Pov Raka
Suasana belajar dan mengajar pun terus dilanjutkan, tanpa ada gangguan lagi. aku terus berbalas bertukar pesan dengan Devina, sehingga akhirnya pelajaran hari itu pun selesai, dengan ditandai suara bel Yang dibunyikan. Aku bersama Tio merapikan buku ke dalam tas, kemudian kita berdua berjalan menuju ke arah parkiran.
"Gua gak habis pikir sama Lu bro...! siapa sih cewek yang bisa membuat lo seperti orang yang kehilangan akal sehat, dikelas aja kamu cengar-cengir, cengengesan persis orang yang baru keluar dari RSJ." tanya Tio yang sudah beberapa kali dia mengulang pertanyaannya.
"Sudahlah Bro lu tuh gak usah terlalu kepoin urusan orang, mending urus diri lo sendiri, yang ngakunya ganteng tapi sampai sekarang lu masih jomblo."
"Mas Bro...! lu harus ingat! lu tuh bukan orang lain, tapi lu itu adalah sahabat sekaligus Saudara gua."
"Saudara dari mana?"
"Saudara sebangsa dan tanah air."
"Halah...! Lu ngomong apaan sih, kayak caleg yang kalah pileg. Pakai bawa bangsa-bangsa segala."
"Serius gua nanya Mas Bro..! Cewek itu namanya siapa, terus anak sekolah mana?"
"Nanti suatu saat juga lu tahu."
Berjalan sambil diiringi dengan obrolan obrolan ringan, hingga tak sadar kita pun sudah sampai di parkiran. dengan segera kita mengeluarkan motor masing-masing untuk pulang.
"Nongkrong dulu yuk di rumah gua...!" ajak Tio sambil menggunakan helm.
Tring!
Satu pesan masuk terdengar dari handphone, dengan segera aku mengeluarkan handphone lalu melihat isi pesan yang dikirimkan oleh Devina.
"Kakak hati-hati ya pulangnya.!" Pesan Devina membuat sudut bibir terangkat, ternyata begini rasanya jatuh cinta, begini rasanya diperhatikan oleh seorang cewek.
"Ditanya malah cengar-cengir persis kayak orang yang kurang sesendok lu. jadi nggak nongkrong di rumah gua?" tanya Tio yang menatap lekat ke arah wajahku.
"Nggak, nggak. Kayaknya hari ini gua harus pulang cepat, karena, karena," jawabku yang agak gugup soalnya aku sedang menikmati rasa yang baru aku dapat, sehingga aku tidak mau diganggu.
"Karena apa?"
"Ibu, ya Ibu. Ibuku menyuruh membeli kue," jawabku yang baru mendapat jawaban agar bisa terbebas dari ajakan Tio.
"Ya sudah ayo kita bareng nyari kuenya."
"Enggak Bro, Enggak. gua sendirian aja, ya sudah lu pulang duluan sana...!" Usirku sambil mendorong motornya menggunakan kaki.
"Awas lu....! emangnya Gua anak SD yang mudah lu kibulin. awas aja kalau suatu saat Lu butuh gua....!" Ancam Tio sambil mengangkat telunjuk, membuatku hanya mengulum senyum.
"Sudah sana pergi."
"Awas...!" Ancam Tio untuk yang kedua kalinya. kemudian dia pun pergi meninggalkan parkiran, sedangkan aku sibuk menulis untuk membalas pesan Devina.
"Terima kasih sudah mengingatkan. kamu juga hati-hati ya!" balasku kemudian menyimpan handphone ke dalam tas, lalu menyalakan motor untuk segera pulang ke rumah.
Setelah motor keluar dari gerbang sekolah, mataku menangkap di salah satu sudut halte, ada wanita yang sedang duduk sendirian. kepalanya celingukan seperti sedang menunggu sesuatu, sedangkan rambutnya diikat menjadi dua bagian. dengan segera aku pun menghentikan motor di hadapan wanita itu. lalu mematikan mesin.
Devina yang terkaget melihat kedatanganku, dia pun segera bangkit lalu menghampiri, bibir tipisnya selalu dipenuhi dengan senyum, membuat setiap lelaki akan terpikat oleh sikapnya yang ramah.
