-REINKARNASI- (Part 2)

“Gue benar-benar nggak nyangka kalau satu-satunya sahabat yang paling gue percayai justru adalah orang yang menusuk temannya sendiri,” Danas menatap tajam kearah Milly sambil melipat kedua tangannya dan menyenderkan punggungnya di punggung kursi kayu tempatnya saat ini duduk. Saat ini Danas mendapatkan mandat dari ibunya untuk mengawasi cabang restoran yang berada tepat di Selatan Kota Jakarta. Hal yang dengan senang hati dirinya lakukan untuk mengisi akhir pekannya yang biasanya dipenuhi jadwal kencan dengan Arya sebelumnya. Hitung-hitung mengisi kesibukan agar kesedihan akan kesendiriannya tidak kembali menyerangnya setelah ia sudah benar-benar mengikhlaskan lelaki itu pergi dari hatinya. “Lo itu berasal dari keluarga luar biasa kaya raya yang nggak akan kekurangan makanan atau kelaparan, bisa-bisanya punya hobi mau makan gratisan terus di tempat makan nyokap gue. Lo mau buat bisnis nyokap gue bangkrut?!”

“…,” Milly hanya diam sambil sibuk dengan makanan dihadapannya seolah tidak perduli. Mana mungkin bisa bangkrut lah, restoran tradisional fushion berkonsep saung atau rumah gubuk yang mengelilingi area danau kan merupakan andalan untuk menarik perhatian pelanggannya selain menu makanannya yang menggugah selera tentunya.

“Lo dengerin omongan gue dari tadi nggak sih?!” Danas menaikkan nada bicaranya dengan penuh penekanan. “Jangan pura-pura kayak tembok deh…”

“Denger kok, telinga gue masih dalam keadaan sehat wal’afiat,” Milly menghentikan makanannya sejenak untuk merespon sahabatnya itu. “Gue itu hanya menjadi intel untuk nyokap lo dengan bonus bisa mencicipi resep masakan nyokap lo yang selalu bikin nagih. Wajar kan kalau gue cerita mengingat lo itu introvert dan sensitif banget kalau berurusan dengan yang namanya pasangan. Lagian juga gue sebenarnya bersyukur lo akhirnya bubar juga dengan si Arya.”

“Maksud lo?” Danas mengernyitkan dahinya tanda ketidaksetujuan.

“Dia itu, apa ya?” Milly menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal. “Dia itu tipikal cowok yang hanya akan mencintai lo seorang dan tidak memikirkan orang-orang terdekat lo. Mungkin benar nyokap lo suka sama dia karena tahu bahwa kelemahan terbesar lo adalah nyokap lo, namun itu hanyalah sebagai kedoknya untuk membuat lo beneran jatuh cinta sama dia hingga lupa pada kita semua. Terbukti kan selama lo pacaran sama dia waktu untuk lo ke nyokap lo dan ke gue sahabat lo nothing. Dia membuat atensi lo hanya fokus ke dirinya dan itu nggak bagus untuk lo Nas.”

“Masa’ iya?” Danas tersentak dan merenungi perkataan Milly. Ia yang sudah memiliki pengalaman berpacaran sebelum Arya bisa kecolongan sedemikian rupa? Luar biasa bodohnya dirinya jika itu benar.

“Dia mainnya halus Nas, untung saja keajaiban deadline tiga bulan lo berlaku juga untuk dia, jadinya lo aman deh dijauhi oleh Yang Maha Kuasa darinya,” Milly kembali menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. “Lo kan tipikal cewek yang kalau dalam hubungan percintaan itu jarak antara polos dan bego sama tipisnya.”

Sialan! Batin Danas karena ucapan Milly tepat sasaran menusuk hati dan harga dirinya.

“Mungkin bagi lo deadline tiga bulan adalah keajaiban, namun bagi gue itu seperti kutukan,” Danas menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangannya di atas meja karena frustasi. “Dua puluh kali gagal man! Gila! Ini beneran gila! Di kehidupan gue sebelumnya itu sebenarnya jadi siapa sih sampai keberuntungan cinta gue minus gini?”

“Enggak boleh negative thinking sama Yang Maha Kuasa lho, ingat, Dia adalah prasangka hamba-Nya,” Ujar Milly menasehati sambil terus makan tentunya. “Yang pasti orang yang berjodoh dengan lo itu adalah yang paling terbaik untuk lo jadi sabar saja menanti orang yang tepat itu.”

“Aish, kayak yang bener aja hidup lo sampai menasehati seperti yang ahli dalam hal hubungan cinta,” Bela Danas untuk menutupi sedikit ketidakterimaan ucapan Milly namun sebenarnya mengandung kebenaran di dalamnya. “Urusan percintaan lo aja sama suramnya kayak gue. Apa kabar tunangan lo yang sangat obsesif itu?”

“Sembarangan bilang tunangan gue! Orang seperti dia nggak usah dibahas,” Protes Milly sambil mengetuk kepala Danas dengan sendok makannya. Ia begitu merinding setiap kali diingatkan dengan urusan konyolnya dengan Dharma. Membahas lelaki itu hanya akan memberikan hawa tidak mengenakkan dan hal yang tidak baik untuknya.

