Bicara Dengan Nisa

"Ada apa, Bu Viona? Apa ini tentang tadi malam?" Datar Nisa, saat ia dan Viona sudah berada di rooftop gedung.

"Baguslah jika kamu langsung mengerti. Aku tak perlu banyak basa-basi." Tegas Viona.

"Apa Anda ingin saya tutup mulut? Saya yakin, pak Reyhan tidak tahu tentang hubungan Anda dengan Revan. Bukan begitu?"

"Itu bukan urusanmu, apakah Rey tahu atau tidak. Tapi jika sampai hal itu tersebar, jangan salahkan aku, jika sampai terjadi sesuatu pada keluargamu di Bandung."

Nisa yang tadi menatap hamparan luas, permadani indah ciptaan Yang Maha Kuasa, segera menoleh pada Viona. Keluarganya, adalah harta paling berharga baginya. Karena ia berada di tempat ini saat ini pun, juga demi keluarganya.

"Saya yakin, pak Reyhan tidak tahu tentang hubungan Anda dengan Revan." Sindir Nisa.

"Pilihan ada di tanganmu. Kalau kamu sampai menyebarkan hal itu, keluargamu jelas tidak akan baik-baik saja."

"Saya akan pastikan hal itu tidak tersebar, asalkan Anda juga tidak macam-macam dengan keluarga saya." Yakin Nisa.

"Bagus. Dan untuk Revan, lanjutkan hubungan kalian!" Pinta Viona tanpa rasa berdosa.

"Siapa Anda, berani meminta saya untuk hal itu? Bahkan kedua orang tua saya saja, tidak pernah memaksa saya untuk menjalin hubungan dengan seseorang." Tantang Nisa santai.

"Dia masih menyayangimu." Bohong Viona.

"Kalau Revan memang menyayangi saya, dia tidak akan melakukan hal itu dengan Anda."

"Kamu yang selalu menolaknya, bukan?"

Iya. Revan pernah beberapa kali mengajak Nisa melakukan hubungan s*x dengannya. Dengan alasan, sebagai tanda bukti rasa cintanya pada Revan. Tapi Nisa jelas menolaknya. Dan itu akhirnya akan berujung pada sebuah pertengkaran antara mereka berdua.

Tapi selalu saja, Revan dan Nisa kembali berbaikan. Itu semua karena Nisa memang menyayangi Revan. Tapi, apa Revan juga seperti itu pada Nisa? Tulus menyayangi Nisa.

"Karena milik saya, hanya untuk suami saya kelak. Bukan untuk diobral pada laki-laki lain." Sindir Nisa.

"Kamu menyindirku?" Sahut Viona tak terima.

"Tidak. Saya hanya mengatakan prinsip saya, yang saya pegang sampai saat ini."

"Wanita sialan!" Umpat Viona tak terima.

Nisa tahu, Viona kesal padanya. Ia tersenyum sinis pada Viona yang sedang mengumpat kesal pada Nisa.

Viona berbalik badan dan melenggang begitu saja meninggalkan Nisa. Tapi baru tiga langkah,

"Bu Viona." Panggil Nisa santai, tanpai menoleh pada Viona.

Nisa yakin, Viona menghentikan langkahnya. Karena tidak terdengar suara ketukan sepatu hak tingginya.

Viona pun berhenti dan kembali membalik badan.

"Bagaimana jika saya juga menjalin hubungan dengan suami Anda? Bukankah itu adil?" Tantang Nisa, sambil menoleh ke arah Viona.

Dada Viona jelas bergemuruh mendengar ucapan Nisa. Ia tidak menyangka, Nisa bisa mengatakan itu padanya.

"Jangan pernah main-main dengan Reyhan! Hanya aku yang boleh memilikinya." Sahut Viona tanpa ragu.

"Serakah sekali Anda, Bu Viona." Cibir Nisa, sambil membalik badan.

"Anda sudah menjadi istri pak Reyhan tapi masih berselingkuh dengan sepupunya juga? Dan bahkan, Anda tidak mengijinkan orang lain untuk mendekati pak Reyhan, yang jelas-jelas, sudah Anda selingkuhi? Siapa Anda bisa melakukan semuanya tanpa mau merugi?" Imbuh Nisa tanpa ragu.

