Pepito Mi Corazon

Dan trak tak tak tak tak.

Datenglah satu cowok yang ganteng, si Mae aja sampe ngiler tuh, 'Ganteng bangeeet!' kata Maemunah dari belakang.

Nggak ada sepatah dua patah kata, dia ngejogrog doang di depan, kagak ada tuh senyum-senyumnya.

"Fattan, beri salam perkenalan untuk teman-teman kamu," suruh bu Rima.

"Selamat pagi, Saya Fattan Kin Aldari. Biasa dipanggil Fattan, terima kasih..."

"Udah punya pacar belum Fathaaaaaan?!!!" teriak Mae.

Dan.....

"Huuuuuuuuuuu...!!!"

Satu kelas nyurakin Mae.

"DIAM ANAK-ANAAAAAAKK!!" suara bu Rima naik satu oktaf, dan temen-temen pun langsung mingkem.

"Kalian ini kalau ada apa-apa pasti langsung ribut!" lanjut bu Rima ngomelin kita.

Bu Rima keliatan ngeliat kita satu-satu dan tiba-tiba ....

"Fattan, kamu duduk di samping Nora," bu Rima nunjuk bangku guweh.

Aku ngedip beberapa saat, "Ttapi, Bu----"

"Mau nilai biologi kamu ibu kurangin?" ancam bu Rima.

"Ammmpun ibu Ratuuuuu..." ucapku, dan yang lain pun ketawa, langsung mingkem saat ngeliat ekspresi bu Rima yang kagak welcome dari bu Rima. Sementara satu kelas biasa langsung 'gerrrrrr' rame mereka.

"Silakan Fattan, kamu bisa duduk di sebelah Nora," kata bu Rima, dan Fattan si makhluk ganteng cucok meong ruaarrr itu mendekati mejaku yang penuh kebahagiaan ini.

Dan ketika dia duduk, bau wangi langsung kecium di hidungku yang mancung ini, "Kenalin, Nora..." aku udah ulurin tangan tapi si Fattan antara budek atau sombong. dia nggak mau salaman.

"Aku nggak biasa ngomong sama orang asing!" kata Fattan.

'WHATTT ORANG ASING? AKU INI TEMAN SEKELAS KAMU LHO YA, BUKAN ORANG ASING?!!!' aku merepet dalam hati, nggak ngerti lagi sih ada orang ganteng tapi pikirannya seaneh ini.

Aku tarik lagi tanganku yang sangat berharga ini, dan pura-pura lupa kalau buat kenalan aja udah ditolak mentah-mentah.

Setelah bu Rima pergi, kita lanjut ke pelajaran selanjutnya, seni musik. Pelajaran yang bikin healing kadang juga bikin sinting kalau udah urusan ngitung-ngitung tangga nada.

"Baik anak-anak, hari ini kita akan mencoba untuk acapella ya," kata pak Samsul yang ngeluarin gitar legend-nya.

"Lagunya apa, Pak?" tanya Komarudin.

"Goyang dombret atau---" lanjutnya

"Komar, kamu pengen Bapak suruh goyang dombret dipojokan kelas sampai jam terakhir?"

"Ampun, Pak..." Komar ngatupin kedua telapak tangannya, dia minta ampun nggak mau dihukum.

Aku cuma bisa ketawa kalau si Komar udah dimarahin sama pak Samsul, soalnya tuh bocah emang lawak banget di kelas kita.

Pak samsul ngebagi 4 lajur, buat suara 1, 2, 3 dan yang terakhir bagian lalalala doang istilahnya backing vocal yang cuma nyanyi 1 kata, pepito kalau nggak uh ah.

Semua disuruh cek sound sama pak Samsul, "Ya, kamu suara 1!" tunjuk pak Samsul pada Komar, dan lanjut ke anak-anak yang lain termasuk Fattan dan aku.

Harusnya yang duduk sama aku ini Ranna bukan Fattan. Jangan bilang kita berdua akrab, karena itu sama sekali nggak terjadi ya. Walaupun si Komar goyang garukin tembok sampe pada coplok itu cetnya, aku sama Ranna nggak bakal ada kata akur.

Dan kalau si Ranna tau aku duduk sama anak baru, makin menjadi-jadi dia.

'Tapi tumben-tumbenan nih, tuh bocah songong nggak berangkat? lagi tipes apa gimana tuh?' batinku bergejolak.

Tapi lumanyun juga tuh anak nggak berangkat, jadi aman dan tentram kelas ini tanpa ocehannya yang suka pamer barang mulu, ya secara dia paling tajir di kelas.

"Nora jangan ngelamun kamu! kamu di lajur suara 1, pindah tempat duduk!" pak Samsul.

"Iya, Paaaak..." aku yang duduk di tengah-tengah pindah dong ke lajur satu dan siap-siap mau nyenyong.

