The Hidden World

The Hidden World

Prolog

Hening. Malam hari terasa sangat sepi. Tidak ada satupun suara jangkrik yang terdengar. Seolah semua suara dalam hutan ini dibungkam oleh hutan sendiri. Aura hutan yang menyeramkan ditambah keheningan malam membuat sesuatu itu semakin berputar. Jika terus seperti ini aku tidak akan tahan.

Aku dan beberapa temanku berkemah di sebuah hutan yang jauh dari rumah, tepatnya hutan diluar kota. Meski posisi hutan agak sedikit berbeda dengan di peta, namun suasa hutan ini terasa cocok bagi kami yang memang sedang mencari suasana baru untuk berpetualang.

Entah apa yang pernah terjadi di hutan ini, tapi aku seperti tidak bisa merasa tenang mulai dari ketika aku menatap tubuh hutan. Perasaan seolah hutan juga sedang balik menatapku.

Tiba-tiba dari belakangku aku merasakan sesuatu datang. Aku menoleh, memperhatikan dengan seksama semua yang berada di belakangku. Tidak ada apapun. Aku melangkah masuk ke dalam tenda. Disini juga tidak ada. Hanya barang-barangku, seli, dan Layla yang ada di sini. Tapi jelas-jelas tadi aku merasakan kehadirannya. Aku melihat keluar jendela tenda. Dari kejauhan ada sesosok bayangan hitam. Bayangan itu terlihat samar sekali kemudian tertelan oleh kegelapan. Aku menarik napas dalam-dalam. Mungkin hanya halusinasiku saja. Mungkin aku hanya kelelahan. Yah, hanya kelelahan.

“Lina! Cepat keluar! Jika tidak kamu tidak akan kebagian ikan bakar!” Seli yang berada di dekat api unggun berteriak padaku. Aku bergegas keluar tenda, berkumpul dengan yang lainnya.

“Hei, kamu kenapa? Kayak orang baru lihat hantu, tahu! Terus muka kamu pucat amat! Kamu sakit?” Seli terlihat khawatir padaku. Seli dan Mery adalah sahabat baikku, bahkan sifat mereka tidak jauh berbeda. Yah, mereka adalah couple yang usil dan mengganggu.

Aku menggeleng, “Tidak. Aku hanya kelelahan.”

“Tadi pagi saja sebelum berangkat kamu sudah capek duluan.” Arthur berunar dengan kondisi mulut yang penuh dengan ikan bakar. Dia menyantapnya dengan begitu lahap.

“Nih, makan dulu. Nanti pasti baikan.” Arthur menjulurkan satu ikan bakar padaku. Mulut ikan itu ditusuk dengan bambu yang sudah dipotong kecil. Aku mengambil ikan panggang itu. Rasanya enak.

Arthur adalah siswa yang berada sekelas denganku. Sebenarnya kami semua memang teman sekelas. Arthur memiliki sifat yang lebih parah dari couple yang usil dan mengganggu, karena dia selalu menempel padaku.

“Siapa yang membawa ikan ini?” Aku bertanya dalam keadaan mulut penuh dengan daging ikan. Aku tidak bisa berhenti menyantap daging yang lembut dengan rasa asin pas seperti ini. Sekarang aku tahu kenapa Arthur memakan ikan bakar sampai seperti itu.

“Kamu tidak tahu? Tadi ada kakek-kakek ke sini. Dia bilang rumahnya juga berada di hutan ini. Awalnya aku ragu. Mana ada yang mau tinggal di sini? Tempat ini sangat menyeramkan jika hanya ditinggali seorang diri. Tapi kakek itu sangat berani karena bisa tinggal di hutan seperti ini. Dan dia kakek yang sangat baik. Dia memberikan semua ikan ini dengan cuma-cuma.” Percy menjelaskan dengan pelan dan lembut. Arthur melotot padanya. ‘Seharusnya aku yang mengatakan itu’ seolah kalimat itulah yang terlontar dari ekspresi wajahnya.

Percy Ericson, seorang lelaki kurus tinggi dengan kacamata bundar yang selalu bertengger di ujung hidungnya. Tidak lupa juga dengan rambut cokelat yang selalu tertata rapi. Seharusnya memang seperti inilah penampilan seorang pelajar yang teladan, kan?

Aku menelan ludah. Kakek-kakek? Apa benar akan ada orang yang tinggal di sini? Seorang diri? Lansia? Yang benar saja! Tidak ada sumber kehidupan di sini. Aku tidak melihat danau, laut, atau apapun itu. Bahkan pohon-pohon di sini saja tidak ada yang berbuah satupun. Sesuatu itu semakin berputar dan berbenturan.

Aku menutup wajah dengan kedua telapak tanganku. Ada sesuatu yang putus. Ada sesuatu yang salah. Sesuatu berdengung di telingaku. Apa ini?

“Lin?!” Arthur lembut menyentuh bahuku. Aku terperanjat. Napasku tersengal. Secara tidak sadar aku memeluk Arthur yang berada di sampingku.

“Hei?!” Arthur mendekap kepalaku dengan telapak tangannya. Entah kenapa aku menangis.

“Lina?” Seli yang berada di sisi lain semakin khawatir. Teman-temanku yang lain juga mulai mendekat.

“Bawa dia ke tenda! Biarkan dia beristirahat.” Liya berseru pada Arthur. Tatapannya yang tajam membuat Arthur tak bisa berkata-kata lagi. Dia adalah satu-satunya dari sekian banyak temanku yang bersikap dewasa dan bisa diandalkan.

Arthur mengangkat tubuhku. Entah kenapa lengannya yang keras terasa lembut menyentuh kulit dari balik pakaianku. Hangat dan nyaman. Setelah itu aku tidak mengingat apapun lagi.

⍟┈⛧┈┈•༶»»✧༺❖༻✧««༶•┈┈⛧┈⍟

Salam dari penulis buat para readers!

Novel ini masih dalam tahap revisi dan akan author lakukan satu persatu. Novel 'The Hidden World' juga memiliki another version dalam judul 'Curse of the Abyss' yang masih belum author upload.

Curse of the Abyss

Dalam novel ini ada pengurangan karakter. Jika di THW MC-nya adalah Lina dengan sudut pandang orang pertama, maka di COTA MC adalah Arthur dengan POV author alias sudut pandang orang ketiga. Mysteri yang disajikan juga akan sangat jauh berbeda. Penempatan nama setiap karakter juga mengalami sedikit perubahan.

Novel COTA dibuat khusus untuk pembaca pria karena menggunakan bahasa yang sedikit berat, berbeda dengan THW yang bahasanya sangat ringan.

Intinya selamat membaca dan selamat menikmati!

Terpopuler

Comments

ReN_

ReN_

Tandanya dia suka

2023-06-24

1

ReN_

ReN_

panjang bet

2023-06-24

0

ReN_

ReN_

Ngebayangin....

2023-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!