Lena mengerjapkan kedua matanya ketika sinar terang mentari pagi menerpa tepat pada kedua matanya. Itu karena Erlan menyingkap tirai tembok kaca besar di kamarnya.
Lena yang terusik dengan cahaya silau itu akhirnya terbangun dari tidur lelapnya. Namun baru sedikit mencoba membuka kedua matanya, Lena meringis ketika merasakan ngilu di kepalanya.
Erlan yang melihat itu tersenyum. Pria tampan yang hanya mengenakan handuk putih yang melilit di pinggangnya itu kemudian melangkah mendekat ke ranjang dimana Lena masih terbaring disana.
Erlan mendudukan dirinya di tepi ranjang tepat disamping tubuh Lena yang masih berusaha menyesuaikan pandangan dengan cahaya terik matahari pagi ini.
“Kamu terlalu banyak minum koktail semalam. Kamu mabuk akhirnya aku bawa pulang.”
Ucapan Erlan membuat Lena langsung membuka lebar kedua matanya. Dengan cepat Lena bangkit mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Namun karena tidak memegangi selimut yang menutupi tubuh sampai bagian dadanya, selimut tersebut merosot membuat tubuh bagian atas Lena terpampang dengan begitu menggoda di depan Erlan.
Sadar dengan hal tersebut, Lena pun buru buru meraih selimut dan kembali menutupi tubuhnya. Saat itulah Lena sadar hanya selimut itu yang menutupi tubuh polosnya.
“Apa yang terjadi?” Gumam Lena dengan detak jantung yang mulai tidak beraturan. Begitu cepat dengan rasa takut yang menghampiri.
Erlan menoleh kemudian tersenyum geli menatap Lena yang terlihat ketakutan.
“Kamu sendiri yang memintaku melakukannya semalam Lena. Dan sebagai laki laki normal aku tidak bisa menolaknya. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku akan bertanggung jawab.”
Lena memejamkan kedua matanya. Dia tidak terlalu mendengarkan apa yang Erlan katakan. Selain karena Lena yang merasa tidak mengenali Erlan, Lena juga sedang berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Dan yah... bayangan Alex dan Sherin kembali membayanginya. Begitu jelas dengan suara ******* yang menandakan mereka sangat menikmati apa yang mereka lakukan.
Detik berikutnya Lena menangis. Dia terisak sambil menutupi wajah cantiknya karena mengingat kembali apa yang menimpanya. Cintanya di khianati. Dan sekarang dirinya berakhir diatas ranjang tanpa mengenakan apapun bersama pria yang sama sekali tidak Lena kenal.
Erlan hanya bisa menatap Lena dalam diam. Siapapun pasti tau gadis itu sedang sangat terluka sekarang.
“Kamu tenang saja.. Aku tidak akan melarikan diri. Aku akan bertanggung jawab. Kamu tidak perlu takut.” Erlan berusaha menenangkan Lena. Namun itu tidak berhasil karena Lena terus saja menangis.
Erlan menghela napas. Ingin sekali rasanya Erlan merengkuh tubuh Lena ke dalam pelukannya, namun Erlan khawatir Lena akan menganggapnya pria kurang ajar yang tidak tau aturan.
Tidak tau harus bagaimana, Erlan pun bangkit dari duduknya di tepi ranjang. Sekali lagi pria tampan itu menghela napas.
“Di lemari ada baju ganti untuk kamu. Sebaiknya kamu mandi lalu sarapan. Aku akan mengantar kamu pulang.” Ujar Erlan kemudian berlalu meninggalkan Lena yang terus saja menangis di atas ranjang sendiri.
Lena memeluk tubuhnya sendiri. Lena tidak menyangka jika pemikiran kalutnya benar benar menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam perbuatan yang tidak seharusnya. Meskipun Lena tidak sadar dengan apa yang dia lakukan semalam bersama pria yang tidak dikenalnya itu, tapi Lena tidak bodoh. Apa lagi dirinya bangun dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun.
“Ya Tuhan... Apa yang aku lakukan? Kenapa aku begitu bodoh?”
Lena memukul dirinya sendiri yang begitu bodoh. Lena benar benar sangat menyesal dengan apa yang sudah terjadi.
