Mereka pelan-pelan melihat ke arah Ame dan mendekatinya.
"Ka-kalian, jangan! Jangan lakukan itu!" teriak Ame ketakutan.
"Maaf ya Ame," ucap mereka yang satunya memegang tangan Ame dan satunya menampar wajahnya.
Grameisya mengambil kamera dan memvideo kan mereka yang sedang menampar Ame.
Plak!
Plak!
Plak!
Plak!
"Ha-ha-ha, ini sangat lucu dan seru sekali," ucap Grameisya tertawa sambil melihat layar kamera yang ia rekam itu.
"Tolong berhenti! Ini sangat sakit," rintih Ame, air matanya jatuh.
Kedua temannya berhenti dan merasa kasihan.
"Siapa yang menyuruh kalian berhenti! Lakukan lagi!" perintah Grameisya.
"Tapi ... dia kesakitan," ucap temannya merasa iba.
"Oh begitu ya? Lalu jika posisinya adalah aku tadi, apa aku menangis kau akan berhenti?" tanya Grameisya.
"Aku ... Aku akan memberhentikannya," ucap Ame.
"Bohong, kau sendiri ingin membuka baju ku dan ingin menyebarkan video itu dan membuat aku tidak di terima di sekolah mana pun. Segara bagaimana jika aku lakukan sekarang, ku buka baju mu lalu menyebarkan seluruh video mu tanpa baju," ucap Grameisya.
"Tidak! Jangan lakukan itu ku mohon!" Ame lari berlutut di hadapan Grameisya sambil menangis.
"Kenapa memohon padaku? Seharusnya kau pikirkan akibatnya dulu sebelum kau melakukannya, aku tidak tahu apa salah ku sehingga kau buat aku seperti itu," ucap Grameisya melihat kepala Ame.
"Aku ... Aku ... aku melalukan itu karena aku menyukai Defli, sedangkan yang aku lihat kau menyukai defli juga, akan tetapi Defli tidak menyukaimu. Akan tetapi karena kau dan dia satu rumah, sekali pun Defli tidak menyukai mu sekarang, jika kalian terus bersama mungkin Defli akan membuka hati untuk mu,baku tidak bisa terima itu. Makanya aku ingin menyingkirkan mu, agar aku punya kesempatan untuk mendekati Defli," jelas Ame.
"Ck! Hanya karena hal kecil seperti itu kau harus membuatku tidak di terima di sekolah mana pun? Kau benar-benar keterlaluan sekali. Asal kamu tahu, aku tidak tertarik dengan Defli, jadi kau bisa mengodanya sesuka hatimu sekarang," ucap Grameisya.
"Benarkah?" tanya Ame menatap Grameisya penuh harap.
"Kalian berdua katanya kasihan sama dia, kalau begitu bagaimana kalau kalian menampar muka kalau sendiri, aku sudah berbaik hati karena bukan aku melakukannya sendiri," ucap Grameisya.
"Apa!"
"Apanya yang apa, cepat lakukan!" perintah Grameisya.
Mereka pun menampar wajahnya mereka sendiri termasuk Ame juga harus melakukannya meskipun wajahnya sudah merah, panas dan pedar.
"Pejamkan mata kalian!" perintah Grameisya.
Mereka pun memejamkan matanya sambil menampar wajah mereka.
Melihat itu Grameisya meninggalkan mereka, ia masuk ke dalam mobil Ame dan meninggalkan mereka.
"Eh, Ame itu suara mobil, jangan-jangan itu suara mobil mu?" tanya temannya.
Mereka membuka matanya dan benar saja, Grameisya tidak ada di tempat.
"Sial! Dia menipu kita," ucap Ame geram.
Bruuuuuummmmmmmmmm
Bruuuuuummmmmmmmmm
Grameisya kembali ke sekolah, mungkin supirnya masih ada di sekolah menunggunya.
Sesampainya di sana, benar saja, mobilnya masih ada, akan tetapi Pak Ahmad tidak ada di tempat.
"Di mana dia ya?" tanya Grameisya. Ia mengambil ponselnya dan ia terkejut karena ada 15 panggilan tak terjawab. Mungkin Pak Ahmad sedang mencarinya.
Grameisya pun menelpon pak Ahmad balik.
Tuuut! Tuuut!
Tuuut! Tuuut!
"Halo Nona, Anda di mana?" tanya pak Ahmad merasa lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Karman Sulaiman
kocak parah
2025-01-01
0
Sri
udah tau sakit kan ?
Makanya jangan hobi bully orang
2024-09-20
1
Kinay naluw
ya ampun cuma gara2 cowok.
2024-04-23
0