PERKELAHIAN

Pearl seakan tak berkedip saat melihat perkelahian antara dua kubu. Beberapa orang saling menyerang satu sama lain. Mereka menggunakan tongkat yang begitu besar juga senjata tajam. Ia bahkan menutup mulutnya ketika melihat keduanya melayangkan senjata tajam itu ke arah satu sama lain. Jantung Pearl berdetak dengan sangat cepat dan tubuhnya gemetar saat melihat hal itu. Hingga salah satu kubu pun akhirnya kalah ketika sebuah sabetan sebuah senjata tajam mengenai tubuh salah satu anggota kubu yang lain.

"Argghhh!!" Terdengar errangan kesakitan dari seorang pria, membuat Pearl menutup wajahnya. Ia kembali menurunkan kedua tangannya saat melihat salah satu pria itu jatuh ke tanah.

Pria dengan tubuh kurus namun penuh otot itu menghapus bercak darah yang mengenai wajah dengan punggung tangannya, kemudian melemparkan senjata yang ia gunakan pada anggota yang lain. Pearl kembali menutup mulutnya dengan kedua tangan agar ia tak mengeluarkan suara sama sekali.

Pearl terus memperhatikan pria itu dengan intens. Ini pertama kali dalam hidupnya ia melihat perkelahian di jalanan. Ia juga baru menyadari betapa kerasnya kehidupan ini ketika merasakannya sendiri. Namun, mata tajam milik pria itu yang bagaikan elang, tiba tiba saja menatap ke arah Pearl. Hal itu membuat jantung Pearl kembali berdetak dengan sangat cepat. Tubuhnya pun mulai gemetar.

Pearl ingin sekali lari dari sana, tapi ntah mengapa kakinya serasa terpaku hingga tak dapat digerakkan. Pria itu mengambil sebuah tongkat berlumuran darah yang tergeletak di lantai kemudian melangkah mendekat ke arah Pearl. Pearl langsung terduduk di lantai karena tubuhnya tiba tiba saja tak bertenaga. Ia ingin lari tapi tak bisa, karena kedua kakinya terasa begitu lemah.

Riasan wajahnya kini telah luntur karena air mata yang sejak tadi luruh hingga membuat wajahnya terlihat berantakan. Namun mata jernih miliknya membuat pria itu terpaku sesaat karena merasa sangat familiar. Pria itu menautkan kedua alisnya, kemudian melangkah mendekat dan ingin melihat lebih jelas sang pemilik mata jernih itu, tapi bawahannya sedari tadi terus saja memanggilnya.

"Al, cepatlah! Polisi datang," seru sebuah suara seorang pria.

"Al! Cepat, kita harus pergi," teriak seorang yang lain.

Pria dengan mata elang itu menghela nafasnya dan akhirnya segera pergi dari sana, meninggalkan Pearl yang masih duduk dengan gemetar. Suara sirene mobil polisi yang tadinya terdengar jauh, kini mengaung dengan jelas memenuhi telinga Pearl. Hal itu akhirnya yang membuatnya bangkit dengan perlahan dan segera pergi dari sana sebelum polisi datang menghampiri.

Pearl yang awalnya ingin pergi ke klub malam, kini berakhir di kamar sewanya. Perasaannya masih kacau karena pertemuannya dengan Brian dan Merva. Ingin tak peduli lagi, tapi hatinya sungguh tersakiti. Selain itu, Pearl kembali teringat pada kejadian di gang kecil tadi.

"Bukankah dia si jenius dingin?" gumam Pearl yang berusaha kembali mengingat pria dengan mata setajam elang itu.

Pearl tiba tiba merasa minder dengan keadaannya saat ini. Saat ia masih bisa bersekolah dan merupakan anggota Keluarga Willfred, ia selalu mengandalkan nama besar keluarganya untuk mengganggu pria itu, bahkan memintanya menjadi kekasihnya. Pearl selalu membawakan makanan yang dimasak oleh koki di rumahnya atau membelikan pria itu barang agar dekat dengannya. Ketika pria itu mulai luluh dan memberi sedikit perhatian pada Pearl, masalah datang menghampiri.

Pearl yang awalnya berencana ingin menyatakan perasaannya dengan sungguh sungguh pada si jenius dingin itu, melupakan semua rencana karena masalah yang sedang ia hadapi.

