Keesokannya Miko pun datang kerumah mutia dan ingin berpamitan kepada orang tuanya.
"Nonton?" Amira menatap Miko dengan kening berkerut samar, sementara Miko langsung mengangguk sambil tersenyum lebar
"Iyaa Tante"
Amira teringat perihal celetukan kansa tempo hari itu, juga bagaimana kedekatan Miko dan Mutia diatas motor, ia sedikit ragu biasanya jika dengan Miko ia akan membiarkan Mutia pergi namun hari ini ia bimbang.
"Maa, aku pergi nonton ya sama Miko." ucap Mutia yang baru keluar dari kamarnya
Amira mengamati penampilannya tidak biasanya Mutia mau bepergian dengan Miko memakai baju bagus dan rapi, hari ini gadis itu terlihat sangat cantik dan menarik, dahulu ketika hendak pergi dengan Miko kaus oblong dan celana jins yang lusuh pun tak apa dan rambut nya yang berantakan juga tak masalah, tanpa bedak pun biarlah akan tetapi hari ini ....
"Jangan pulang malam-malam ya." ucap Amira yang tak bisa menyuarakan penolakan nya
Rasa percaya itu masih ada dan mungkin tak masalah jika memberikan Mutia sedikit kebebasan, lagi pula Miko adalah temannya sejak kecil tidak mungkin juga Miko melakukan hal yang bukan-bukan terhadap Mutia.
"Oke ma." ucap Mutia senang
"Pergi dulu ya Tante." pamit Miko sambil mencium punggung tangannya
Tidak ada yang masalah dengan Miko, Miko anak yang sopan dia tau itu.
"Iyaa ko, hati-hati dijalan jangan ngebut."
"Siap Tante hehehh"
Kemudian dua punggung itu berjalan menjauh, namun Amira masih bisa mendengar perkataan Miko yang membuat anak gadisnya itu tersenyum malu-malu.
Meraka pun pergi menonton dan tidak terasa waktu berlalu dan malam itu hujan, tidak ada petir memang, namun anginnya cukup kencang, tadinya keduanya ingin menembus hujan namun tak jadi lantaran tau-tau hujan turun semakin deras sehingga mau tak mau mereka harus menunggu hujan reda padahal jam sudah menunjukan pukul sembilan lewat lima belas menit, bagi Miko itu sudah sangat terlambat untuk mengantar Mutia pulang.
"Gimana nih hujannya semakin deras." ucap Miko ditelinga Mutia
Gadis itu pun menoleh padanya dan terkesiap karena bibir Miko justru mencium pipinya tanpa sengaja.
"Ya, ya udah enggak apa-apa kita tunggu sebentar lagi." ucap Mutia yang salah tingkah
Miko tersenyum lalu meraih bahu Mutia dan merangkulnya "kamu dingin gak?"
"Enggak kok aku malah suka hujan hehehe, kamu cium aromanya gak?" Mutia menarik nafas dalam-dalam mencium aroma hujan yang turun membasahi tanah kering disekitar mereka.
"Ini namanya petrichor." ucap Mutia
"Oooo."
Miko lalu meraih jemari Mutia dan menggamnya, mengetahui hal itu tentu saja membuat Mutia malu karena disana bukan hanya ada mereka tapi ada banyak orang yang juga menunggu hujan reda, namun Miko tampaknya santai saja menggenggam tangannya didepan umum, tapi alih-alih merasa malu ada sebersit rasa senang dihatinya, Miko punya wajah tampan, tubuh tinggi, dan fashionable jadi saat bersama Miko seperti sekarang ini membuat Mutia sedikit bangga memilikinya.
"Udah agak reda, pulang sekarang yuk." ucap Miko
Mutia mengangguk "Yaudah yuk."
Miko menarik tangan Mutia dan membawanya berlari ditengah gerimis setiba nya didekat motornya segera Miko melepaskan jaketnya, lalu menutupi kepala Mutia yang mulai basah karena air hujan.
"Kamu pake aja, aku gak apa-apa." tolak Mutia Mutia lebih suka hujan-hujanan entah mengapa hal itu membuatnya senang.
"Nanti kamu sakit pake aja." ucap Miko
Mau tak mau Mutia membiarkan Miko menutupi kepalanya dengan jaket tersebut, lalu duduk berboncengan dengan kedua tangan memeluk pinggang Miko.
Namun ditengah perjalanan hujan turun lagi namun karena keduanya sudah terlanjur basah mereka pun memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Tadinya terasa biasa saja ketika Mutia menaruh tangannya di pinggangnya, akan tetapi ketika Mutia menyandarkan tubuhnya dipunggungnya, Miko merasakan ada badai besar didalam dirinya, darahnya berdesir jantungnya berdebar-debar.
