua bersaing di dalam ruangan yang sama
Deandra Kiera [Dea]
Walaupun begitu, gue mau ingetin satu hal yang cukup menguntungkan buat lo
(tersenyum miring)
Senopati Kendra [Seno]
Deo pastinya gak butuh! Deo kan pinter!
Deandra Kiera [Dea]
(menghiraukan)
Mau gimanapun, gue lambat soal menghitung
Deovano Kresna [Deo]
(mengernyit)
Seno hanya diam dan berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh Dea. Sedangkan gadis gembul itu tidak mengatakan apa-apa lagi dan pergi begitu saja
Deovano Kresna [Deo]
(menghela nafas panjang)
Senopati Kendra [Seno]
Wait a minute..
Maksudnya apaan?
Senopati Kendra [Seno]
Dia ngasih tau kelemahannya biar apa? Keliatan keren?
Deovano Kresna [Deo]
Lo gak paham?
Senopati Kendra [Seno]
Karena itu gue nanya
Deovano Kresna [Deo]
(diam)
Jika boleh jujur, Deo cukup terusik dengan Seno serta Dea yang sejak tadi saling melemparkan tatapan sengit
Sebenarnya jika di lihat-lihat, Dea hanya masa bodo dan sesekali menyinisi Seno yang terus melemparkan tatapan sengit
Deo berkali-kali menegur Seno agar bersikap sopan pada Dea, namun pemuda itu merasa enggan harus bersikap baik pada gadis itu
Pak Dodi
Jadi, ada yang mau menawarkan diri sebagai Ketua Kelas?
Senopati Kendra [Seno]
(angkat tangan)
Deandra Kiera [Dea]
(tertawa mengejek)
Senopati Kendra [Seno]
Dih?
Senopati Kendra [Seno]
Lo tuh gak diajak ya!
(sinis)
Senopati Kendra [Seno]
(kesal)
Pak Dodi
Jadi, Senopati mau mengajukan diri sebagai Ketua?
Senopati Kendra [Seno]
Tidak, Pak!
Senopati Kendra [Seno]
Saya mau menyarankan
(senyum)
Pak Dodi
Siapa yang mau kamu sarankan?
Senopati Kendra [Seno]
(tersenyum miring)
Senopati Kendra [Seno]
Deandra Kiera, Pak
Senopati Kendra [Seno]
AWWWW!!!!
(menjerit)
Senopati Kendra [Seno]
SAKIT SETANN!!
Senopati Kendra [Seno]
APAAN SIH, DEO?!
Deovano Kresna [Deo]
(melotot)
Seno tak berani melawan Deo jika pemuda itu sudah memelototinya, karena Deo cukup mengerikan saat marah
Bahkan Seno merasakan kakinya yang cenat-cenut akibat injakan Deo yang sangat keras dan penuh tenaga. For first time Seno diinjak Deo sekeras ini
Senopati Kendra [Seno]
(menutup mulut)
Senopati Kendra [Seno]
[ Deo syaland ]
Deandra Kiera [Dea]
(tersenyum miring)
[ Cari perkara ternyata ]
Pak Dodi
(menatap Dea)
Kamu bersedia, Deandra?
Deandra Kiera [Dea]
(tersenyum miring)
Sebenarnya tidak, Pak..
Deandra Kiera [Dea]
Tapi kalau dibilang bersedia menjadi perangkat kelas, saya bersedia menjadi Bendahara
Pak Dodi
Baiklah, ada yang tidak setuju jika Deandra menjadi Bendahara?
Senopati Kendra [Seno]
(angkat tangan)
Senopati Kendra [Seno]
(meringis)
Senopati Kendra [Seno]
(menatap sinis Deo)
Deovano Kresna [Deo]
Mending lu kalem aja kata gue, Sen
Tak terbayangkan betapa sakitnya tangan Seno yang tiba-tiba ditarik Deo dan membentur meja begitu saja
Bahkan bunyi nyaringnya saja mampu membuat seisi kelas meringis, empati mereka cukup nyata saat ini
Senopati Kendra [Seno]
(mengusap jari)
Senopati Kendra [Seno]
Kenapa lo belain si Dea mulu dah? Perasaan gue sohib lo
(gumam)
Deovano Kresna [Deo]
(melirik Dea)
Deandra Kiera [Dea]
(menopang dagu)
Dea yang sibuk merapikan mejanya menjadi teralihkan saat Deo memanggilnya
Deovano Kresna [Deo]
Deandra
Deandra Kiera [Dea]
(menoleh)
Deovano Kresna [Deo]
(mendekat)
Anu..