Hati Viona jelas makin memanas karena ucapan Nisa yang baginya begitu menohok. Meski, benar adanya. Tapi, ia tidak terima jika harus membagi Reyhan dengan wanita lain. Karena bagi Viona, Reyhan adalah tambang emasnya.

Viona berjalan kembali mendekati Nisa dengan langkah pasti.

"Aku Viona Zaviera. Desainer ternama di ibukota. Dan kamu, mau berusaha merebut Reyhan dariku?" Sinis Viona.

"Aku beritahu kamu sesuatu. Reyhan, tidak akan pernah tergoda oleh wanita lain, karena dia sangat mencintaiku. Apalagi oleh wanita penuh jerawat dan cupu sepertimu." Bangga Viona, sambil menunjuk-nunjuk ke arah Nisa.

"Takdir Tuhan tidak ada yang tahu, Bu Viona." Singkat Nisa.

Dan sekarang, giliran Nisa yang melenggang meninggalkan Viona. Ia melangkahkan kakinya dengan pasti meninggalkan Viona yang masih menahan kekesalan hatinya karena ancaman kecil dari Nisa.

"Awas kamu, jika berani menggoda Reyhan!" Batin Viona penuh kesal.

Viona lalu mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang.

"Kamu bilang, Nisa itu penurut dan penakut. Kenapa dia berani mengancamku?" Adu Viona saat panggilan teleponnya tersambung.

"Apa maksudmu, Sayang?"

"Nisa mengancam akan merebut Reyhan dariku. Jadi itu adil baginya."

"Nisa mengatakan itu?"

"Iya. Dia bahkan tidak terlihat takut sama sekali dengan ancamanku tadi."

"Biar aku menemuinya setelah pulang kantor nanti. Kamu sudah memintanya untuk kembali melanjutkan hubungan kami, kan?"

"Udah. Dia malah menantangku, aku ini siapa sampai berani mengatur hidupnya."

"Ya sudah! Aku akan coba bicara dengannya nanti. Kamu tenanglah, Sayang."

"Harus. Kita harus kasih dia pelajaran!"

"Tenangkan dirimu! Kamu masih di kantor Reyhan, kan?"

"Iya."

"Jangan sampai kekesalanmu mengundang kecurigaan! Pergilah ke kantorku, kita jalan-jalan!"

"Oke."

Viona segera mengakhiri sambungan teleponnya, yang tidak lain dengan Revan. Ia pun segera kembali ke ruangan Reyhan untuk berpamitan pada Reyhan lebih dulu. Dan kebetulan, Nisa sedang tidak ada di mejanya. Jadi, Viona sedikit lega karena tidak perlu berpura-pura ramah lagi pada Nisa.

...****************...

Sore harinya, Nisa, Rudi dan Reyhan harus sedikit lembur demi menyelesaikan beberapa berkas laporan. Pukul setengah tujuh, mereka bertiga baru keluar kantor. Rudi lebih dulu keluar, karena sudah memiliki janji dengan salah satu temannya.

"Yaaahh, kok kempes bannya!" Keluh Nisa, saat mendapati ban sepeda motornya ternyata kempes di parkiran.

"Ini udah malem lagi. Pasti udah jarang tambal ban buka jam segini." Gumam Nisa sedih.

Nisa akhirnya keluar dari area parkiran dengan berjalan kaki. Ia meninggalkan motornya di parkiran malam ini. Dan rencananya, esok baru akan ia antar ke tukang tambal ban untuk diperbaiki.

"Aku naik ojek online aja, deh. Malas naik bis." Gumam Nisa, seraya berjalan ke arah pelataran gedung kantornya.

"Neng Nisa nggak bawa motor?" Sapa seorang satpam yang sedang berjaga.

"Bawa, Pak. Tapi ternyata bannya kempes. Saya nggak tahu tadi siang. Saya titip di parkiran, nggak papa kan, Pak? Besok baru saya bawa ke bengkel." Jujur Nisa.

