Waktu saat ini sudah menunjukkan jam lima pagi, Mila masih berada di dalam kamarnya. Semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan anaknya.
"Aluna, maafkan Mama Nak. Mama sudah ninggalin kamu. Tapi semua ini, bukan keinginan Mama Nak. Papa kamu yang sudah mengusir Mama dari rumah," ucap Mila.
Setetes air mata Mila membasahi pipi mulusnya. Mila menangis saat dia mengingat anaknya. Rasanya Mila tidak sanggup hidup tanpa anaknya.
Tok tok tok ..
Suara ketukan pintu dari luar kamar terdengar. Mila buru-buru mengusap air matanya. Mila turun dari tempat tidurnya. Dia kemudian melangkah ke arah pintu untuk membuka pintu.
Mila tersenyum saat melihat Bu Suci sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Bu Suci."
"Mila, kamu udah bangun? bagaimana tidur kamu semalam?"
Mila diam. Sebenarnya semalam dia tidak tidur, karena memikirkan anaknya. Mila tidak biasa jauh dari Aluna.
Bu Suci menatap wajah Mila. Mata Mila terlihat sembab.
"Mila, mata kamu sembab, kamu kenapa Mil? kamu habis nangis?"
Mila mengangguk.
"Iya Bu. Aku nggak bisa tidur, karena dari semalam aku nggak bisa berhenti memikirkan anak ku. Aku tidak biasa jauh dari dia."
Bu Suci merasa iba dengan Mila. Mila terlihat sangat rapuh. Bu Suci tidak tahu, apa masalah Mila sama suaminya.
Namun Bu Suci bisa merasakan apa yang Mila rasakan. Karena Bu Suci saat ini juga sedang merasakan jauh dengan anak semata wayangnya, yang saat ini sedang berada di luar kota.
"Ibu tahu perasaan kamu Mil. Ibu juga pernah merasakan kehilangan seorang anak. Sedih sekali Mil rasanya."
"Dan ibu, sekarang juga lagi jauh dengan anak ibu yang lain."
"Anak ibu yang lain? apa ibu punya anak lain selain Rhea?" tanya Mila menatap Bu Suci penasaran.
"Iya. Anak ibu lagi ada di luar kota sekarang. Dia lagi mengurus proyek di sana."
"Dia lelaki?"
Bu Suci mengangguk.
"Iya. Namanya Zaki. Nanti kalau dia pulang, ibu akan kenalin kamu sama dia."
"Iya Bu." Mila manggut-manggut mengerti.
"Kalau boleh tahu, suami ibu di mana?" tanya Mila.
"Suami ibu juga sudah meninggal sejak anak-anak ibu masih kecil."
"Oh. Maaf ya Bu, aku nggak tahu kalau ibu juga sudah kehilangan suami."
"Nggak apa-apa Mil, ayo Mil. Bantuin ibu di dapur. Kebetulan asisten rumah tangga ibu lagi pulang kampung. Jadi ibu harus beres-beres rumah sendiri dan masak sendiri."
"Oh, iya Bu. Tapi Mila mau mandi dulu ya. Mila mau sholat dulu karena Mila belum sholat."
"Iya Mil. Ibu tunggu di dapur ya."
Mila mengangguk.
****
Bu Suci dan Mila saat ini masih berkutat di dapur. Mereka akan menyiapkan sarapan untuk pagi ini.
Sejak tadi Mila masih menemani Bu Suci memasak. Dia membantu Bu Suci mengiris-iris sayuran dan menggoreng ikan.
"Mil, kamu bisa masak nggak?" tanya Bu Suci di sela-sela dia memasak.
Mila tersenyum. Mila memang pandai memasak. Sebelum menikah dengan Adnan, ibu Mila di kampung juga sudah mengajari Mila memasak.
"Bisa Bu. Aku juga sering masak di rumah. Kebetulan aku tinggal serumah dengan mertua. Jadi mertua sekalian aku yang masakin."
"Oh begitu? tapi mertua kamu baik kan?"
"Baik Bu. Baik banget malahan."
Mila diam. Tiba-tiba saja Mila teringat kembali dengan kejadian kemarin sewaktu Adnan mengusirnya. Masih sesak hati Mila saat mengingat kejadian itu.
"Mil, kamu kenapa? kamu keingat lagi sama anak kamu?"
Mila menggeleng.
"Aku cuma lagi bingung aja Bu. Kenapa suami aku tega mengucapkan talak dan mengusir aku dari rumah."
"Sabar ya Nak. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba Nya. Yakinlah, kalau Allah sedang punya rencana lain yang lebih indah untuk kamu. Jodoh nggak akan ke mana Nak. Jika kamu masih berjodoh dengan suami kamu, Allah pasti akan melunakan hati suami kamu. Tapi jika kalian sudah tidak ada jodoh, sabar dan ikhlas kan saja semuanya Nak."
"Iya Bu. Aku sabar, aku ikhlas. Aku sedih, karena aku belum terbiasa jauh dari anak aku."
"Ibu yakin, anak kamu juga pasti sedih kehilangan kamu."
"Iya Bu. Apalagi dia sudah terbiasa denganku."
