Nestapa

"Bang!" Alika melihat Rayan yang terdiam di kamarnya dan duduk di atas lantai di dekat ranjang besarnya.

Alika tersayat menatap saudara kembarnya patah hati, dia menepuk nepuk pundak Rayan agar Rayan mampu melewati situasi ini, "de abang salah apa? kenapa sakit banget!" Rayan memeluk Alika menumpahkan air matanya di kerudung besar Alika, Rama masuk namun dia kembali keluar dan menutup pintu berjaga di depan pintu kamar Rayan.

"Gak papa bang! jodohmu belum di pertemukan bang! aku yakin suatu hari jodoh terbaikmu akan tiba, Allah menciptakan manusia saling berpasangan, mustahil bila tuhan menciptakan pria tampan kaya lo seorang diri bang!" Alika gemas sekali rasanya pada Ikhna, Rayan yang sudah sering mengkode Ikhna namun gadis kecil itu masih saja tidak mengerti dan malah terlihat tak perduli.

"De aku mau pergi ke luar negeri untuk menengkan diri!" Rayan mencengkaram dadanya yang terasa amat sakit.

"Gimaa kalo kamu pergi ke tanah suci aja bang! aku tahu ini berat buat kamu bang! tapi kamu juga harus bertahan, dengan cara mendekatkan diri pada tuhan dengan cara itu pula tuhan pasti mempersiapkan kado istimewa untuk pria baik sepertimu bang!" Alika tersenyum tipis menghapus air mata yang sempat mengaliri pipi Rayan.

Rayan mengangguk, "temani aku mengucapkan selamat untuk Ikhna dan pertemuan terakhir kami, de! di sini cuma kamu dan Rama yang bisa mengerti dan faham perasaan yang sedang kacau di dada aku de, tolong bantu aku!" Alika tersenyum dan berdiri.

"Dah cuci dulu mukanya, aku akan dandani abang sampai keren banget dan akan ku buat si Ikhna kecewa karena udah milih pria yang salah" seru Alika menarik tubuh saudara kembarnya.

Rayan mesuk ke kamar mandi membersihkan diri dan wajahnya, Alika keluar kamar dan meminta Rama masuk, "sayang bantuin rayan pilih baju dan dandani dia melebihi ketampanan siapapun di dunia ini!" seru Alika menarik suaminya masuk.

"Apa bayaranku?" Rama meminta imbalan atas apa yang akan dia lakukan.

"Bayaran? hmmm yaudah silahkan minta apa aja tapi bantuin rayan ya! ngenes aku lihat dia!" ucap Alika duduk di tepi ranjang.

"Tujuh ronde di atas kasur sebagai bayarannya? ingat baik baik!" Rama mendekatkan wajahnya menatap mata Alika yang melotot mendengar bayaran yang di mintai suaminya.

"Ta...tapi!, huuft.." Rama tak lerduli dan malah mengecup bibir Alika yang mungil.

"Nanti di lanjutkan, sekarang siapkan mentalmu baik baik sayang!" Rama mengecup kening istrinya dan beralih menuju lemari besar Rayan.

Dari belakang Alika menatap pundak kokoh suaminya, memang sedari dulu suaminya tak pernah berubah dan selalu seperti itu meski usia pernikahan mereka sudah lima tahun lebih.

Cklek, rayan yang mendengar bisik bisik mereka hanya bisa menggeleng, dan melihat setelan jas yang di pilih Rama dan dengan cepat dia mengenakannya dengan rambut yang di keringkan Alika dan wajah yang sedikit di poles Rama dan setelahnya mengukir rambut Rayan agar terlihat sempurna.

Rama dan alika beradu pandang saat melihat penampilan rayan "lo emang mirip sama gue bang!" Alika memuju kakaknya yang sudah nampak sempurna.

"Istriku lebih cantik!" seru Rama menarik pinggang istrinya menuju dekapan hangatnya, Alika menggeleng dan terkekeh.

"Yalah dia lebih cantik kalo akukan udah jelas lebih tampan!" ucap Rayan merasa gerah melihat kemesraan mereka.

"Paman!" dua gadis berusia empat tahun lebih menghampiri Rayan dan memeluk pamannya.

"Iya sayang! ayo berangkat!" Rayan memang memanggil Alika dan Rama ke rumahnya, untuk memberikan kekuatan padanya, dan terbukti setelah kedatangan mereka jiwanya terasa amat kuat dan tangguh untuk menghadapi apapun di hadapannya.