Deo berdiri tegak dihadapan Dea sambil mengelus tengkuknya. Rasanya sedikit canggung berhadapan dengan gadis gembul itu
Deandra Kiera [Dea]
To the point, what?
Deandra Kiera [Dea]
For what?
Deovano Kresna [Deo]
Seno emang gak suka sama kamu, jadi anaknya keterlaluan
Deandra Kiera [Dea]
(mengernyit)
[ Dia pake aku-kamu? ]
Deandra Kiera [Dea]
Ahem..
Deandra Kiera [Dea]
Kenapa jadi lo yang minta maaf?
Deovano Kresna [Deo]
Karena sahabatnya...?
(bingung)
Deo terdiam sejenak dengan kedua netra gelapnya memandang lekat Dea yang juga memandangnya, menunggu jawaban dari bibirnya
Deovano Kresna [Deo]
Jujur, aku juga gak tau kenapa aku minta maaf
Deovano Kresna [Deo]
Tolong terima permintaan maaf aku
Deandra Kiera [Dea]
(mengalihkan pandangan)
Deandra Kiera [Dea]
Anggap aja kita impas
(tersenyum simpul)
Deandra Kiera [Dea]
Kita teman sekelas sekarang
Deovano Kresna [Deo]
Tapi-
Dea melirik beberapa temannya yang tengah melambaikan tangan didepan pintu
Deandra Kiera [Dea]
Gue duluan
(menepuk bahu Deo)
Deovano Kresna [Deo]
(menggigit bibir)
[ Ngapain pake aku-kamu? Lo mau sok formal? Naksir lo?! ]
Yuliara Avanti
Lihatlah Ratu penerjemah kita!
(tepuk tangan)
Deandra Kiera [Dea]
(merotasi mata malas)
Halwa Olvianti
Oh iya, lo ngapain sama si Deo? Serius bener aura kalian tadi
Yudiana Syafanni
Oh ya? Lo deket sama Deo, ya, Dea?
Yuliara Avanti
(terkekeh)
Pasti deket, nama mereka aja mirip
Yuliara Avanti
Deo sama Dea
Deandra Kiera [Dea]
Kalian gak kasih kesempatan buat gue ngomong?
Jeanta Bernessa
Bukan gak kasih kesempatan, tapi belum di kasih kesempatan
(tertawa pelan)
Sherinna Yeilanda
Bisa gak sih kalo senyum jangan lebar gitu? GEMES TAUKK
(gemas)
Jeanta Bernessa
Hehehe... Maaf ya, Sherin
Aku sengaja soalnya
Deandra Kiera [Dea]
(terdiam)
[ Aku-kamu... Itu hal biasa ]
Yudiana Syafanni
Terus lo sama Deo gimana? Dia ngomong apaan?
Yuliara Avanti
Jangan bilang di jedor sama Deo, kan kalian berdua keliatan serius tadi
Halwa Olvianti
Bahaya! Gak mungkin dong!
Halwa Olvianti
Kita harus menjaga Dea dari yang namanya cinta! Dia gak boleh teralihkan sedikitpun dari belajar sama ngurus Dede!
Sherinna Yeilanda
Bener! Kita harus tetep dapet contekan dari Dea!
Mau bagaimana lagi? Dea hanya mampu menghela nafas panjang menghadapi kerandoman teman-temannya
Samuel Hilamovi
(menggeleng)
Menurut gue nih ya, Bro..
Theo Kafeel
Lo salah
(menunjuk wajah Deo)
Deovano Kresna [Deo]
Iya kah..?
Senopati Kendra [Seno]
Lagian ngapain minta maaf?
Senopati Kendra [Seno]
Gue gak berbuat kriminal ye
Sheo Lakhsamana
Please deh, Sen..
Kita gak lagi bahas soal permintaan maaf Deo
Stevano Pranantha
Kita tengah membahas penggunaan kata aku-kamu yang Deo pake
Deovano Kresna [Deo]
Tapikan itu bukan hal tabu diantara remaja..
(gumam)
Theo Kafeel
Zaman sekarang, kita perlu mengutamakan lo-gue daripada aku-kamu
Theo Kafeel
You know what?
