[MCP] CHAPTER 1

Suara kicauan burung merupakan alunan musik terindah yang selalu di dengar oleh Zefa setiap harinya. Sinar matahari yang menyelinap masuk melalui sela gorden kamarnya juga suara kokokan ayam membuatnya terlihat sekuat tenaga sedang mencoba untuk membuka matanya. Namun jam tidur yang tidak beraturan membuat Zefa sering kali kesulitan untuk bangun dari tidurnya.

"Zefa, bangun kak udah jam segini. Nanti telat loh". Terdengar suara sang ibu yang mengetuk pintu kamar seraya berteriak menyadarkan Zefa.

"Iya bu". Sahut Zefa dari dalam kamar dengan suaranya yang parau.

Zefa adalah seorang wanita berwajah mungil berusia 27 tahun yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Zefanya Chayra, itulah nama lengkap dari seorang kakak yang sangat menyayangi adik laki-lakinya. Ia bahkan bertanggung jawab atas semua kebutuhan kuliah sang adik. Sungguh mulia hatimu, Zefa.

Dua hari yang lalu ia baru saja menandatangi surat perjanjian kontrak dengan perusahaan properti milik seseorang yang berkewarganegaraan Korea Selatan, namun memiliki izin tinggal di Indonesia.

Sebelumnya ia bekerja di perusahaan produk kecantikan yang masih satu kepemilikan dengan perusahaan properti yang sekarang menjadi tempatnya untuk mengais rezeki.

"Kak, kamu harus fokus ya ini hari pertama kamu kerja dan usahakan selalu beri yang terbaik buat bos kamu". Pesan sang Ayah kepada putrinya.

"Pasti yah. Zefa pasti akan terus dan selalu bekerja dengan baik". Sahut Zefa saat sedang mengambil ponselnya yang berdering.

...Nayra Comel...

...Is calling...

Zefa, gue di depan rumah lo nih.

^^^Ok. Tunggu bentar ya gue minum dulu.^^^

Lima mili aja enggak usah banyak banyak, kelamaan.

^^^Nay lo belum pernah gue sembur ya!.^^^

Seingat gue sih belum! Udah ayo cepat Zefanyaaaaa!.

.........

Nayra Natasya, salah satu sahabat Zefa sejak ia duduk di bangku kelas satu di sekolah menengah pertama. Mereka berteman dengan sangat baik, bukan hanya Zefa dan Nayra tetapi keluarga mereka pun saling mengenal dan tidak jarang pula ibu-ibu mereka sering menghabiskan waktu bersama. Hal itu lah yang membuat kedekatan Zefa dan Nayra semakin kuat.

"Bu, Ayah. Zefa berangkat ya, Nayra udah sampai". Ucap Zefa bangun dari duduknya dan berpamitan dengan orang tua juga adiknya.

"Bilang Nayra hati-hati nyetirnya". Seru sang ibu yang baru saja selesai mencuci tangan.

"Iya bu". Sahut Zefa.

Zefa bergegas menemui Nayra si wanita bawel yang selalu patuh terhadap waktu. Jadi tidak heran kalau Zefa bisa sampai berlari kalau Nayra sudah datang menjemputnya. By the way, Zefa dan Nayra satu perusahaan, tetapi Nayra sudah lebih dulu berada di perusahaan tersebut.

Zefa selalu berangkat ke kantor bersama Nayra meskipun sebelumnya mereka tidak bekerja di perusahaan yang sama, karena sahabatnya itu tidak ingin berangkat ke kantor sendirian Nayra ingin ada yang menemaninya selama di perjalanan untuk teman berbincang. Zefa sempat menolak karena ia merasa akan terus dan selalu merepotkan Nayra jika setiap hari seperti itu, namun Nayra justru sangat marah sampai akhirnya Zefa menuruti keinginan sahabatnya.

Jarak tempuh dari rumah Zefa menuju kantor tempatnya bekerja tidak terlalu jauh hanya memakan waktu sekitar lima belas menit. Dan kini Zefa dan Nayra sudah tiba di kantor.

Langkah kakinya mulai memasuki lobby lalu Zefa berhenti di meja resepsionis.

"Pagi kak". Sapa Zefa kepada staff resepsionis.

"Pagi. Ada yang bisa saya bantu?". Tanya resepsionis tersebut.

"Saya Zefanya Chayra. Dua hari yang lalu saya sudah tanda tangan kontrak dengan Pak Hans sebagai sekertarisnya Choi Woo Shik Sajangnim". Jelas Zefa.

"Dan hari ini hari pertama saya. Jadi saya harus kemana ya sekarang?". Sambungnya sambil tersenyum ramah kepada kolega barunya.