Tidak ingin berlama lama berada di kamar yang serba mewah itu, Lena pun bergegas turun dari ranjang dengan selimut yang dia gunakan untuk menutupi tubuh polosnya. Begitu sampai di dalam kamar mandi, Lena berkaca. Kepalanya menggeleng melihat banyak tanda merah di sekitar dada, bahu, bahkan area tubuh yang lain. Tangisnya kembali pecah. Lena merasa dirinya sudah tidak lagi suci sekarang. Kehormatannya terenggut oleh pria asing karena kebodohannya sendiri.
Sementara itu, Erlan masuk ke dalam kamar yang lain. Pria itu segera mengenakan kemeja warna hijau toska dengan celana bahan warna hitam yang begitu pas membalut kaki panjangnya.
Erlan menghela napas lagi sambil menatap pantulan dirinya didepan cermin. Melihat Lena yang menangis, mendadak Erlan merasa bersalah. Erlan memang tidak benar benar menyentuh Lena sampai pada intinya. Erlan hanya mencumbui dan memberi tanda di tubuh Lena yang semalam langsung tertidur dengan pulas sebelum Erlan benar benar melakukan apa yang Lena inginkan.
Erlan menelan ludah membayangkan tubuh polos Lena yang terpampang nyata di bawahnya. Lena bahkan begitu pasrah dan mendesah membuat birahinya memuncak. Namun begitu mendapati Lena yang terlelap, Erlan pun berubah pikiran. Erlan tidak mungkin melakukannya pada Lena sedang Lena saja sudah terlelap. Erlan akan merasa sangat brengsek jika tetap meneruskan kegiatan tersebut. Karena hal itu pula, Erlan merasa tersiksa sendiri dan terpaksa berendam di tengah malam untuk menyegarkan tubuhnya, memadamkan kobaran gairah yang benar benar sudah memuncak dan meronta ingin di salurkan.
Satu jam kemudian, Lena sudah selesai membersihkan dirinya. Lena juga mengenakan baju yang ada di lemari di kamar Erlan. Lena sengaja memilih kaos berlengan panjang dengan kerah leher tinggi untuk menutupi tanda merah yang di ciptakan oleh Erlan. Untuk bawahannya, Lena mengenakan rok tutu yang membuatnya terkesan sangat imut. Sedang untuk rambut panjangnya yang sudah di keringkan dengan alat pengering rambut Lena cepol tinggi. Ya, Lena memang tidak suka menggerai rambut panjangnya.
Erlan tersenyum simpul. Lena selalu berhasil menarik perhatiannya dengan kesederhanaan itu.
“Kamu cantik.” Puji Erlan pada Lena yang masih berdiri di depan pintu kamar.
Lena hanya mengangguk pelan. Dia berusaha mengukir senyuman di bibirnya meski kedua matanya sembab karena terlalu lama menangis.
“Hmm.. Sebelum aku antar kamu pulang, lebih baik kita sarapan dulu.” Kata Erlan.
“Tidak perlu tuan.. Saya...”
“Erlan, panggil saja aku Erlan. Tidak perlu dengan embel embel tuan. Aku calon suamimu.” Senyum Erlan menyela.
Mulut Lena terbuka dengan kedua mata melebar terkejut mendengar apa yang pria tampan di depannya katakan. Lena tidak berpikir Erlan benar benar serius dengan ucapannya tadi saat dirinya menangis di depannya.
Karena Lena yang terus mematung di tempatnya, Erlan pun melangkah mendekat. Pria itu meraih tangan kecil Lena dan menggenggamnya dengan erat namun tetap penuh dengan kelembutan.
“Mulai sekarang kamu adalah milikku sayang..” Bisik Erlan yang semakin membuat Lena tidak percaya.
Jika di lihat dari fisik, Erlan memang jauh lebih tampan dari Alex. Erlan bahkan nyaris sempurna dengan tubuh tinggi tegap dan kekar serta wajah rupawan. Kulitnya yang putih kemerahan menunjukan bahwa pria itu berdarah campuran.
“Tolong jangan menolak. Aku hanya ingin bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku lakukan. Yah.. Meskipun terlepas dari itu semua kamu sendiri yang menginginkan.” Lanjut Erlan yang membuat Lena tidak bisa berkata apa apa.
--------
Oke jadi ini adalah bagian pertama dari cerita ini ya teman teman. Maafkan kalau terlalu bertele tele.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Reza Indra
Semoga tidak ada kesedihan yg berlanjut.. 👍🏻👍🏻🧡❤🧡😘😘
2023-06-23
1
Winarsih Asih
lanjuttt
2023-06-03
0