Suasana kembali hening untuk beberapa saat. Cukup lama Farah menunggu jawaban dari putrinya hingga akhirnya dia kembali membuka suara.
Farah
Keadaan desa sudah tidak seperti dulu lagi, nak. Tak ada lagi pepohonan besar nan tinggi dan rumah-rumah kosong.
Ranti
Tapi, mak ...
[Menggigit bibir bawahnya]
Farah langsung menyela ucapan putrinya.
Farah
Mamak tau apa yang kau takutkan, Ranti. Percayalah pada mamak. Sudah tidak ada lagi kejadian seperti dulu itu.
Ranti kembali terdiam. Pikirannya menerawang jauh sambil menatap keluar jendela ruang kerjanya. Bayangan kejadian tujuh belas tahun lalu kembali terlintas dan berhasil membuat bulu kuduknya berdiri.
Chika
Mama!
[Tersenyum ]
Lamunan Ranti buyar saat suara gadis kecilnya menyeruak di sela-sela lamunannya. Segera dia jauhkan ponsel agar emak tidak terganggu dengan percakapan mereka.
Ranti
Iya sayang.
Chika langsung berlari ke arah Ranti dan memeluk erat pinggangnya.
Chika
Aku rindu nenek, ma. Kapan Chika bertemu dengan nenek lagi?
[Berbicara pelan nyaris menangis]
Hati Ranti langsung terenyuh melihat tatapan putrinya. Kedua binar matanya menyiratkan kerinduan yang teramat dalam. Begitu pula dengan raut wajahnya. Sarat akan kesedihan.
Ranti
Halo, Mak.
Farah
Iya, nak.
Ranti
Insyaallah, Ranti akan pulang.
Teriakan kegirangan membahana di seluruh ruang kerjanya. Putri kecilnya melompat kegirangan hingga berlari kecil keluar ruang kerja. Suara mengucap syukur juga tak kalah membahana dari seberang sana.
Farah
Alhamdulillah. Terima kasih, nak. Kau mau kembali ke desa.
Ranti
Iya, Mak. Ranti dan Chika juga rindu dengan mamak. Sudah setahun mamak tidak berkunjung ke kota menemui kami.
Ucapan Ranti terhenti. Dia berusaha menahan rasa sedih bercampur takut.
Ranti
Ranti juga tidak ingin menjadi anak durhaka, Mak ...
Farah
Hush! Jangan bicara sembarangan, nak! Ranti anak mamak paling baik. Mamak paham akan keadaan Ranti. Tak pernah sekali pun Ranti menyakiti hati mamak.
Ranti
Terima kasih, Mak.
Farah
Kapan kalian berangkat?
Ranti
Insyaallah, hari Sabtu nanti. Ranti harus ijin kepada guru kelas Chika dulu, Mak. Selain itu, Ranti harus meninggalkan beberapa pekerjaan pada karyawan Ranti.
Farah
Baiklah. Mamak tunggu kedatangan kalian. Mama sudahi dulu ya. Assalamualaikum.
Ranti
Waalaikumsalam, Mak.
Usai panggilan telpon berakhir, Ranti kembali menatap keluar jendela. Awan mendung semakin menjadi-jadi. Begitu pula dengan anginnya. Pandangannya terfokus pada pohon besar yang berada di sudut jalan. Entah mengapa hatinya tertarik untuk melihat ke arah sana.
Tiba-tiba sesuatu menyerupai sosok tak kasar mata terbang dari arah pohon dan langsung menuju padanya. Tak sekali pun Ranti merasa takut akan sosok itu. Dia hanya terkejut karena sudah lama sekali tidak pernah melihat sosok tak kasat mata.
Ghost 1
JANGAN PERGI!
Ranti tersentak dan mundur ke belakang hingga menghantam meja kerjanya. Sosok itu datang tiba-tiba dan menghilang setelah berkata "jangan pergi"
Ranti
Semoga keputusan ini benar.
* * *
Kediaman Farah di desa.
Farah
Bi Ijah, Bi!
Bi Ijah
Iya, Bu. [Bergegas menghampiri Farah]
Farah
Bersihkan kamar Ranti! Dua hari lagi mereka akan datang kemari.
Bi Ijah
Baik, Bu.
Farah
Oh iya, satu lagi. Jangan lupa untuk mengisi penuh kulkas dan lemari makanan! Aku tidak ingin cucuku merasa kekurangan selama tinggal di sini.
Bi Ijah segera meninggalkan Farah yang sedang duduk di ruang tamu. Dia segera menjalan perintah sang majikan. Bi Ijah paham betul akan perintah majikannya yang sangat tergesa-gesa. Sudah setahun terakhir wanita itu sakit dan tidak bisa mengunjungi putri dan cucu tercintanya. Wajar saja kehadiran mereka nanti menjadi sebuah kebahagiaan baginya. Bi Ijah tersenyum senang melihat wajah majikannya yang tampak ceria.
Dua hari kemudian.
Ranti
Pak, jalannya pelan-pelan saja.
[Membenarkan posisi duduk di kursi penumpang]
Pak Dirman
Baik, Bu.
[Mengangguk sambil mengunci mobil]
Ranti
Chika tidak ingin menikmati perjalanan?
[Menatap sang putri yang sibuk dengan buku cerita di tangannya]
Chika
Nanti saja, Ma.
[Menutup buku cerita]
Tunggu mobilnya sudah memasuki jalan pedesaan baru Chika berhenti membaca buku cerita.
[Menatap sang mama]
Ranti
Mengapa?
[Heran]
Chika
Chika bisan dengan jalanan ibu kota. Tidak ada pemandangan alam yang bisa dilihat.
[Memajukan bibir bawah sambil melipat tangan]
Ranti
Oh begitu!
[Tersenyum]
Chika
[Mengangguk]
Ranti
Ya sudah. Sekarang duduk yang benar. Pak Dirman akan menjalankan mobil.
[Membelai puncak kepala putrinya]
Chika
Siap Mama.
[Memberi hormat layaknya saat upacara bendera]
Ranti
[Tersenyum]
Semoga semua yang mama khawatirkan tidak terjadi. Mama akan menjagamu, nak.
[Berkata dalam hati]
Comments
Nara
wuih cerita horor, Thor. jgn serem2 ya thor
2023-03-11
0
Biola
desanya kenapa ya? pasti horornya di sana 🤔
2023-03-11
0
Sera
aku selalu mendukungmu Thor. tapi please jangan kasi foto hantunya ya 😅
2023-03-05
6