"Saat aku masih merupakan putri bungsu Keluarga Willfred, sangat sulit sekali meluluhkan hatinya. Sekarang, aku bukan siapa siapa, tak ada yang bisa kubanggakan. Ia tak akan pernah melihat ke arahku, bahkan ia kini tahu bahwa aku hanyalah seorang putri palsu yang bermimpi menjadi kekasihnya," Pearl menutup wajah dengan kedua tangan, air mata kembali luruh dan isak tangis mewarnai malam itu.

Pearl melihat ke arah jam di dinding, waktu masih menunjukkan pukul sepuluh malam yang artinya ia masih bisa pergi bekerja dan mendapatkan uang. Jika ia hanya diam di kamar sewanya dan menangisi apa yang terjadi, ia tak akan mendapatkan apa apa.

Ia sampai di klub malam sekitar pukul sebelas. Ia langsung masuk ke dalam ruang khusus pegawai dan mengganti pakaiannya. Pearl keluar dengan rambut yang sengaja ia cepol karena ia tak sempat mencuci rambutnya tadi. Ia buru buru berangkat karena tak ingin terlalu terlambat untuk bekerja.

"Kamu baru datang, Pearl?" tanya Bella. Bella adalah wanita paling sekksi di klub malam itu. Ia memakai gaun khusus yang terbuka di beberapa bagian karena nanti ia akan menari di sebuah tiang di tengah tengah lantai dansa. Meskipun Bella adalah yang paling cantik dan sekksi di sana, tapi Pearl tak pernah iri. Ia justru menyayangkan mengapa Bella tak menjadi seorang model saja.

"Ya, ada sedikit keperluan tadi," Pearl meminta segelas minuman beralkohol pada bartender agar ia bisa memulai kerjanya dengan lebih mendalami. Malam ini ia belum merokok lagi karena hatinya masih kacau.

"Kamu jangan seenaknya di sini. Apa kamu kira kamu akan selalu mendapat pembelaan dari Madam Olive? Anak baru jangan belagu," ujar Bella memperingatkan.

Pearl hanya bisa menghela nafasnya pelan mendengar hal itu. Ia mulai terbiasa dengan hinaan serta ejekan setiap orang pada dirinya. Mungkin ia memang pantas mendapatkannya setelah lima belas tahun ia selalu mendapatkan pujian.

*****

Keesokan paginya, Pearl bangun seperti biasa. Tubuhnya sangat lelah sekali karena harus bekerja semalaman. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi ia masih sangat malas untuk bangkit.

Terbersit kembali dalam ingatannya, ketika perkelahian di gang kecil itu terjadi di depan matanya. Bahkan wajah pria yang terluka dan berdarah itu masih terekam dengan sangat jelas dalam ingatannya.

"Ia sangat berbeda dengan saat di sekolah. Pria yang tak banyak bicara dan dingin itu, ternyata benar benar seorang anggota gangster. Aku kira itu hanya isu saja dan tak mungkin dia seperti itu," gumam Pearl dalam kamar sewanya.

Meskipun ia merasa malas, tapi ia harus tetap bangun. Hidupnya tak seperti dulu lagi, di mana ada yang melayaninya atau bisa hidup tanpa bekerja. Sebelum ke kamar mandi, ia melangkah menuju tas ransel miliknya. Ia mengeluarkan uang yang ia dapat semalam. Lumayan untuk hidupnya selama beberapa hari ke depan. Ia akan berhemat dan mulai belajar menabung.

Saat masih berada di Keluarga Willfred, tak pernah terpikir oleh Pearl untuk menabung. Ia mendapatkan kartu ATM dan black card dari Ayahnya. Namun saat ia keluar, ia mengembalikan semua itu karena tak mau dianggap memanfaatkan dan tidak tahu diri.

Setelah menyimpan uangnya di tempat yang aman, Pearl masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Sleepyhead

Sleepyhead

Al.. Alexander anak Jean dan Axton ??

2024-07-29

0

Bilal Muammar

Bilal Muammar

semangat pearl....kamu pasti bisa....

2024-04-21

0

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

disetiap ceritanya selalu baca 😢🤧kisah hidupnya pearl yang jungkir balik karena peran hidup yang dialami.

2024-03-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!