Mereka berangkat dengan satu mobil, Rayan yang di gandeng dua peri cantik Raisa dan Raina sedangkan Rama bersama Alika, mereka berjalan menginjak karpet merah, wartawan dan media masa berkerumun namun tak ada kata yang terucap dari mereka selain menyapa meski pertanyaan yang di keluarkan oleh para wartawan amat beragam.

Mereka masuk menatap hingar bingar kemewahan, Rayan terdiam melihat Ikhna dan suaminya bertengger di kursi pelamin, Rayan mengepalkan tangsnnya, namun dia kembali tersadar saat dua peri itu tersenyum menatapnya.

"Paman ayo pulang! lagi pula kita sudah datang, aku gak suka di sini!" Raisa memeluk tangan pamannya dan merasakan getaran hebat pada pria di sampingnya.

Rayan mengangguk mengerti, "sapa dulu! setelahnya kita baru pergi!" Raisa tersenyum menatap Rama dan Rayan bergantian mungkin rasa ragu menyelip di hati Rayan namun ajakan dari saudarinya memang benar, Rayan mengangguk melangkah menyapa Ikhna.

"Paman!" Ikhna langsung memluk Rayan dan dengan cepat Rayan menarik lengan Ikhna dan menjauhkan diri.

"Sekarang kamu sudah bersuami jaga sikapmu!" Rayan berkata dengan tegas tak menghiraukan Ikhna dan langsung menyapa Adit dan setelahnya pergi.

"Selamat atas pernikahan kalian!" ucap Rayan dengan hawa mendominasinya, Alika dari belakang hanya dapat menggeleng begitupun Rama.

"Selamat Ikhna!" Alika menyalami Ikhna sedangkan Rama menelungkupkan tangannya di dada.

Begitupun sebaliknya saat menyapa Adit, Alika memang sangat menyukai Ikhna namun dia seakan menjadi benci saat melihat kemesraan Adit dan Ikhna yang seakan akan tengah memanas manasi saudara kembarnya.

"Bang yo balik! gerah gue!" Alika menggandeng dua pria tampan dan di pimpin oleh dua peri di hadapannya menuju mobil.

"Kewajiban lo udah selsai sama Pak Gunawan! dia juga sekarang pasti seneng liat anaknya udah nikah sama pria pilihannya meski ya dia berharap lo yang jadi mempelai prianya, tapi dah lah gue pusing mikirinnya!" Alika duduk di kursi belakang dan merasakan pijitan lembut di keningnya dari suami tercintanya.

"Aku akan berangkat ke tanah suci malam ini de" lirih Rayan merasakan sakit yang amat dalam di dadanya.

"Apa? malam ini?" Alika terkejut bukan main, dia mentap Rama penuh pertanyaan, mata hijau itu seakan menafsirkan untuk membiarkan Rayan.

Alika menghembuskan nafasnya kasar dan mengangguk "hati hati saat di sana, kita akan tunggu kamu balik, ingat harus ngasih kabar tiap hari!" Alika tersenyum tulus dan haluan mobilpun berubah menuju bandara.

Asisten rayan telah berkemas di rumah saat mendapatkan perintah dari majikannya dan langsung beranjak menuju bandara.

Alika melihat pelayan rumah Rayan yang ikut serta dan berpisah dengan Rayan, tangisan mereka tak terbendung karena mengingat bagaimana Rayan yang begitu baik.

"Woi! abang gue gak mati! ngapa kalian nangis? dahhh.. Tuh lihat bang yang sayang sama lo banyak, ingat cepet cepet balik!" Alika menepuk pundak Rayan dan tersenyum menaruh kekuatan.

"Iya" Rayan berucap lirih melihat jadwal penerbangan lalu melambai tangan setelah pelukan hangat dari orang orang yang menyayanginya berlalu, Rayan menaiki pesawat dan terbang menuju tanah suci.

Alika menitikan air mata bagaimanapun dia juga dapat merasakan sakit yang di rasakan Rayan, Rama mengusap air mata Alika dan mengecup kening istrinya.

"Ingat hutangnya malam ini! tujuh ronde!" eru Rama menggoda istrinya, Alika terbelalak.

"Sudah sayang, lihat anak anak nunggu, biar mereka cepet tidur kita cepat pulang agar suamimu cepat dapat jatah!" seru Rama mengangkat dagu Alika ingin sekali dia mengecup bibir mungil itu, namun Alika menghentikannya.

"Ini di tempat umum!" seru Alika dengan rona di pipinya, Rama terkekeh dan kembali ke mobil untuk pulang ke rumahnya.

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!