Deovano Kresna [Deo]
(melirik Theo)
Stevano Pranantha
Biasanya aku-kamu dianggap formal, makanya jarang dipake di kalangan remaja
Sheo Lakhsamana
Catat, Bro
Sheo Lakhsamana
Sekali pake aku-kamu, maka lo harus pake terus biar gak mendadak canggung
Samuel Hilamovi
Gak deh, She..
Temen sekelas kalo canggung tuh susah, setiap hari ketemu kok
Senopati Kendra [Seno]
(menopang dagu)
Eps 3 : Rival
Jam pelajaran pertama hari ini adalah PJOK. Mata pelajaran yang sangat di benci oleh seorang gadis mungil karena melibatkan terlalu banyak aktivitas fisik
Deandra Kiera [Dea]
Jujur, ini gak sama dengan menari
Yudiana Syafanni
(mengusap telinga)
Ya apa salahnya?
Yudiana Syafanni
Biasanya nih ya, orang yang pinter wajar kalo gak bisa olahraga
Yudiana Syafanni
Jadi santai aja
Deandra Kiera [Dea]
Terus orang yang bisa olahraga gimana?
(melirik Yudiana)
Yudiana Syafanni
Setau gue kebalikannya
Deandra Kiera [Dea]
Berarti lo bukan orang
Yudiana Syafanni
Hah?!
(bingung)
Dengan wajah santainya, Dea mengulang kembali kalimat penenang yang Yudiana lontarkan beberapa sekon yang lalu
Yudiana Syafanni
Apa-apaan ejekan itu? Gue gak pintar dan gak bisa olahraga?
Deandra Kiera [Dea]
(terkekeh)
Deandra Kiera [Dea]
Ayo keluar! Yang lain udah nunggu lama di lapangan
(merangkul Yudiana)
Yudiana Syafanni
Ah, ini salah satu kelebihan gue
(nyengir)
Deandra Kiera [Dea]
Apaan?
Yudiana Syafanni
Lo susah mau ngerangkul gue
Deandra Kiera [Dea]
(merotasi mata malas)
Ngeselin lo!
Disaat yang lain sibuk dengan menendang bola, ada seorang pemuda yang merupakan bagian dari kelas X MIPA A tidak mengikutsertakan diri dalam pelajaran PJOK
Senopati Kendra [Seno]
Deo!
(melambai)
Deovano Kresna [Deo]
(menoleh)
Senopati Kendra [Seno]
Over bolanya dong! Gerak dikit gapapa!
Deovano Kresna [Deo]
(melihat bola)
Baru saja tangan kanannya bergerak mengambil bola, ada kaki yang dengan kasarnya menendang bola didepan Deo
Deovano Kresna [Deo]
(terkejut)
Deovano Kresna [Deo]
(menoleh)
Deandra Kiera [Dea]
Sorry, lo terlalu lambat
Deovano Kresna [Deo]
(mengernyit)
Deandra Kiera [Dea]
Gue paham lo punya asma, jadi gak ikut olahraga
Deandra Kiera [Dea]
But why?
Emang lo yang gak mau, atau gak dibolehin?
(senyum meremehkan)
Deo hanya diam lalu mengalihkan fokusnya pada teman-temannya yang sibuk bermain bola di lapangan, tidak berniat menjawab pertanyaan Dea sedikitpun
Deandra Kiera [Dea]
Gak jawab berarti opsi pertama
Deovano Kresna [Deo]
(melirik sekilas Dea)
Deandra Kiera [Dea]
Seenggaknya gue juga bisa leha-leha kalo lo gak mau ikut olahraga
Deandra Kiera [Dea]
You know what I mean, right?
Deovano Kresna [Deo]
Seno gak izinin aku ikut
Deovano Kresna [Deo]
Dan tolong, aku gak terlalu ngerti Bahasa Inggris
Deandra Kiera [Dea]
(melirik Deovano)
Deandra Kiera [Dea]
Iya kah? Lo ngasih tau gue kekurangan lo?