Setelah masakan matang, Bu Suci dan Mila menyajikan masakan itu di atas meja. Setelah semua makanan siap, Bu Suci dan Mila kemudian makan bersama.
Bu Suci sejak tadi masih menatap wajah Mila. Entah kenapa, Bu Suci merasa sayang pada Mila. Sudah lama Bu Suci menginginkan seorang menantu. Tapi sampai saat ini, Zaki sang anak belum juga mau menikah.
Cantik sekali Mila ini. Kasihan sekali dia, suaminya sudah menyia-nyiakannya dan mengusirnya dari rumah, seandainya aku ada di posisi Mila, aku belum tentu bisa setegar Mila, batin Bu Suci.
"Bu, ada apa? Kenapa ibu ngelihatin aku seperti itu?" tanya Mila, merasa tidak enak saat Bu Suci menatapnya.
"Ibu cuma ingin tahu saja, kenapa suami kamu bisa mentalak kamu dan mengusir kamu dari rumah. Kalau tidak ada konflik, suami kamu tidak akan mungkin tiba-tiba mentalak kamu dan mengusir kamu."
Mila diam dan menghela nafas.
"Sebenarnya cuma kesalah pahaman aja sih Bu," ucap Mila.
"Salah paham gimana?" tanya Bu Suci penasaran.
"Satu minggu yang lalu, aku janjian makan di cafe sama teman. Tapi teman aku nggak jadi datang, karena ada urusan mendadak. Dan pada saat itu juga, aku bertemu teman lamaku."
"Dia nyamperin aku dan mengajak aku ngobrol. Dan aku nggak tahu, siapa yang sudah memotretku diam-diam dan mengirimkan foto aku ke suamiku. Dan suamiku marah-marah saat melihat foto itu. Padahal jelas-jelas di foto itu, aku dan lelaki itu tidak ngapa-ngapain. Kami cuma makan berdua saja."
"Berarti, suami kamu itu pencemburu ya Nak."
"Iya Bu, dia bisa di katakan posesif."
Setelah menghabiskan makanannya, Bu Suci bangkit dari duduknya.
"Ibu mau bereskan meja makan, dan mau siap-siap ke kantor."
Mila terkejut saat mendengar ucapan Bu Suci.
"Kantor? ibu kerja di kantor?"
"Iya. Ibu kerja di kantor ibu sendiri. Menggantikan almarhum suami ibu menjadi direktur utama."
Mila diam seketika saat dia tahu, kalau ternyata Bu Suci adalah seorang direktur perusahaan. Tepatnya dia adalah pemilik perusahaan itu.
Tiba-tiba saja, terbesit keinginan Mila untuk bekerja di kantor Bu Suci.
Wah, kalau Bu Suci punya kantor sendiri, aku bisa nggak ya kerja di kantornya. Tapi, aku kan cuma lulusan SMA. Aku mau kerja apa di kantor Bu Suci.
"Mila… Mila…"
Mila tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya Bu."
"Kamu sudah habis makannya? kalau sudah habis ibu mau beresin meja makannya."
"Biar Mila aja Bu yang beresin. Kalau mau ke kantor, ibu siap-siap aja sana."
"Kamu yakin mau beresin?"
"Iya Bu. Nggak apa-apa. Biar aku aja yang beresin dan bersih-bersih rumah ibu."
"Ya udah , saya ke kamar dulu ya Mila. Saya mau siap-siap."
Mila mengangguk.
Bu Suci kemudian melangkah pergi meninggalkan kamarnya. Sementara Mila, lekas membereskan meja makan.
Bu Suci sepertinya orang baik. Jika setelah ini aku pergi ke kampung, aku nggak akan bisa ketemu lagi sama Aluna. Tapi jika aku tetap berada di kota ini, aku masih bisa menemui Aluna.
Di sela-sela Mila mencuci piring, seruan Bu Suci terdengar.
Dengan sekejap Bu Suci sudah berdiri di belakang Mila.
"Mil," ucap Bu Suci.
Mila menoleh ke belakang.
"Iya Bu. Ada apa?"
"Kamu lagi cuci piring ya."
"Iya Bu."
"Ibu mau berangkat dulu ya. Kamu tolong jagain rumah. Kalau ada apa-apa, kamu telpon saya saja. Tadi sudah saya kasih kan nomernya."
"Iya Bu. Hati-hati di jalan ya Bu."
"Iya Mila."
Setelah berpamitan dengan Mila, Bu Suci melangkah pergi meninggalkan Mila. Sepertinya Bu Suci itu sudah sangat percaya sama Mila. Padahal mereka baru saling kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Aiur Skies
nah, yang berusia lebih tua saja pantas memposisikan diri, keliatan lah ya "Direktur" kelas nya🤭🤭
2023-10-26
1
Aiur Skies
sepertinya tepatnya "silahkan siap - siap saja dulu",,,, toh mereka kan baru kenal dan gak sedekat itu dg usia muda yg kesannya " menyuruh" SANA🙏🏻
2023-10-26
0
Aiur Skies
seperti nya kurang sopan ya, meng-aku kan diri dimana posisi kita jauh lebih muda, alangkah baiknya editor juga merapikan karangan Author dg EYD meski itu misal berupa umpatan atau makian tapi letak tata bahasanya jd pantes🙏🏻
2023-10-26
0