Connecting Room
...12.00 Am (Tengah Malam)...
...Hotel Breeze...
...Lantai satu (Pintu Utama Hotel)...
...****************...
"Uwek, oh my GOD!"
Selena mengumpat kesal saat muntahannya mengenai dress yang dia pakai sekarang. Dengan langkah terseok-seok, ia mengibas-ibaskan sisa muntahannya.
"D@mn! Ini benar-benar menjijikan! Awas saja kau, Neytiri!"
Setengah jam yang lalu, Selena teringat teman modelnya bernama Neytiri. Menyodorkan minuman yang ia tidak tahu kalau itu adalah minuman keras.
Selena dan kawan-kawannya memang memiliki agenda di klub malam, ingin merayakan ulangtahun Neytiri. Selena merasa sedikit pusing saat meneguk minuman yang diberikan Neytri. Menebak jika Neytiri menaruh sesuatu di gelasnya. Dia yang tak terbiasa minum' minuman beralkohol lantas bergegas kembali ke hotel tempatnya menginap.
Selena memijit dahi sejenak kala rasa pusing menderanya saat ini. Dia menyenderkan kepala ke dinding sambil memperhatikan orang lalu lalang memasuki hotel.
"Hei, bukan kah itu Selena!" teriak seseorang dari depan.
Karena mabuk berat, Selena tak menoleh ataupun menghiraukan suara teriakan para fansnya kini. Dalam keadaan setengah sadar, ia tengah mengumpulkan tenaga untuk pergi ke kamar.
"Oh iya, kau benar itu Selena Campbell, model terkenal itu kan! Oh my God! Ayo cepat kita minta tanda tangannya!"
Seorang remaja lainnya memekik histeris sambil melangkah cepat mendekati Selena.
Selena Campbell adalah seorang model International yang memiliki badan proporsional setinggi 179 cm. Kemampuannya di dalam dunia modelling tidak dapat diragukan lagi. Paras Selena sangatlah cantik, bagaikan dewi Yunani, hidungnya mancung bak perosotan dan bibir munggilnya seperti buah chery. Siapa saja yang memandangnya akan terpesona. Di tambah lagi latar belakang keluarga Selena dari keluarga terpandang. Dahulu Mommy-nya adalah seorang model juga.
Selena adalah definisi impian semua wanita. Namun, dibalik kesuksesannya. Wanita bertubuh molek itu menyimpan banyak kepedihan. Saat masih dalam kandungan kedua orangtuanya bercerai karena orang ketiga.
Akhirnya Selena kecil pun kekurangan kasih sayang. Dia selalu mencari perhatian kepada semua orang walaupun harus memakai topeng. Di depan publik dia akan bersikap ramah dan manis tapi jika sendirian keluarlah sifat aslinya yang manja dan sedikit angkuh.
"Selena! Aku fans beratmu! Bolehkah kami meminta tanda tanganmu?"
Kedua remaja itu menatap Selena penuh harap sambil memegang pulpen masing-masing.
Selena menyipitkan mata, melihat keduanya memasang mata memelas.
"Hah? Tanda tangan? Apa harus sekarang? Aku harus ke kamar, kepalaku pusing."
Selena menolak dengan halus. Tak mau membuat para fansnya kecewa.
"Huhu, Selena kami mohon, mumpung tidak ada pengawalmu di sini?"
Para fans menoleh ke kanan dan ke kiri, takut jika para bodyguard yang biasa menjaga Selena tengah memergoki mereka.
Selena menghela nafas kasar, tanpa banyak kata menyambar pulpen dari tangan si remaja.
"Mana kertasmu! Ayo sini cepat!"
Selena meraba-raba disekitarnya yang ternyata adalah wajah kedua remaja itu. Dia langsung mencoret-coret wajah mereka.
"Ya ampun, Selena kau benar-benar lucu! Tapi tidak apa-apa kami sangat senang wajah kami di pegang idolaku!" teriak keduanya serempak kemudian memandang satu sama lain, memperlihatkan wajah mereka yang terlihat cemong. Lantas keduanya pun tertawa keras sesaat.
Selena membalas dengan mengangguk cepat.
"Hei, ayo cepat kita pergi! Nanti ada bodyguardnya!"
"Iya, kau benar! Terimakasih Selena! Kkyyaaaa akhirnya aku mendapatkan tandatangan Selena!"
Keduanya pun segera menjauh dari hadapan Selena.
Selena tersenyum kecil. "Hah.. Ada-ada saja, aduh kepalaku sakit sekali, sebaiknya aku ke atas!" serunya sambil melangkahkan kaki memasuki hotel.
Ting!
Begitu mendengar bunyi pintu lift terbuka. Selena mengayunkan kaki jenjangnya keluar, lalu menelisik keadaan sekitar yang tampak asing baginya.
"Eh, aku benar ke lantai dua puluh kan? Mengapa tempatnya tidak sama ya?"
Selena mengedarkan pandangan.
"Ah sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja, lebih baik aku mencari kamarku."
Selena memutuskan mencari kamar yang ia tempati sebelumnya bersama Neytiri. Dia berjalan sambil menggapai dinding-dinding hotel berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang masih terpengaruh oleh minuman alkohol tadi.
Selena menghentikan langkah kakinya seketika kala melihat nomor kamar menampakkan angka enam.
"Nah, ini kamarku," sahut Selena sambil mengambil kunci kamar dari dalam tas clutch yang bertengker di tangannya sedari tadi.