Lebih-lebih ketika Mutia menaruh dagunya dibahunya, miko merasakan kehangatan. Dibawah Hujan yang turun deras ia menarik jemari Mutia dan menggamnya mungkin Mutia hanyalah gadis polos, namun tidak dengan Miko, ia tau apa yang dirasakannya sekarang dan apa yang diinginkan.
Jadi ketika ia menurunkan Mutia didepan pagar rumahnya, ditariknya gadis itu lalu diciumnya.
Sementara itu Mutia hanya terdiam saat Miko tiba-tiba mencium bibirnya, bahkan saat Miko menyudahinya dia masih saja bergeming.
"Masukk gih." ucap Miko sambil menepuk pelan pipinya dengan senyum manis.
Miko lalu melajukan motornya ke seberang jalan setelah Miko memasuki halaman rumahnya, barulah Mutia masuk kerumahnya dengan hati berbunga-bunga.
Mutia mungkin tidak mengira bahwa adegan tadi disaksikan oleh seseorang dibalik tirai jendela rumahnya, ada seseorang disana mengamati mereka dengan tatapan tak suka.
Mutia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum rasanya sulit dikendalikan mengingat momen romantis itu bersama Miko, ciuman pertama dan keduanya.
Mutia tidak pernah tau bahwa cinta akan membuatnya lupa daratan, ia seolah-olah berada dilangit bersama bulan dan bintang tidak ada yang ia inginkan selain hanya bersama Miko.
"Mutia!" suara itu menariknya kealam sadar
Agy kakak laki-lakinya itu sudah berdiri diambang pintu kamarnya
"Eh iya kenapa?" tanya Mutia dengan satu alis terangkat
Agy masuk lalu menutup pintu berjalan mendekati Mutia yang duduk diranjangnya
"Abang mau tanya tapi kamu harus jawab jujur ya." ucap agy mimik wajahnya serius dan hal itu tentu saja membuat perasaan Mutia tak enak.
"Tanya apa?"
"Kamu pacaran sama agy?"
Jantungnya langsung berdetak kencang, Mutia mendadak diserang gugup.
"E-enggak kami cuma teman."
"Mana ada temenan pake dicium-cium segala!"
Mutia merasa tertohok seperti maling yang ketangkap basah, ia hanya bisa diam sambil menunduk malu.
Terdengar agy menghembuskan napas berat "sejak kapan?"
"Baru sebulan." ucap Mutia masih dengan kepala tertunduk dalam
"Abang cuma mau bilang pacaran boleh, asal jangan mau dipegang pegang sama cowo, Abang ini juga cowo Mutia, jadi Abang tau aslinya cowok itu gimana." ucap agy dengan nada rendah "Miko itu cuma mau manfaatin kamu."
Barulah Mutia mendongak menatap wajah agy, "maanfatin aku gimana?, miko itu baik. kan Abang tau, kalau Selama ini Miko gak pernah jahatin aku, Abang juga udah kenal Miko sejak kecilkan."
Mutia tidak suka ada orang yang menjelek-jelekkan Miko, sekalipun saudaranya sendiri.
"Miko itu sama aja kayak cowok-cowok yang lain, punya pacar cuma buat di main mainin doang, nanti setelah dia bosan sama kamu dia pasti juga bakal ninggalin kamu."
"Miko itu enggak kek gitu."
Agy mendengkus kasar, "pokok nya kalau dia ngapa-ngapain jangan mau, Miko itu playboy dia cuma penasaran sama kamu nanti setelah dia udah enggak penasaran lagi lihat aja kamu pasti juga diputusin sama dia."
Gantian Mutia yang mendengkus kasar, "apasih bang, yang playboy itu kan bukannya Abang? enggk usah jelek-jelekin Miko deh."
"Kok kamu dibilangan ngeyel sih! Miko itu bukan cowok baik-baik! Kamu jangan bego jadi cewek!."
Mendengar nada bicara kakanya itu naik satu Oktaf lebih tinggi, tak urung membuat Mutia merasa terpojok, dia akhirnya mengalah dengan tidak memberikan respon, segera dia merangkak ke ujung kasur dan merebahkan tubuhnya disana.
Sadar Karena perkataan nya menyakiti adiknya ia pun merasa bersalah, "pokoknya Abang minta sama kamu, jangan kasih apapun yang dia minta seperti cium atau apalah itu, Abang sayang sama kamu, Abang gak mau kamu jadi buruk gara-gara dia."
Setelah mengatakan itu agy pun beranjak keluar kamar dan meninggalkan Mutia yang beberapa saat kemudian menangis terisak-isak.
"Miko bukan cowok kaya gitu dia cowok baik." ucap Mutia dan Mutia Yakin Miko tidak akan pernah melewati batas.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments