"Gita, aku Rudi. Kami di sini untuk membereskan ruangan mu dan mendiskusikan kompensasinya." Rudi berkata dengan kepala tertunduk setelah berlari kedepan Gita.
Siapa yang tidak mengetahui kejamnya Rudi akan berpikir bahwa dia adalah warga negara Indonesia yang baik. Gita, yang mengetahui karakter Rudi, tahu bahwa Rudi adalah seorang bajingan.
"Kompensasi? Kompensasi apa?" Gita terlihat terkejut.
Orang-orang ini benar-benar berlebihan. Mereka menghancurkan kliniknya. Mungkinkah mereka masih ingin meminta kompensasi kepadanya?
Memikirkan semuanya, Gita merasa sangat ketakutan dan tidak berdaya. Tepat ketika Gita merasa tidak berdaya, kalimat Rudi selanjutnya membuat Gita sedikit bingung.
"Gita, ini kesalahan kami. Aku bersedia memberimu kompensasi dua kali lipat dari kerugian. Gita, bolehkah aku bertanya berapa harga peralatan yang rusak itu?" Rudi berkata sambil tersenyum.
Hati Rudi seperti di sayat. Saat itu, orang yang menghasutnya untuk menghancurkan klinik Gita hanya memberinya beberapa puluh juta.
Namun, sebelum dia bisa mendapatkan imbalan dari kerja kerasnya, dia sudah rugi dengan mengkompensasi kerugian Gita dua kali lipat. Rudi bahkan sempat berniat untuk melompat dan mengakhiri hidupnya.
"Seratus juta, peralatanku bernilai seratus juta." Setelah mengatakan itu, Gita dengan cepat berlari ke atas dengan tas tangannya.
Gita tidak ingin tinggal di sini lebih lama lagi. Setelah dia buru-buru mengucapkan kalimat, dia segera pergi.
Kaki Rudi merasa hancur. Dia merasakan pandangannya mulai gelap dan hampir pingsan. Seratus juta.? Gandakan kompensasinya jadi dua ratus juta.
Rudi adalah anggota mafia daerah terdekat, jadi dia masih bisa mengusahakannya.
Melihat kaki Gita yang ramping dan putih, serta bokongnya yang bulat yang bergoyang saat dia berjalan, Rudi merasakan darahnya mendidih. Namun, dia tidak berani melakukan apapun.
"Bos, mungkinkah kamu benar-benar ingin memberinya kompensasi?" Seorang bawahan menjulurkan kepalanya dan bertanya dengan lemah.
"Plakkk!"
Rudi menamparnya. Dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Bawahan sialan ini benar-benar mengingatkan titik sakitnya. Dia tidak mampu menyinggung Dylan. Apa mungkin dia tidak berani memukul bawahannya?
"Kita semua patungan memberi kompensasi bersama. Cepat kumpulkan dua ratus juta.!" Rudi berkata dengan suara keras
Wajah para bawahannya lansung muram.
Gita dengan cepat berjalan ke atas. Dia baru saja mengatakan seratus juta, tapi itu hanya kata-kata spontan. Gita tidak pernah berpikir meminta Rudi untuk memberikan kompensasi padanya, selama orang-orang itu tidak datang dan menimbulkan masalah baginya itu sudah cukup.
"Fiuh!" Menatap lekat ruang, Gita menghela nafas.
Gita tidak rela untuk pergi. Tapi dia tidak bisa tinggal di sini lagi. Meskipun dia tidak rela untuk meninggalkan tempat ini, apa yang bisa dia lakukan? Menghadapi bandit dan penjahat itu,? Gita hanya bisa meninggalkan tempat ini.
Sebelum dia pergi, Gita ingin melihat rumah ini untuk terakhir kalinya. Rumah ini ditinggalkan oleh nenek moyangnya. Tempat ini meninggalkan kenangan dan kebahagiaan masa kecilnya.
Gita berjalan ke sebuah ruangan. Ruangan ini dulunya adalah tempat tinggal Dylan. Memikirkan Dylan yang tampan dan polos ditambah memiliki temperamen cabul, Gita tidak bisa menahan senyum tipis.
Mungkin Dylan sudah pergi. Dia tidak tahu apakah dia bisa melihat Dylan lagi di masa depan. Dia tidak tahu apakah dia masih akan mengingatnya di masa depan.
Gita sedikit terkejut di dalam hatinya. Mengapa dia memikirkan Dylan? Mungkinkah...
Gita tidak berani terus memikirkannya karena itu tidak mungkin. Dia bertahun-tahun lebih tua dari Dylan. Bagaimana dia bisa memiliki pemikiran seperti itu?
Tapi memikirkan apa yang terjadi malam itu, Gita merasa Dylan benar-benar bodoh. Jika Dylan benar-benar berhubungan **** dengannya, Mungkin itu akan menjadi situasi lain. Sayang sekali Dylan tidak tahu apa yang dipikirkan Gita saat ini. Jika dia tahu apa yang dipikirkan Gita saat ini, dia pasti akan menyesal tidak memanfaatkan situasi saat itu.
Gita perlahan mengulurkan tangannya dan perlahan membuka pintu kamar Dylan. Karena dia akan segera pergi, dia pergi ke kamar Dylan untuk melihatnya terakhir kalinya.
Detik berikutnya, Gita terdiam di tempat karena terkejut. Dia melihat Dylan belum pergi. Dylan sedang berbaring di tempat tidur dengan sangat pulas. Yang paling penting, Dylan sedang tidur terlentang dalam kondisi benar-benar telanjang, dan dia hanya mengenakan celana pendek.
Pikiran Gita dipenuhi dengan banyak emosi. Terkejut, fantasi, kemarahan, tawa dan sebagainya. Banyak emosi muncul di benak Gita.
Gita dengan cepat berjalan menuju Dylan. Wajahnya penuh amarah karena Dylan belum pergi.
Bug! Gita memukul lengan Dylan dengan tasnya.
"Sayang, sayang..." Teriak Dylan dengan gagap.
Melihatnya, dia sepertinya memimpikan sesuatu yang tidak pantas untuk anak-anak.
"Ah!" Dylan melihat Gita menatapnya dengan sedikit amarah. Dylan segera menyambar selimut.
"Gita, kamu tidak melakukan apa pun padaku, kan?" Dylan mengungkapkan jejak kecemasan dan kesedihan. Dylan sengaja mengatakan itu untuk menggoda Gita.
Gita sangat bingung saat melihat ekspresi sedih dan khawatir Dylan.
"Dylan, kenapa kamu ngaca dan melihat seperti apa tampangmu? Bagaimana aku bisa bernafsu?" Gita memandang Dylan dengan jijik dan kemudian berkata dengan santai.
Saat ini, Gita dalam suasana hati yang lebih baik karena dia masih melihat Dylan. Setidaknya dia bisa mengucapkan selamat tinggal untuk Dylan.
"Apa? Kamu bilang?" Setelah mendengar kata-kata Gita, Dylan menunjukkan ekspresi tidak puas. Dylan ingin berdiri dan mengeluarkan senjatanya itu untuk dilihat Gita dengan baik.
Dylan yakin bahwa jika ada iklan obat kuat yang memintanya untuk beriklan, itu tidak akan rugi. Bisnis perusahaan itu pasti akan menjadi sangat populer di seluruh Indonesia. Tidak, itu pasti sangat populer. Seluruh dunia akan gempar. Karena orang asing akan malu untuk mengakui faktanya.
"Kamu sudah aku anggap adikku sejak awal, ada apa? Tidak bisakah kamu menerimanya?" Gita tersulut emosi.
"Karena kamu sangat meremehkan aku, aku akan menunjukkan sesuatu, biar kamu melihat apakah aku benar-benar kecil." Dylan tampak marah. Setelah berdiri, dia benar-benar mulai menurunkan celananya.
Gita terus menatap Dylan, dia yakin Dylan tidak akan berani melepas celananya.
Benar saja, ketika Dylan melihat Gita menatapnya tanpa berkedip, dia ragu sejenak, lalu menggaruk kepalanya dan duduk. Dylan hanyalah bocah ingusan yang masih belum tau apa-apa, Hanya orang yang berpengalaman yang bisa melakukan hal itu, jadi tentu saja Dylan tidak akan melakukannya.
Namun, Dylan sangat mengagumi Gita. Dia berbicara apapun dan hanya menatapnya.
"Dylan, bukankah aku sudah memberitahumu untuk pindah? Kenapa kamu masih di sini?" Ekspresi Gita menjadi serius.
Dia khawatir Dylan akan celaka jika dia terus tinggal di sini. Jika para bandit itu membawa Excavator, Dylan akan mati di bawah perusakan Excavator.
Gita sangat khawatir. Jika Dylan tidur dengan pulas sampai mendengkur, tiba-tiba Excavator datang dia tidak akan menyadarinya.
"Gita, aku tidak akan pergi. Aku ingin menjadi partnermu yang paling setia. Aku akan bertarung denganmu sampai saat terakhir. Tentu saja, jika kamu sangat tersentuh dan kamu ingin memberikan dirimu kepadaku, aku tidak akan menolak." Dylan melihat tubuh seksi Gita dan menunjukkan senyuman mesumnya.
Melihat senyum jahat Dylan, Gita mau tidak mau memikirkan malam itu. Dia merasa sedikit malu...
"Dylan, aku pergi. Jika kamu ingin tinggal di sini, aku tidak akan memaksa kamu pergi. Aku tidak peduli, aku tidak akan kembali." Setelah mengatakan itu, Gita membawa tas tangannya dan berjalan keluar ruangan.
Dia berencana untuk pindah kembali ke perusahaan. Gita adalah seorang senior di sebuah perusahaan farmasi. Perusahaan telah memberi kamar untuknya, jadi dia ingin kembali ke perusahaan untuk tinggal. Jika bukan karena klinik, Gita akan pindah kembali ke perusahaan dari dulu.
Sekarang klinik itu sudah tidak ada. Jadi tidak ada yang dia lakukan di sini.
Setelah Gita pergi, Dylan menggeliat. Setelah mandi, dia berencana pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Karena Dylan magang di Rumah Sakit Healthy, dia harus absen setiap hari.
Sebenarnya posisi magang ini... hanya pekerjaan sementara untuk Dylan.
Ketika dia berjalan ke Rumah Sakit Healthy, dia melihat rumah sakit itu penuh sesak dengan orang. Bahkan orang-orang yang mengantri untuk membayar iuran pun berbaris dengan rapih.
Dylan perlahan berjalan menuju lantai tiga. Dylan sama sekali tidak peduli dengan posisi magang. Dengan kemampuannya saat ini, apakah dia masih perlu magang? Keterampilan medis Dylan saat ini sangat tinggi, bahkan ahli medis internasional terakhir kali hanya memenuhi syarat untuk menjadi asistennya. Jika Dylan tidak khawatir lelaki tua itu akan mengetahui keberadaannya dan menangkapnya, Dylan tidak akan menyembunyikan diri seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
nabawi ahmad
semangat
2023-03-21
0
Data Maulana
lanjut terus thor👍👍👍👍
2023-03-14
1