(senyum miring)
Deo tak menjawab dan hanya memandang temannya yang sibuk di tengah lapangan. Sedangkan Dea menyisipkan sepasang earphone pada kedua rungunya
Mendengarkan musik sambil menggerakkan tangannya mengikuti lantunan musik adalah hal biasa bagi Dea. Tapi tidak bagi pemuda yang duduk sopan di sampingnya
Deovano Kresna [Deo]
(melirik Dea)
Deovano Kresna [Deo]
[ Dia bebas.. ]
Jika boleh jujur, Dea sudah tidak sanggup menahan rasa kantuknya lagi. Sayangnya, ia harus berusaha menahan rasa kantuknya agar dapat memahami materi yang disampaikan
Deandra Kiera [Dea]
(menopang dagu)
Deovano Kresna [Deo]
(melihat Dea)
Yuliara Avanti
(menyenggol Dea)
Deandra Kiera [Dea]
(menoleh)
Yuliara Avanti
Diliatin ayang tuh!
(bisik)
Deandra Kiera [Dea]
Mm? Saha?
(bingung)
Yuliara Avanti
(tersenyum)
Lucu lo
Yuliara Avanti
Noh!
(menunjuk Deo)
Deo yang sejak tadi memperhatikan Dea sontak mengalihkan pandangannya saat melihat Yuliara menunjuk dirinya
Sedangkan Dea sendiri bingung. Karena begitu ia menoleh, tidak ada satupun yang tengah menatap dirinya
Deandra Kiera [Dea]
Siapa sih, Yu?
Yuliara Avanti
(terkekeh pelan)
[Guru]
Jadi, ada yang bisa menjawab pertanyaan ini sekaligus menjelaskan cara mendapatkan hasilnya?
Dea menoleh kebelakang karena merasa ada yang menyentuh punggungnya
Yudiana Syafanni
Wakilin kita, pliss!!
(gumam memohon)
Deandra Kiera [Dea]
(menoleh)
[Guru]
Bisa kan?
(tersenyum)
Deovano Kresna [Deo]
(memandang Dea)
Senopati Kendra [Seno]
(tersenyum miring)
Liat, dia malah diam aja tuh
Dea sejak tadi sama sekali tidak fokus dengan penjelasan sang guru, dan saat ini ia harus berhadapan dengan pertanyaan Matematika?
Deovano Kresna [Deo]
(angkat tangan)
Saya aja, Bu
Seisi kelas sontak memandang Deo yang mengajukan diri sebelum Dea menjawab
Dea yang disela merasa tersinggung karena Deo seolah tidak menghargainya atau bahkan membiarkan Dea memberikan jawabannya
Deandra Kiera [Dea]
Maksud lo apaan?!
(kesal)
Deovano Kresna [Deo]
(berdiri)
Deovano Kresna [Deo]
Aku gak butuh waktu lama untuk kerjain soal itu
(melirik Dea)
Deandra Kiera [Dea]
Bukan berarti lo bisa seenaknya nyela gue kan?!
Senopati Kendra [Seno]
(tepuk tangan pelan)
Seno suka keributan!
Sherinna Yeilanda
Gue gak nyangka, Deo temenan sama orang sinting
(sinis)
Dengan langkah angkuh, Deo mengambil tempat didepan papan tulis lalu berbalik sejenak untuk memandang Dea yang menatapnya penuh kekesalan
Deovano Kresna [Deo]
(tersenyum miring)
Deo kembali menghadap pada papan tulis dan mulai menorehkan tinta spidol pada papan tulis dengan ekspresi angkuhnya
Sedangkan para siswa kelas X MIPA A hanya mampu bungkam, tidak ada yang berani seperti Seno untuk membuat keduanya semakin ingin bersaing
Deandra Kiera [Dea]
(melipat tangan)
Deandra Kiera [Dea]
[ Gotcha! ]
(tersenyum miring)
Bel pergantian pelajaran telah berbunyi, dan kini semua murid harus menunggu kedatangan guru selanjutnya
Sambil menunggu guru memasuki kelas, Seno yang duduk bersama Deo berseberangan dengan Dea segera menopang dagu sambil memandang gadis itu
Halwa Olvianti
Gak bosen apa? Lo udah rewatch lebih dari lima kali
Deandra Kiera [Dea]
(menoleh)
Sejak kapan gue bosan sama kartun?
Halwa Olvianti
Oke fine! I'm just making small talk!
Deandra Kiera [Dea]
(mengabaikan)
Senopati Kendra [Seno]
(menggeleng kasihan)
Senopati Kendra [Seno]
Halwa.. Halwa..
(merasa iba)
Halwa dan Dea yang berada di seberang meja Seno dan Deo segera menoleh karena intonasi pemuda itu sangat jelas tengah mengejek mereka
Deovano Kresna [Deo]
(menyenggol Seno)
Senopati Kendra [Seno]
(menghindar)
Senopati Kendra [Seno]
Biarin aja Dea kita nonton..