"Oh! Zefanya. Tadi Pak Hans sudah titip pesan ke saya kamu bisa langsung ke ruangannya untuk bertemu dengan Sajangnim terlebih dahulu disana. Kebetulan Choi Sajang sedang ada di ruangan Pak Hans". Sahut staff resepsionis memberikan informasi kepada Zefa.

"Ruangan Pak Hans ada di lantai tiga ya. Di sebelah kanan dari pintu masuk". Jelasnya.

"Oh, baik. Kalau begitu saya langsung kesana. Terimakasih sebelumnya. Have fun kak". Ucap Zefa berpamitan dengan kolega barunya.

"Good luck Zefanya!". Sahut staff resepsionis itu dengan sangat ramah.

Setelah mendapatkan informasi dari resepsionis Zefa kembali menghampiri Nayra yang sedang berada di coffee shop seberang kantor.

"Hayo mau kemana?".

Nayra tiba-tiba muncul sontak membuat Zefa terkejut namun Nayra justru tertawa.

"Puas banget lo ketawa!". Ucap Zefa cemberut.

"Sorry...". Ucap Nayra meledek Zefa sambil tertawa.

"Ditinggal bentar udah langsung ngilang! Ya udah gue mau ke ruangannya Pak Hans. Gue duluan ya. Bye, see you!". Zefa melambaikan tangan kepada Nayra.

"Eh eh, bentar! Ini kopi, biar lebih fresh sebelum ketemu Choi Sajang dan waspada tremor kalau berhadapan sama Oppa Korea itu". Nayra menarik tangan Zefa yang hampir pergi meninggalkannya.

"Thank you! Have fun ya". Ucap Zefa tersenyum.

Langkahnya mulai memasuki lift menuju lantai tiga perusahaan untuk menemui Pak Hans dan Choi Woo Shik Sajangnim di hari pertamanya bekerja. Sesekali ia menyeruput kopi pemberian sahabatnya.

Dag dig dug, begitulah yang dirasakan Zefa, tangannya sedikit gemetar tetapi ia mencoba untuk tetap tenang agar sikapnya tidak mengecewakan di hari pertamanya.

Tangannya mulai mengetuk pintu di hadapannya tanpa ragu dan penuh keyakinan.

"Permisi Pak Hans, saya Zefanya". Ucap Zefa setelah mengetuk pintu.

"Masuk". Terdengar suara Pak Hans dari dalam ruangan yang meminta Zefa untuk masuk.

Zefa melangkahkan kakinya dengan percaya diri, senyum manisnya menyapa kedua atasannya tersebut. Zefa kini sudah berdiri berhadapan dengan Pak Hans dan Choi Woo Shik Sajangnim yang sedang duduk bersebelahan.

"Silahkan duduk". Ucap Pak Hans sambil tersenyum.

Choi Woo Shik sajangnim tersenyum melihat Zefa yang rapih dengan setelan barunya, senyumnya yang ramah dan kepercayaan dirinya menjadi alasan utama terpakunya pandangan Choi Woo Shik Sajangnim.

"Sajangnim, ini Zefanya yang sudah saya beritahu kemarin. Mulai hari ini Zefanya akan membantu Sajangnim dalam segala hal. Artinya Zefanya ini sekertaris pribadi sajangnim yang baru". Jelas Pak Hans kepada Choi Sajang.

"Baik. Terimakasih Pak Hans. Kalau begitu kamu bisa langsung ikut ke ruangan saya ya". Ucap Choi Sajang sambil tersenyum.

"Baik Sajangnim". Sahut Zefa membalas senyum Choi Sajang.

"Permisi Pak Hans, terimakasih banyak". Lanjut Zefa berpamitan kepada atasannya.

Zefa berjalan tepat di belakang Choi Woo Shik Sajangnim dan mengikutinya hingga sampai di salah satu ruangan, yang mana ruangan tersebut merupakan ruang kerja bos barunya itu.

Choi Woo Shik Sajangnim merupakan presiden direktur atau CEO di perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak dalam bidang properti. Selain jabatannya sebagai Presdir, Choi Woo Shik Sajangnim juga merupakan anak kedua dari pemilik serta pemegang saham utama perusahaan tersebut. Desas desusnya, ia merupakan ahli waris dari perusahaan ini maka tidak heran jika posisinya yang sekarang sebagai bentuk latihan untuk ke posisi yang lebih tinggi.

Zefa sudah tiba di ruang kerja Choi Woo Shik Sajangnim yang sangat luas dengan design yang mewah. Ruangan itu sangat rapih dan wangi membuat Zefa tidak henti hentinya menyanjung ruangan tersebut dalam hati.