"Nggak papa, Neng. Yang penting, dikunci aja motornya. Atau kalau boleh, Neng Nisa tinggal aja kuncinya ke Bapak. Nanti Bapak bawakan ke bengkel buat ditambalin bannya."

"Emang masih ada yang buka jam segini?"

"Agak jauh dari sini, ada, Neng."

"Beneran, Pak?" Tanya Nisa antusias.

"Ada, Neng. Kenalannya Bapak."

"Ya udah, Nisa ambil motor dulu ya, Pak. Nanti Bapak tolong kasih tahu Nisa aja, dimana tempatnya."

"Eh, jangan, Neng! Biar Bapak, aja!" Cegah laki-laki berseragam itu, yang di dadanya tertera nama Hari.

Dan tiba-tiba, sebuah mobil sedan, masuk ke pelataran dan berhenti tepat di dekat Nisa dan satpam tadi.

"Revan." Gumam Nisa terkejut.

Pengemudi mobil segera keluar. Nisa jelas membelalakkan matanya. Sedang Hari, hanya menatap santai.

"Sayang, kita harus bicara!" Ucap pengemudi mobil, yang memang adalah Revan.

Nisa melengos dengan segera. Ia ingin mengambil motornya dan mencari tukang tambal ban yang diceritakan oleh Hari barusan. Ia masih enggan menemui Revan.

"Nisa!" Panggil Revan lagi.

"Oh, itu pacarnya neng Nisa." Gumam Hari.

Nisa tetap kembali berjalan tanpa menghiraukan Revan. Revan pun akhirnya mengejar Nisa. Ia bahkan mencegat langkah kaki Nisa.

"Minggir!" Tegas Nisa.

"Kita harus bicara!"

Nisa berusaha membelokkan langkahnya. Tapi pergelangan tangan Nisa segera dicekal oleh Revan. Nisa jelas segera menatap Revan dengan kesal.

"Lepas!" Pinta Nisa, sambil meronta.

"Enggak. Kita bicara dulu!" Jawab Revan tegas.

"Aku nggak mau bicara sama kamu!" Marah Nisa.

"Tapi aku mau, Sayang! Ada yang harus aku jelaskan padamu."

"Aku nggak mau denger."

Nisa terus saja meronta. Ia mencoba menarik tangannya yang digenggam erat oleh Revan.

"Lepasin!"

"Ikut aku dulu!" Tegas Revan, seraya mulai menarik Nisa ke arah mobilnya.

"Pak Hari. Tolong Nisa, Pak!" Teriak Nisa tanpa ragu, sambil menoleh ke arah Hari.

Hari yang sedikit memahami situasi Revan dan Nisa, kebingungan menanggapi permintaan Nisa. Ia tahu, Nisa dengan kekasihnya itu pasti sedang ada masalah dan mereka sedang bertengkar. Jadi, ia tidak ingin menjadi orang ketiga yang jelas tidak tahu menahu tentang permasalahan mereka.

"Pak, tolong, Pak!" Pinta Nisa lagi, sambil terus berusaha melepaskan tangannya dari Revan.

Hari pun akhirnya menghampiri Nisa dan Revan.

"Lepas, Van! Sa, kit!" Ucap Nisa mulai meringis kesakitan, karena Revan makin keras mencengkeram tangannya.

Dan bertepatan dengan itu, sebuah mobil keluar dari area parkiran gedung. Si pengemudi, jelas melihat Nisa yang sedang meronta dan berusaha melepaskan diri dari Revan. Lalu dengan segera, pengemudi itu mencegat langkah Revan dengan mobilnya. Pengemudi mobil itu pun keluar.

"Ada apa ini?" Tanya si pengemudi dengan tegas.

"Pak Reyhan." Gumam Nisa lirih.

"Ini tak ada ursannya denganmu." Sahut Revan santai.

"Ini masih di area kantorku. Jadi, semua yang terjadi di sini, menjadi urusanku. Apalagi, wanita yang sedang kamu paksa, dia sekretarisku. Jelas itu urusanku." Tegas si pengemudi, yang memang adalah Reyhan.

"Aku kekasihnya. Ini urusan pribadi kami."

"Aku bukan kekasihmu lagi." Sela Nisa.