"Pepito mi corazon!" suaraku kenceng tapi pak Samsul lambaikan tangan, "Stop stop stooop!"

Dia nunjuk aku, "Nora, kamu pindah ke suara 2!"

"Kita mulai lagi ya, 1 .. 2 ...3!" pak Samsul naikin tangannya dan semua nyanyi.

"Pepito mi corazon ... pepito----"

"Stop-stop! Nora kamu cukup nyanyi dalam hati saja, suara mana saja bebas!" pak Samsul sungguh ngadi-ngadi.

Sedangkan yang lain ngakak, ada noh satu bocah Denis namanya, malah ngledekin, "Suara kamu suara sumbang, Nor?!"

"Sini kalau berani, aku jambak gigi kamu yang kuning itu!" kasih tunjuk tanganku yang ngepal kayak paha ayam.

"Sudah sudah sudah! kalian kalau ribut bapak kasih nilai minus semuaaa, rataaaa!" ancam pak Samsul.

"Dih loh kok gitu sih, Paaaakk?!" anak-anak udah merepet. Sedangkan Fattan si anak baru cuma diem aja, dia kayaknya nggak peduli mau dikasih nilai minus.

Droggg dog dog dog!

Pak Samsul getokin penghapus white board di meja.

"Makanya jangan pada ribut! pengeng kuping Bapak!" pak Samsul merepet.

"Ayo nyanyi sekali lagi...." lanjutnya ngangkat tangan mulai ngedengerin suara sumbang anak-anak didiknya.

Pelajaran seni musik pun berakhir dengan cepat, karena tadi pak Samsul ada calling-an suruh ikut rapat, alhasil jam seni musik yang harusnya dua jam, dipangkas cuma jadi 1 jam.

Dan sekarang, jam kosong ini dimanfaatkan temen-temen buat colong-colongan ke kantin. Nyuri start duluan sebelum bel istirahat dibunyikan, soalnya kalau udah bunyi tuh klonengan, bocah-bocah pada cosplay jadi zombie, pada desek-desekan demi menjangkau sebuah tempe goreng yang masih anget-anget endulita

"Nor? ngantin yuk?" tanya Maemunah, aku tau dia cuma pura-pura nanya, padahal pengen kenalan sama makhluk langka.

"Kamu duluan, ntar aku nyusul..." ucapku yang masih ngerjain PR matematika yang belum kelar. semalem udah ngantuk, kurang satu nomor udah wassalam ke alam mimpi.

"Oh ya udah kalau gitu.

"Oh ya Fattan kenalin aku Maemunah. Biasa dipanggil Mae dan ini Ressa biasa dipanggil Echa..." Mae ngenalin Echa juga. Mereka ngulurin tangan tapi nggak disambut sama Fattan.

Si Fattan nggak jawab, dia cuma senyum tipis, setipis selendang mayang di atas es pisang ijo.

Secepat kilat aku masukin buku dan ngeraih kedua tangan temenku itu buat narik mereka ke kantin., "Mending kita makan bakso,"

Aku tinggalin si Fattan sendirian aja di bangku kita. sedangkan cewek-cewek yang laen berusaha mendekat dan menjajal keberuntungan buat kenalan sama Fattan, ya itu yang aku denger sebelum kita bertiga cabut dari kelas.

"Mak Iroh, bakso tiga, biasa satu kasih bihun yang dua kosongan, sama es teh nya juga tiga...?!" aku angkat tiga jari.

"Siaaaaap!" kata mak Iroh.

Sementara aku, Mae dan Echa pun duduk.

"Gilaaa ... cakep banget nggak sih si Fattan?!" Mae mulai rumpi.

Dan kerumpian ini diinterupsi oleh mbak ayu yang nganterin minuman beserta bakso yang masih ngeluarin asep panas. Belum istirahat jadi lumayan gercep mak Iroh buat ngeracikin bakso buat kita.

"Beruntung banget kamu duduk disamping Fattan, Nora..." kata Echa.

"Orangnya aja ketus banget, beruntung darimana coba?" aku ngasih dua sendok sambel cair ke dalam kuah bakso.

"Udah jangan bahas orang kayak gitu, bikin selera makanku ilang tau nggak..." kataku pada Mae dan Echa yang saling pandang dan angkat bahu mereka kompak.

Terpopuler

Comments

🎯™ Zie ⍣⃝కꫝ 🎸

🎯™ Zie ⍣⃝కꫝ 🎸

fattan klo salaman ama mereka alamat kejang kejang tuh 😂😂😂

2023-04-01

1

nacl

nacl

eh s nora ada ada aja🤕

2023-03-07

1

nacl

nacl

komar
lu biang rusuh mar tp asli nanti paling ngangenin🤣

2023-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!