Sebelum memasukan kunci ke gagang pintu. Selena melihat lagi angka di depan pintu yang sekarang berubah menjadi angka sembilan.
Selena mengedipkan mata berulang kali. "Hah? Kenapa berubah jadi angka sembilan? Aku tidak mungkin salah!" gerutunya sambil mengucek kedua matanya. Dalam hitungan detik angka pun berubah menjadi angka enam.
"Haha! Tuh kan benar, ini kamarku, ah gara-gara mabuk aku jadi salah lihat!" Selena tertawa keras sambil menepuk dahinya sendiri. Padahal angka yang terukir di pintu itu memang benar angka sembilan.
Kemudian Selena memasukan kunci itu ke gagang pintu perlahan-lahan namun secara ajaibnya pintu terbuka lebar sebelum ia putar. Menjadikan Selena menggaruk kepalanya sendiri.
"Apa Neytiri sudah pulang?"
Selena lagi-lagi berbicara sendiri. Berdiri mematung di depan pintu dengan menampilkan raut wajah kebingungan.
"Ah sudahlah, lebih baik aku masuk saja, sepertinya Neytiri sudah di kamar sebelah."
Berjalan sempoyongan, Selena masuk ke dalam kamar. Kemudian melempar heels dan tasnya ke sembarang arah. Hingga menimbulkan bunyi-bunyian yang lumayan keras dan sedikit mengganggu.
Di kamar sebelah seorang pria bertubuh atletis terbangun karena terusik dengan suara yang ditimbulkan Selena saat ini.
"Isabella?" Nickolas mengangkat kepalanya sedikit dari sofa, seraya menoleh ke daun pintu kamar yang terhubung di ujung sana.
Nickolas mengurut pangkal hidung, ketika rasa pusing masih terasa.
"Ahk, si@l! Kepalaku sakit sekali!" serunya sambil beranjak dari sofa.
"Neytiri! Apa kau ada di dalam!? Aku masuk ya?" Suara seseorang di kamar bersebelah membuat Nickolas menyipitkan mata.
"Neytiri..." Nickolas bergumam pelan dengan kening berkerut kuat kemudian bergegas mendekati pintu connecting room.
Belum sempat pria bermata biru laut itu, menggapai gagang pintu. Selena menerobos masuk hingga membuat keduanya terjatuh di lantai dengan posisi Selena di atas tubuh Nickolas.
"Neytiri, kenapa badanmu besar?" tanya Selena.
Pandangan Nickolas dan Selena sama-sama kabur, menjadikan keduanya saling melihat dengan wujud yang berbeda.
"Uwek!" Selena muntah seketika tepat di wajah Nickolas.
"Ahk!!!" Nickolas menyentak kasar Selena hingga kepala wanita itu kejedot ke pintu.
"Neytiri! Kau sangat kasar!!" pekik Selena.
Nickolas bangkit berdiri kemudian memicingkan mata sebab suara Isabella terdengar berbeda. Apakah dihadapannya ini Isabella atau bukan?
Selena tiba-tiba mendekat lalu menempelkan dadanya ke tubuh Nickolas.
Nickolas tersentak, desiran aneh dikulit membuat rudalnya seketika menegang. Dia terdiam tanpa mengalihkan pandangan mata dari Selena yang sekarang mulai membuka bajunya. Entah apa yang wanita itu lakukan tapi yang jelas Selena terlihat kepanasan.
***
Esok paginya. Di sebuah kamar yang terhubung satu sama lain. Sepasang dua insan manusia saling memeluk dengan posisi kepala Selena berada di atas dada bidang Nickolas. Keduanya masih tertidur pulas sampai-sampai getaran ponsel di atas nakas terabaikan.
Selena mulai terbangun kala merasa sesuatu di bawah sana menggeliat pelan. Dahinya berkerut amat sangat kuat. Dengan hati-hati ia menurunkan tangannya ke bawah kemudian meraba-raba benda tumpul itu.
Apa ini ular belut? Mengapa sangat panjang dan licin ya?
Sementara itu, Nickolas pun terbangun saat benda pusakanya di pegang-pegang oleh seseorang.
Ahh, si@lan! Apa aku sedang bermimpi?
Dalam kecepatan cahaya Selena dan Nickolas membuka matanya seketika. Keduanya menatap satu sama lain tanpa berkedip sekarang.
"Kkyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!" teriak keduanya histeris sambil menjauh satu sama lain. Ketika menyadari dihadapan mereka adalah musuhnya masing-masing.
Selena menutupi tubuh polosnya dengan selimut.
"Apa yang kau lakukan di sini pria mesum?! Apa kau memperkosaku ha?" tanya Selena panik.
"Seharusnya aku yang bertanya! Mengapa kau ada di kamarku ha?! Cih, aku tidak sudi menyentuh tubuh murahanmu itu!" Nickolas pun menutupi ular python miliknya dengan bantal.
Brak!
Gebrakan pintu dari luar membuat Selena dan Nickolas terperanjat kaget kemudian mengalihkan pandangan ke sumber suara.
Selena dan Nickolas melebarkan mata. Melihat kedua Mommy-nya masuk ke dalam kamar dengan mimik muka menahan amarah.
"Nickolas!"
"Selena!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yuli Yanti
jngan bosan y thor aq mamfir d'karya mu lgi😁
2024-05-23
0
Fitzu Taufik
mreka cuma tdur aj apa udah gtuan tuuhhh
2023-03-28
0