"Aku tidak tahu apa masalah kalian. Tapi bukan seperti itu caranya memperlakukan wanita, Van!" Tegas Reyhan, sambil meraih pergelangan tangan Revan yang masih mencengkeran Nisa.

Revan menoleh sejenak. "Kamu tak usah ikut campur!"

"Kamu tidak lihat, Nisa kesakitan." Bela Reyhan.

"Kalau dia mau menurut sejak tadi, itu tidak akan terjadi."

"Lepaskan Nisa, atau kamu akan menyesal." Ancam Reyhan tegas.

Revan masih tetap tidak mau melepaskan Nisa, dan malah makin erat mencengkeram pergelangan tangan Nisa karena geram dengan Reyhan.

"Van, lepas! Tanganku sakit." Rintih Nisa sambil terus berusaha melepaskan tangan Revan.

"Kamu nggak denger, Nisa bilang apa barusan?" Marah Reyhan.

"Aku ada urusan dengan kekasihku. Kamu jangan ikut campur!" Jawab Revan tak mau mengalah.

"Vaan! Sakit." Rintih Nisa lagi, dan bahkan ia mulai meneteskan air matanya karena kesakitan.

Revan dan Reyhan menoleh pada Nisa. Revan masih tetap belum mau melepaskan Nisa. Ia bahkan mulai menarik Nisa agar mau ikut dengannya.

Reyhan jelas tidak tinggal diam. Ia jelas tidak bisa melihat Nisa kesakitan seperti itu.

"Lepaskan Nisa!" Pinta Reyhan lebih tegas.

"Aku ada urusan dengannya." Jawab Revan tak mau mengalah.

"Sa, kit, Van." Lirih Nisa lagi.

Revan masih tidak menghiraukan rintihan kesakitan Nisa. Reyhan pun akhirnya mengambil tindakan. Ia melepaskan tangannya dari Revan. Dan,

BUG. Sebuah tinju cukup keras dari Reyhan, mendarat di pipi kiri Revan. Revan pun refleks melepaskan tangan Nisa dan menatap tajam pada Reyhan. Nisa dan Hari yang juga melihat hal itu, jelas terkejut bukan main.

Revan jelas langsung naik pitam. Ia yang tidak berhasil membujuk Nisa untuk berbicara dengannya, malah mendapat bogem mentah dari Reyhan. Ia segera berniat untuk membalasnya.

Tapi sayang, Reyhan bisa menghindar.

"Aku sudah memperingatkanmu tadi. Aku sudah memintamu untuk melepaskan Nisa secara halus, tapi kamu menolaknya." Tegas Reyhan.

"Aku tak ada urusan denganmu." Marah Revan.

Revan kembali berusaha meraih tangan Nisa dan mengajaknya pergi. Tapi Reyhan juga bergerak cepat. Reyhan lebih dulu berdiri di depan Nisa dan menghalangi Revan untuk meraih Nisa lagi.

Dan tanpa berkata apapun, Reyhan menuntun Nisa masuk ke mobilnya. Nisa yang masih merasakan tangannya yang sakit, hanya pasrah saat Reyhan menuntunnya ke mobil.

"Aku ada urusan dengan Nisa." Cegah Revan tidak terima.

"Redamkan dulu amarahmu, jika ingin berbicara dengan wanita." Jawab Reyhan tanpa menoleh pada Revan.

"Kunci pintunya!" Pinta Reyhan singkat, saat Nisa masuk ke mobil.

Nisa menuruti permintaan Reyhan. Ia yang benar-benar enggan bertemu dan berbicara dengan Revan saat ini, merasa sangat tertolong dengan kehadiran Reyhan.

Reyhan pun segera kembali ke kursi kemudi. Meninggalkan Revan yang berusaha mencegah Reyhan yang mebawa Nisa pergi.

"Sial!" Umpat Revan sangat kesal, saat mobil Reyhan pergi.

Tak ada yang akan berakhir baik jika disertai dengan amarah. Semua akan menjadi tak terkendali dan diluar apa yang kita harapkan.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Baguslah...