"Ok, Zefanya?". Ucap Choi Sajang memastikan nama Zefa sekali lagi.

"Zefanya Chayra, panggil saja saya Zefa, Sajangnim". Jelas Zefa.

"Zefa? Ok, selamat datang di ruangan saya Zefa. Dan semoga kamu betah kerja sama saya. Mohon bantuannya ya". Ucap Choi Sajang tersenyum ramah dengan suaranya yang juga sangat lembut.

"Baik Sajangnim, saya akan bekerja dengan baik untuk Sajangnim". Sahut Zefa tersenyum.

"Terimakasih! Satu lagi, meja kerja kamu ada di seberang ruangan saya ya. Dekat pintu masuk ke ruangan ini". Jelas Choi Sajang memberitahu Zefa dengan sangat detail.

"Iya Sajangnim, terimakasih. Kalau begitu saya pamit ke meja kerja saya. Nanti saya akan kesini lagi untuk menyusun ulang jadwal kerja Sajangnim". Ucap Zefa.

"Terimakasih ya. Good luck!". Sahut Choi Sajang tersenyum.

Zefa melangkahkan kakinya keluar dari ruangan presdir menuju meja kerjanya. Ia mulai membersihkan dan juga merapihkan zona kerjanya. Hingga beberapa saat kemudian ruang kerja Zefa sudah terlihat lebih rapih dan bersih, pastinya Zefa mengutamakan kenyamanan di ruang kerjanya agar ia juga bisa lebih semangat bekerja.

"Finally... Sekarang gue harus lebih semangat dan fokus kerja, beri yang terbaik buat Choi Sajang".

Zefa menyemangati dirinya sambil tersenyum, keyakinan dan tekad yang kuat terpancar dari bola matanya.

Zefa melangkahkan kakinya menuju ruangan presdir, sesuai dengan janjinya ia akan menyusun ulang jadwal kegiatan Choi Woo Shik Sajangnim. Zefa mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Masuk". Terdengar suara Choi Sajang yang memerintahkannya untuk masuk.

"Permisi Sajangnim. Ehh... Untuk jadwal Sajangnim selama satu bulan kedepan saya harus menyusun ulang atau ada catatan yang perlu saya revisi?". Tanya Zefa sambil tersenyum.

"Oh iya. Eehh, ini buku catatan sekertaris saya yang sebelumnya, jadi kamu bisa pakai ini untuk memudahkan kamu dan kalau masih bingung jangan sungkan untuk bertanya sama saya". Sahut Choi Sajang sambil tersenyum dan memberikan buku catatan tersebut.

"Didalamnya ada jadwal meeting dan pertemuan, juga beberapa data penting lainnya. Itu semua sudah di perbarui satu minggu yang lalu. Data ini juga ada di komputer kamu ya". Sambungnya.

"Jadi ini semacam hard copy ya Sajangnim?". Tanya Zefa.

"Iya betul. Kamu hanya perlu memperbaiki beberapa data dari satu minggu yang lalu sampai dengan hari ini". Choi Sajang menjelaskannya sambil tersenyum.

"Oh iya baik Sajangnim, terimakasih. Kalau begitu saya kembali ke tempat saya. Permisi". Ucap Zefa berpamitan kepada bosnya.

Choi Woo Shik Sajangnim tidak menjawab ucapan Zefa melainkan hanya tersenyum ramah kepadanya, membuat Zefa sebagai seorang wanita tentunya berdebar melihat senyuman manis dari mas-mas Korea itu.

Saat Zefa berjalan menuju pintu untuk kembali keruangannya, langkah kakinya terhenti setelah Choi Woo Shik Sajangnim memanggilnya.

"Zefa...". Seru Choi Sajang menghentikan langkah Zefa.

"Iya, Sajangnim?". Tanya Zefa.

"Karena siang ini saya tidak ada jadwal apa pun, jadi saya akan makan siang di luar. Kamu boleh ikut dengan saya kalau mau?". Ucap Choi Sajang semakin membuat Zefa berdebar.

"Apa ini tuhan? Belum ada satu hari gue udah di ajak makan siang". Gumam Zefa dalam hatinya.

"Engga boleh tremor Zefa. Lo kayak lagi di ajak makan sama gebetan aja, santai Zefa santai. Ok?".

Melihat Zefa yang hanya terdiam Choi Woo Shik Sajangnim mengerutkan keningnya meskipun senyum masih terukir di bibirnya.

"Zefa.. kamu kenapa?".

Next Chapter >>>

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!