BMr.K 12.

"Benar-benar melelahkan harus berbohong pada bunda dan abang, apa keputusanku ini salah?" Aira termenung disebuah taman kota yang cukup ramah lingkungan.

"Memang salah." Suara itu tiba-tiba terdengar di telinga Aira.

Sontak saja hal itu membuat Aira merasa merinding dan ia segera memutar wajahnya untuk melihat siapa pemilik dari suara tersebut. Apakah orang itu berbicara padanya, atau hanya khayalannya saja.

Cup.

"Aaaa, anda!" Begitu kagetnya Aira ketika ia merasakan bibirnya menyentuh sesuatu dan berteriak mendorong.

"Terima kasih, aku sungguh bahagia." Kenzo menyeringai dengan begitu senangnya.

Lagi-lagi Aira harus dihadapkan dengan pria yang selalu membuatnya terjatuh pada masalah, berniat untuk menenangkan pikirannya sejenak dari kejenuhan yang ada. Namun bukan ketenangan yang didapatkan, melainkan masalah baru dimana membuat Aira harus segera bertindak.

"Tunggu, jangan pergi." Kenzo mencegah Aira yang sudah berjalan menjauhi dirinya.

"Lepas tuan, anda benar-benar sudah terlalu bertindak semaunya." Ketus Aira yang menarik tangannya dari cengkraman Kenzo.

"Jangan pergi, aku membutuhkanmu Aira." Kalimat halus itu meluncur dari pemiliknya.

"Huh, lebih baik anda pulang dan berisitirahat saja tuan. Sepertinya isi kepala anda harus dibuat tidur, biar tidak omes dan keterlaluan lagi." Aira melanjutkan langkahnya begitu saja meninggalkan Kenzo yang masih menatapnya dari kejauhan.

Tatapan sayu itu seakan mengharapkan kembalinya wanita yang baru saja berbicara padanya, dengan langkah gontainya. Kenzo kembali menjalankan mobilnya menuju mansion miliknya, perasaan yang sudah lama ia buang jauh dan kini kembali dengan tiba-tiba disaat rivalnya menyebutkannya.

"Selamat datang tuan." Sambut paman Fred.

"Terima kasih paman, tolong tidak menerima siapapun. Aku ingin berisitirahat. " Kenzo melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Melihat sesuatu yang tidak biasanya terjadi, membuat Fred menjadi heran dan bertanya-tanya mengenai Kenzo. Ia menutup kembali pintu utama mansion dan melanjutkan tugasnya, namun sebelum ia benar-benar kembali ke ruangannya. Terdengar suara kegaduhan dari kamar milik Kenzo.

Langkah cepat itu menuntun Fred menuju kamar Kenzo, suara hempasan dan pecahnya benda-benda didalam sana. Membuat Fred kembali teringat akan peristiwa yang dahulu pernah terjadi, dimana Kenzo hampir menjadi sebuah patung hidup yang hanya bisa menggerakkan tubuhnya tanpa bicara.

Tok tok tok...

"Tuan! Tuan tolong buka pintunya." Fred terus mengetuk pintu kamar tersebut.

Suara kegaduhan itu semakin jelas dan tidak terkendali, dengan bantuan dari para pelayan lainnya. Menggunakan kunci cadangan untuk membuka pintu tersebut, ketika pintu itu telah terbuka. Kenzo masih mengamuk tidak terkendali, bahkan Fred yang ingin mendekatinya seketika menghentikan niatnya. Menutup kembali pintu tersebut dan mengambil ponsel miliknya menghubungi Ansel, hanya itu caranya agar bisa membantu keadaan kala itu.

"Tuan mengamuk di mansion." Kalimat singkat itu berakhir.

...Apa yang terjadi padamu nak? Jangan kembali mengingat semuanya yang telah membuatmu terluka....

Fred meminta semua pelayan yang berada disana karena mendengar suara kegaduhan tersebut untuk kembali bertugas, ia terus berjaga didepan pintu kamar Kenzo. Cukup lama suara kegaduhan itu masih terdengar, hingga Ansel tiba. Fred menyerahkan padanya untuk menekan emosi yang kini menyerang Kenzo.

"Paman berharap padamu Sel, apakah ada membuat luka itu kembali?" Tanya Fred dengan dingin.