2024-05-05

1

lihat semua
Episodes
1 Kejutan Nisa
2 Menemui Nisa
3 Bicara Dengan Nisa
4 Diantar Pulang
5 Tiga Sahabat
6 Obrolan
7 Menyelidiki Nisa
8 Kecurigaan Rudi
9 Putus
10 Curiga
11 Ketahuan
12 Memastikan
13 Sikap Ihsan
14 Rencana Menemui
15 Kedatangan Dena
16 Kenalan
17 Dinner
18 Penawaran
19 Keputusan Nisa
20 Asisten Dadakan
21 Pertama Kali
22 Asisten
23 Kecewa
24 Mengunjungi Proyek
25 Riska
26 Selangkah Lebih Dekat
27 Sarapan
28 Dipuji
29 Sandiwara
30 Membongkar Kecurangan
31 Perhatian
32 Kemarahan Reyhan
33 Liburan Dadakan
34 (Masih) Liburan Dadakan
35 Perhatian Nisa
36 Kelembutan Hati Nisa
37 Kejutan Kecil
38 Kejutan Luar Biasa
39 Firasat Rudi
40 Kemarahan
41 Rumit
42 Surat Gugatan
43 Meminta Maaf
44 Sikap Nisa
45 Urusan Pagi
46 Kedatangan Viona
47 Keputusan Nisa
48 Pengunduran Diri
49 Niat Hati
50 Memastikan
51 Kekhawatiran
52 Mencoba Bunuh Diri Part 1
53 Mengakui
54 Mencoba Bunuh Diri Part 2
55 Mbak Nia
56 Jalan-Jalan Di Taman
57 Kedatangan Tamu
58 Kepulangan Nisa
59 Sakit Jantung Bawaan
60 Kedatangan Reyhan
61 Acara Sederhana
62 Perhatian
63 Resmi Menikah
64 Mengobrol Dengan Nisa
65 Malam Pengantin
66 Amunisi Semangat
67 Kecurangan Revan
68 Hasil Akhir
69 Kambuh
70 Kemarahan Ihsan
71 Kondisi Nisa
72 Rencana
73 Ketahuan
74 Perhatian
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Kejutan Nisa
2
Menemui Nisa
3
Bicara Dengan Nisa
4
Diantar Pulang
5
Tiga Sahabat
6
Obrolan
7
Menyelidiki Nisa
8
Kecurigaan Rudi
9
Putus
10
Curiga
11
Ketahuan
12
Memastikan
13
Sikap Ihsan
14
Rencana Menemui
15
Kedatangan Dena
16
Kenalan
17
Dinner
18
Penawaran
19
Keputusan Nisa
20
Asisten Dadakan
21
Pertama Kali
22
Asisten
23
Kecewa
24
Mengunjungi Proyek
25
Riska
26
Selangkah Lebih Dekat
27
Sarapan
28
Dipuji
29
Sandiwara
30
Membongkar Kecurangan
31
Perhatian
32
Kemarahan Reyhan
33
Liburan Dadakan
34
(Masih) Liburan Dadakan
35
Perhatian Nisa
36
Kelembutan Hati Nisa
37
Kejutan Kecil
38
Kejutan Luar Biasa
39
Firasat Rudi
40
Kemarahan
41
Rumit
42
Surat Gugatan
43
Meminta Maaf
44
Sikap Nisa
45
Urusan Pagi
46
Kedatangan Viona
47
Keputusan Nisa
48
Pengunduran Diri
49
Niat Hati
50
Memastikan
51
Kekhawatiran
52
Mencoba Bunuh Diri Part 1
53
Mengakui
54
Mencoba Bunuh Diri Part 2
55
Mbak Nia
56
Jalan-Jalan Di Taman
57
Kedatangan Tamu
58
Kepulangan Nisa
59
Sakit Jantung Bawaan
60
Kedatangan Reyhan
61
Acara Sederhana
62
Perhatian
63
Resmi Menikah
64
Mengobrol Dengan Nisa
65
Malam Pengantin
66
Amunisi Semangat
67
Kecurangan Revan
68
Hasil Akhir
69
Kambuh
70
Kemarahan Ihsan
71
Kondisi Nisa
72
Rencana
73
Ketahuan
74
Perhatian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!