“Aduh! Sakit tahu!” Danas mengusap-usap kepalanya yang diketuk dengan sendok makan sambil mengerucutkan bibirnya. Dibalik sifat dewasa dan elegannya, hanya kepada Milly-lah ia dapat menunjukkan sisi kekanakannya dan kebarbarannya.

“Ini karena bokap gue saja yang kalah taruhan main catur dengan Bapaknya sehingga beliau menyetujui perjodohan aneh itu. Untung saja gue memberikan syarat berat untuk melangkah ke jenjang pernikahan dengan mengatakan bahwa dia harus bisa membuat gue jatuh cinta padanya baru acara itu dapat dilaksanakan. Namun, berhubung gue cintanya sama elo jadinya harapan dia untuk menikahi gue ya…, nggak ada.” Milly mengerlingkan sebelah matanya untuk menggoda Danas.

“Najis, gue masih suka sama makhluk beda gender somplak!” Kali ini giliran Danas yang memukul kepala Milly dengan sendok minumannya dengan cukup keras.

“Aduh, keras banget lo mukul kepala gue! Kan cuma bercanda,” Keluh Milly. “Mentang-mentang jago karate sabuk hitam seenaknya saja mengeluarkan tenaga monster lo ke gue! Aku kan hanya bercanda!”

“Biarin, supaya otak lo waras dan mau nikah sama tunangan lo itu jadi berhenti ngurusin urusan pribadi gue!” Belum selesai Danas berbicara, tiba-tiba terdengar gedoran pintu kaca pada desain rumah gubuk khusus ruang makan privat ber-AC sehingga membuat Danas dan Milly sontak menoleh kearah asal suara.

DOK! DOK! DOK!

“Milly!” Terdengar suara lelaki yang tak asing yang sibuk mencari perhatian Milly dari luar saung privat tersebut. “Kebetulan sekali aku bisa bertemu sama kamu di sini. Pasti Tuhan yang merencanakan ini semua!”

“Nas, gue lagi nggak sedang mimpi kan?” Milly dengan seenaknya menarik pipi kanan Danas. Ekspresinya saat ini seperti sedang melihat film horror menegangkan.

“Aww, sakit Milly!” Keluh Danas berusaha melepas cubitan keras Milly pada pipinya. “Ya enggaklah, mata lo sama mata gue masih waras! Itu Dharma, tunangan lo!”

“Anjrit! Memangnya dia setan apa baru diomongin sedikit langsung muncul penampakannya?” Ujar Milly frustasi dan memegang wajahnya dengan kedua tangannya. “Lo nggak lagi ngerjain gue kan dengan memanggil makhluk aneh itu kemari?”

“Yeeee, rajin amat gue melakukan hal kotor kayak gitu combro!” Danas yang tak terima tuduhan Milly beranjak dari duduk lesehannya dan menoyor kepala sahabatnya itu agar pikirannya kembali waras. “Tahu nomor handphone-nya saja enggak, lo lupa ya kalau usaha nyokap gue ini tempat umum yang bisa didatangi semua orang dan semua kalangan?”

“Tapi kan...,” Belum sempat Milly menyelesaikan kalimatnya, Danas segera memotong.

“Hitung-hitung itu karma lo yang dibayar lunas hari ini karena sudah membuat gue diceramahin panjang kali lebar kali tinggi jadi isi seperti drum minyak tanah sama nyokap gue kemarin. Lo bayangin aja sendiri, udah gue dan tim CorSec gue memutar otak dan tenaga untuk nyiapin acara penting Senin lusa, sampai rumah bukannya dapat pelukan malah omelan. Udahan dulu ah, gue mau balik ke ruangan dulu ngecek laporan pembukuan, happy cursed dating yak sama laki lo,” Dengan santainya Danas menjulurkan lidahnya kearah Milly dan keluar dari saung tersebut untuk memberikan akses Dharma untuk menghampiri Milly yang sudah berdiri dari duduknya untuk siap siaga menjauh dari lelaki itu.

“Milly, kamu nggak kangen sama aku?” Dharma segera menghampiri Milly. Lelaki berperawakan tinggi 175 cm berpakaian casual ini sebenarnya cukup tampan dan berkharisma ketika pertama kali foto lelaki tersebut ditunjukkan oleh Milly dari smartphone miliknya. Namun jika sudah menyangkut Milly entah mengapa kelebihan yang dimiliki lelaki tersebut luntur seketika karena kebucinannya pada sahabat tukang makannya itu. Hal itu sudah dilihatnya beberapa kali.

“Pergi sana! Gue nggak mau ketemu sama lo!” Teriak Milly. Untung saja setiap saung diberikan AC dan di-setting kedap suara sehingga tidak akan mengganggu saung-saung disebelahnya.

Danas dengan santainya melenggangkan kakinya sambil berdendang dan membayangkan posisi Milly yang tengah histeris seolah jijik dengan kehadiran Dharma. Ah, sudahlah, biarkan saja mereka berdua menyelesaikan urusannya sendiri, ia tinggal menunggu telepon dari gadis itu dan ceritanya bagaimana bisa melarikan diri dari lelaki itu tanpa menyadari sosok yang berpapasan dengannya barusan.

Lelaki itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearah punggung Danas. Tatapannya yang setajam elang tak sedikitpun berkedip. Bibirnya mendesiskan satu kata.

“Jonggrang…”

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!