"Entahlah paman, sepertinya ucapan Lia, yang telah membuatnya seperti ini. Sofia, nama wanita itu kembali terdengar." Ansel mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat isi didalam kamar yang pintunya telah terbuka.

"Apa ada yang kamu pikirkan untuk membantunya?" Fred tidak bisa berlama-lama dengan melihat kondisi Kenzo seperti itu.

Nampak Ansel terdiam, ia sedang memikirkan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menolong tuan sekaligus sahabatnya itu dari hal-hal yang sangat menyakitkan. Cukup lama Ansel memikirkan hal tersebut, hingga akhirnya ia menemukan pemecahannya.

"Paman, tolong jaga sebentar. Aku akan kembali." Ansel bergegas berjalan menuruni anak tangga.

"Baiklah." Fred berharap Ansel bisa membantu Kenzo.

.

.

.

.

"Bun, baksonya enak sekali. Aira nambah ya." Aira begitu menikmati kelezatan makanan yang telah dibuat oleh bunda.

"Jangan dihabisin Ra, abang juga mau nambah." Shaka pun tidak mau kalah.

"Ya abang, itu kan sudah punya Aira. Jangan di ambil." Aira memasang wajah cemberutnya ketika Shaka terlebih dahulu mengambil makanan yang sudah ia ingini.

"Siapa cepat, dia yang dapat." Shaka berlalu mencari tempat yang aman untuk menikmati makanan tersebut.

"Abang!" Teriak Aira yang merasa kesal.

"Sudah-sudah, nanti lain waktu. Bunda buatin yang banyak ya nak, jangan marah sama abang. Lebih baik kamu minta traktir makanan yang lain saja dari abang, gimana?" Bundanya memberikan pilihan agar Aira tidak cemberut lagi.

Belum saja Aira sempat memikirkan sesuatu yang telah dikatakan oleh bundanya, suara ketukan pintu terdengar.

"Biar Aira saja yang membukanya, Bun." Aira bergegas menuju pintu.

Disaat pintu itu terbuka, alangkah kagetnya Aira mengetahui bahwa Ansel berda disana.

"Tuan Ansel? Kok bisa tahu rumah saya?" Heran Aira.

"Siapa nak?" Suara bunda terdengar.

"Eee itu bun, dari kantor Aira." Dengan penuh kebingungan Aira menjawabnya.

"Tuan Ansel." Aira meminta jawaban dari pria itu.

"Maaf nona, bisa saya berbicara sebentar?" Aira pun mempersilahkan Ansel untuk duduk pada kursi yang berada di teras rumah sederhana itu.

"Ada apa ya tuan Ansel?" Tanya Aira saat mereka telah duduk.

Menghela nafas beratnya, Ansel akhirnya mengatakan apa yang menjadi alasannya hingga berada disana. Ansel beranggapan jika dengan kehadiran Aira bisa membantu Kenzo, karena ia menilai dalam beberapa pertemuan akhir-akhir ini atas interaksi keduanya. Aira pun merasa aneh akan hal tersebut, namun Ansel terus menyakinkan dirinya untuk bisa membantu.

"Tapi tuan, saya tidak yakin."

"Jika tidak berhasil, saya yang akan menjamin anda pulang dengan selamat." Ansel menggunakan dirinya sebagai jaminan.

Aira meminta izin kepada bundanya, sedikit menceritakan jika dirinya diminta tempat kerjanya untuk kerja tambahan waktu. Karena akan ada acara dadakan disana, lalu izin itu didapatkan.

Selama perjalanan menuju mansion, Aira masih gamang dengan apa yang terjadi. Mengapa harus dirinya yang diyakini bisa membantu, hanya helaan nafas berat yang Aira hembuskan untuk membuang pikiran anehnya.

Terpopuler

Comments

Bahrul Ulum

Bahrul Ulum

apakah aira bisa menjadi pawangnya kenzo???

