5. sikap Rian 2

Setelah kejadian di dapur pagi ini Farah benar benar kehabisan kata untuk sikap Rian, dia tidak berani bilang ke Nia bahwa suaminya berbuat seperti itu. Sekarang saja sudah berani meluk, nanti apa lagi? Farah benar nangis di kamarnya sebelum berangkat ke toko. Dia takut kalau Nia salah paham padahal Nia sudah baik sekali selama ini.

"Farah, mas Rian sudah menunggu tuh, mau berangkat katanya"

Suara Nia di balik pintu kamar Farah. Farah masih bingung dan takut untuk bertemu Rian.

"Farah mata kamu kenapa ko sembab, kamu habis nangis ya? Kenapa Farah bilang aja" Tanya Nia khawatir melihat Farah keluar dari kamarnya

"Farah ga apa ko mba, cuman kangen ibu saja, aku berangkat dulu ya mba" Farah berjalan tertunduk.

"hati hati rah, nanti kalau memang sakit pulang saja" ucap Nia

"kamu tenang saja tidak perlu khawatir nanti mas bawa pulang kalau Farah benar sakit" jawab Rian sambil memegang tangan Nia.

Di perjalanan Farah sama sekali tidak membahas kejadian tadi pagi, dia tak mau mendengarkan penjelasan dari Rian, yang jelas itu salah tidak dibenarkan dalam alasan apapun.

"loh ko jalan nya beda mas, ini bukan jalan ke toko, sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Farah sedikit ngegas.

"ia tadi mas belum sempet ngopi, kita mampir dulu sebentar ya. Lagian kamu keliatan pucat, mungkin kamu bisa makan beberapa roti di sana, itu tempat favorit mas kalau nongkrong" Ucap Rian santai.

"ga perlu mas, Farah ke toko aja, ga enak sama karyawan yang lain masa berangkat nya siang. Mas Rian sendiri aja ngopi nya" Jawab Farah dengan muka malas.

"kita sudah sampai ko rah, ayo turun" Rian turun dan membukakan pintu Farah.

"aku bisa buka sendiri mas"

Tempatnya tidak terlalu ramai, mungkin karna masih pagi, dan kedai ANTIK ini buka 24 jam jadi jam berapapun ke situ pasti ada saja yang berkunjung atau sekedar membeli kopi seperti Rian.

" kamu cuman pesan kopi kan mas, di bawa saja ini udah terlalu siang untuk ke toko" Farah cemas

"ia tenang saja, kamu mau pesen? Biar sekalian" Rian mengelus rambut Farah dan tersenyum

"ga perlu mas" geram Farah

Akhirnya sampai toko tepat waktu, di toko Rian masih diam diam melihat Farah sambil tersenyum sok manis, Farah tidak sekalipun membalas senyuman Rian. Ini membuat Farah risih, Farah rasanya ingin segera pulang, lelah dengan sikap Rian yang tidak jelas.

"tadi toko allhamdulilah rame banget ya Rah, untungnya besok libur"Ucap Rian saat perjalanan pulang.

"ko libur mas? emang nya ada apa. Biasanya libur kan pas hari jumat ko hari minggu libur" Jawab Farah bertanya

"ia, selama kamu di sini kan kita belum pernah jalan jalan ke luar, jadi rencananya besok kita mau keluar buat nongkrong, lagian ini bukan usul aku ko ini kata Nia. Ucap Rian

"aku kayanya ga ikut deh mas, aku pengen istirahan aja di rumah" Jawab Nia dengan muka lelahnya.

"ko gitu? Emang kamu benar cape? yasudah nanti aku panggil tukang pijit ya ke rumah" Ucap Rian

"beneran ga perlu mas, aku tuh cape bukan karna kerjaan, tapi cape sama sikap kamu yang ga jelas, kamu ngerti ga sih? Aku ini sepupu istri mu mas, ga sepatut nya kamu bersikap seperti itu sama aku, apa lagi pas di dapur" Farah meninggikan suaranya sambil menangis menutup wajah dengan kedua tangan nya.

"aku takut mba Nia tau dan aku di pulangkan, padahal aku baru aja kerja" tangisan itu sudah tak terbendung lagi oleh Farah

Rian kaget dengan perkataan Farah dan langsung membanting setir untuk menepikan mobil nya lalu berhenti.

Bukan nya menjelaskan Rian malah memeluk Farah, tangisan Farah semakin menjadi jadi dalam pelukan Rian.

"aku pastiin kamu akan tetap kerja di sini, udah ya jangan nangis lagi" Rian meyakinkan Farah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!