Kelas telah bubar, dan Rara berjalan tergesa dari semua orang yang sedang berhamburan keluar dari kelasnya.
Di lorong yang panjang, di tangga yang cukup tinggi, dia melewati tempat-tempat di mana biasanya dia mencari seseorang, tetapi kali ini tidak.
Rara melangkah dan terus melangkah menjauh seakan dia tengah menghindari seseorang.
Rara
Sebelum Adam nyamperin ke kelas Rara, sebelum dipanggil kumpul OSIS ....
Kalimatnya yang keluar dengan nada rendah itu menggantung ketika langkahnya nyaris bersinggungan dengan orang lain.
Rara
Maaf dan permisi.
Begitu mengatakannya, Rara langsung bergegas melangkah kembali.
Wisnu
Lho, Teh Rara?
Rara mendengarnya, tetapi dia buru-buru meninggalkan laki-laki itu. Rara mengenal laki-laki itu, dia adik kelasnya yang bergabung dengan OSIS.
Rara
Duh, gawat! Jangan sampe dia nyusul.
Wisnu
Dia kenapa buru-buru begitu, sih? Padahal rapat OSIS masih lama.
Wisnu menatap arlojinya dengan penuh tanya.
16.00 WIB. Langit Bandung begitu cerah dengan warna kejinggaan nun jauh di barat sana. Cahaya matahari sore menembus pada sela-sela dedaunan pohon rindang di samping gedung sekolah.
Meski udara sore hari ini terasa panas, tetapi di bawah pohon ini semuanya terasa menyejukkan, dan Rara berada di sana.
Rara
Sebelum Ayah curiga kertasnya hilang satu, atau Bi Iyam yang cepuin Rara ke Ayah.
Rara
Sebelum Adam nyariin dan omelin Rara ... mari tuntasin saat ini juga!
Gadis dengan mata teduh ini segera melepaskan ranselnya dan merogoh tempat alat tulisnya dengan tergesa.
Kemudian, dia juga mengeluarkan selembar kertas lusuh bersama buku tulisnya sebagai alas untuk dia menulis nanti.
Namun, dering ponsel miliknya segera menyala dan terdapat notifikasi panggilan masuk.
Comments