2024-03-23

1

lihat semua
Episodes
1 BMr.K 1.
2 BMr.K 2.
3 BMr.K 3.
4 BMr.K 4.
5 Bmr.K 5.
6 BMr.K 6.
7 BMr.K 7.
8 BMr.K 8.
9 BMr.K 9.
10 BMr.K 10.
11 BMr.K 11.
12 BMr.K 12.
13 BMr.K 13.
14 BMr.K 14.
15 BMr.K 15.
16 BMr.K 16.
17 BMr. K 17.
18 BMr. K 18.
19 BMr. K 19.
20 BMr.K 20.
21 BMr.K 21.
22 BMr.K 22.
23 BMr.K 23.
24 BMr.K 24.
25 BMr.K 25.
26 BMr.K 26.
27 BMr. K 27.
28 BMr.K 28.
29 BMr.K 29.
30 BMr.K 30.
31 BMr.K 31.
32 BMr.K 32
33 BMr.K 33
34 BMr.K 34.
35 BMr.K 35.
36 BMr.K 36
37 BMr.K 37
38 BMr.K 38
39 BMr.K 39.
40 BMr.K 40.
41 BMr.K 41.
42 BMr.K 42
43 BMr.K 43
44 BMr.K 44
45 BMr.K 45.
46 BMr.K 46
47 BMr.K 47
48 BMr.K 48
49 BMr.K 49
50 BMr.K 50.
51 BMr.K 51.
52 BMr.K 52.
53 BMr.K 53.
54 BMr.K 54.
55 BMr.K 55.
56 BMr.K 56.
57 BMr.K 57.
58 BMr.K 58.
59 BMr.K 59.
60 BMr.K 60.
61 BMr.K 61.
62 BMr.K 62.
63 BMr.K 63.
64 BMr.K 64.
65 BMr.K 65.
66 BMr.K 66.
67 BMr.K 67.
68 BMr. K 68.
69 BMr. K 69.
70 BMr. K 70.
71 BMr. K 71.
72 BMr. K 72.
73 BMr.K 73.
74 BMr.K 74.
75 BMr.K 75.
76 BMr.K 76.
77 BMr.K 77.
78 BMr.K 78.
79 BMr.K 79.
80 BMr. K 80.
81 BMr. K 81.
82 BMr. K 82.
83 BMr. K 83.
84 BMr. K 84.
85 BKr. K 85.
86 BKr. K 86.
87 BMr. K 87.
88 BMr. K 88.
89 BMr. K 89.
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BMr.K 1.
2
BMr.K 2.
3
BMr.K 3.
4
BMr.K 4.
5
Bmr.K 5.
6
BMr.K 6.
7
BMr.K 7.
8
BMr.K 8.
9
BMr.K 9.
10
BMr.K 10.
11
BMr.K 11.
12
BMr.K 12.
13
BMr.K 13.
14
BMr.K 14.
15
BMr.K 15.
16
BMr.K 16.
17
BMr. K 17.
18
BMr. K 18.
19
BMr. K 19.
20
BMr.K 20.
21
BMr.K 21.
22
BMr.K 22.
23
BMr.K 23.
24
BMr.K 24.
25
BMr.K 25.
26
BMr.K 26.
27
BMr. K 27.
28
BMr.K 28.
29
BMr.K 29.
30
BMr.K 30.
31
BMr.K 31.
32
BMr.K 32
33
BMr.K 33
34
BMr.K 34.
35
BMr.K 35.
36
BMr.K 36
37
BMr.K 37
38
BMr.K 38
39
BMr.K 39.
40
BMr.K 40.
41
BMr.K 41.
42
BMr.K 42
43
BMr.K 43
44
BMr.K 44
45
BMr.K 45.
46
BMr.K 46
47
BMr.K 47
48
BMr.K 48
49
BMr.K 49
50
BMr.K 50.
51
BMr.K 51.
52
BMr.K 52.
53
BMr.K 53.
54
BMr.K 54.
55
BMr.K 55.
56
BMr.K 56.
57
BMr.K 57.
58
BMr.K 58.
59
BMr.K 59.
60
BMr.K 60.
61
BMr.K 61.
62
BMr.K 62.
63
BMr.K 63.
64
BMr.K 64.
65
BMr.K 65.
66
BMr.K 66.
67
BMr.K 67.
68
BMr. K 68.
69
BMr. K 69.
70
BMr. K 70.
71
BMr. K 71.
72
BMr. K 72.
73
BMr.K 73.
74
BMr.K 74.
75
BMr.K 75.
76
BMr.K 76.
77
BMr.K 77.
78
BMr.K 78.
79
BMr.K 79.
80
BMr. K 80.
81
BMr. K 81.
82
BMr. K 82.
83
BMr. K 83.
84
BMr. K 84.
85
BKr. K 85.
86
BKr. K 86.
87
BMr. K 87.
88
BMr. K 88.
89
BMr. K 89.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!