Dia butuh refreshing setelah Matematika yang gak bisa dia jawab tadi
Deandra Kiera [Dea]
(menyinisi Seno)
Deovano Kresna [Deo]
Sen, jaga mulut lo
(mengernyit)
Senopati Kendra [Seno]
Gimana rasanya dikalahkan sama seorang Deovano Kresna?
Senopati Kendra [Seno]
(tertawa mengejek)
Nilai test MOS ternyata cuma kebetulan ya? Olimpiade waktu SMP? Apa itu?
Senopati Kendra [Seno]
Terbukti kalau otak Deo lebih berbobot daripada lo
Deovano Kresna [Deo]
Seno..
(kesal)
Halwa Olvianti
(menatap Dea)
Deandra Kiera [Dea]
(tertawa pelan)
Deandra Kiera [Dea]
Hmm...
Deandra Kiera [Dea]
Ternyata emang dugaan gue yang salah
Bahkan kalian gak ngerti trik gue
Deovano Kresna [Deo]
(menatap Dea)
Senopati Kendra [Seno]
Hah?
(speechless)
Halwa Olvianti
Jadi, Deo bocorin kelemahannya?
Deandra Kiera [Dea]
M-Hm..
(terkekeh)
Senopati Kendra [Seno]
Maksud lo apaan?!
(menuding Dea)
Deandra Kiera [Dea]
Test MOS udah pasti punya banyak pertanyaan Matematika yang menjebak, dan gue jadi peringkat pertama
Deandra Kiera [Dea]
Karena gue bilang gue lemah dalam menghitung, kalian anggap itu kesempatan yang bagus
Deandra Kiera [Dea]
Who is the fool here?
Deandra Kiera [Dea]
Sebenarnya durasi menghitung gue diatas rata-rata
Deandra Kiera [Dea]
Tapi gue gak nyangka kalian gak punya feel suspicious sama sekali
Halwa Olvianti
Wait wait wait! Lo merendahkan diri untuk dapat rival?
Deandra Kiera [Dea]
Kenapa? Berbagi dan berebut ilmu itu seru
Deovano Kresna [Deo]
Gak sama sekali
(menatap tajam Dea)
Deandra Kiera [Dea]
Why not?
Deandra Kiera [Dea]
Kita buktikan, siapa yang berprestasi disini
Senopati Kendra [Seno]
(memandang Deo)
Deovano Kresna [Deo]
Bukannya tau kelemahan lawan sebelum mulai itu curang?
Senopati Kendra [Seno]
Nah! You did it!
(membela Deo)
Deandra Kiera [Dea]
Itu cuma trik kecil, lo juga boleh cari kelemahan gue
Senopati Kendra [Seno]
Simpel aja sih
(angguk paham)
Deovano Kresna [Deo]
Diam, Senopati
(melirik sinis Seno)
Senopati Kendra [Seno]
Gue berniat bantuin lo ngelawan rival lo ini!
Halwa Olvianti
Boy, gue bahkan gak sedikitpun bantuin Dea
Senopati Kendra [Seno]
Not my business
Senopati Kendra [Seno]
(memandang Dea)
Senopati Kendra [Seno]
Pastinya gue setuju sama sihir Valtor yang ngebuat Raja Radius tunangan sama Cassandra
Senopati Kendra [Seno]
(senyum miring)
Atau-
Deandra Kiera [Dea]
Bukannya kekanakan kalo lo bahas kartun sekarang?!
Senopati Kendra [Seno]
Buktinya lo kepancing
Halwa Olvianti
Ugh...
Nice shoot, Seno
Deandra Kiera [Dea]
(menyinisi Halwa)
Deovano Kresna [Deo]
Poin pentingnya jadi rival itu gak boleh curang
Deovano Kresna [Deo]
Dan kamu udah curang sebelum semuanya dimulai
Deandra Kiera [Dea]
Oke, fine..
Gue salah
Deandra Kiera [Dea]
Kita jadi rival yang seimbang, deal?
Deandra Kiera [Dea]
Lupain kalo gue udah curang sebelumnya
Halwa Olvianti
(memandang Seno)
Senopati Kendra [Seno]
(memandang Halwa)
Deovano Kresna [Deo]
Oke, deal
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!