"Belum pulang Devin?" tanyaku yang tak secanggung kemarin, karena kita sudah banyak bertukar pesan.
Sebelum menjawab Devina terlihat menggelengkan kepala terlebih dahulu. "belum Kak, soalnya sopir aku lama banget jemputnya."
"Oh belum dijemput...," ulangku sambil turun dari motor kemudian memainkan tas yang ku selempangkan di depan. Entah mengapa jantungku terasa berdegup dengan kencang, hatiku berdebar seperti sedang mau menerima vonis sang Hakim. "mau bareng aku nggak?" tawarku dengan ragu-ragu.
"Hah...?" jawab Devina mungkin tidak mendengar ajakanku, karena suara yang ku keluarkan terlalu pelan dipenuhi dengan kekhawatiran.
"Bareng aku, naik motor!" ujarku sambil menunjuk ke arah motor yang terparkir.
"Emangnya kakak mau mengantarkan aku pulang?" Devina balik bertanya sambil menundukkan kepala, namun matanya terus melirik ke arahku.
"Yang diajaknya mau nggak, kalau aku anterin pulang."
Mendapat pertanyaan seperti itu, Devina tidak menjawab, namun dengan perlahan kepalanya mulai mengangguk lalu menatap ke arahku, bibirnya dihiasi dengan senyum tipis yang terlihat manis seperti aromanis.
Dengan segera aku mengambil helm yang dikaitkan di bagasi depan, hatiku berkata, satu tahun setengah lebih, Aku membawa helm ini, baru sekarang digunakan oleh wanita cantik selain Mbak Vira kakakku yang rese.
Tanganku agak sedikit bergetar, ketika menyerahkan helm kepada Devina. beruntung helm itu dengan cepat diambil, sehingga aku bisa menyembunyikan getaran itu, dengan memainkan kembali tali tas yang kubawa.
"Terima kasih...!" ujar Devina yang tak melepaskan senyum indah di bibirnya.
Kita berdua mendekat ke arah motor, dalam hatiku berdoa agar aku bisa mengemudikan motor tanpa ada kata nerpes sedikitpun, karena kalau aku tidak cepat bisa mengendalikan perasaan, Mungkin itu akan sangat berbahaya, apalagi kita berdua akan melewati jalan yang lumayan padat.
"Sudah?" Tanyaku sambil menoleh ke arah belakang memastikan Devina sudah duduk dengan nyaman.
"Sudah Kak!"
"Berangkat ya?"
"Hmmmmz!"
Dengan penuh perasaan aku mulai menarik tuas gas motor. awalnya melaju dengan perlahan, Karena aku belum sepenuhnya menguasai diri. namun setelah berjalan beberapa saat aku mulai tenang, bahkan ada sedikit kebanggaan dalam diri, karena aku bisa membonceng wanita secantik Devina.
Di perjalanan kita berdua mengobrol, membahas pesan-pesan yang kita kirimkan. wajahku sering menoleh ke arah belakang, ingin melihat gadis cantik yang sedang memegang Pinggangku. Begitu juga dengan wajah Devina yang sesekali maju mengintip, Mungkin dia juga sama ingin melihat wajahku yang ganteng ini.
"Kamu kenapa sih ngeliatin aku terus?" Tanyaku sambil melirik ke arah belakang.
"Nggak apa-apa Kak!"
"Kirain kagum. masih jauh?"
"Sebentar lagi, nanti di depan ada gapura, Kakak masuk aja ke dalam." jawab Devina sambil menunjuk ke arah depan, tercium bau wangi yang begitu khas, bukan bau ketiak karena sudah seharian bergelut dengan terik matahari.
Aku membelokkan kemudi masuk ke dalam gerbang Komplek yang tadi ditunjukkan oleh Devina, aku terus mengikuti arahan cewek cantik di belakangku, seperti driver ojol yang baru pertama kali narik penumpang.
"Di depan berhenti Kak.!" Seru Devina sambil menunjuk gerbang berwarna hitam, dengan segera aku pun mengerem motor, lalu dia pun turun. "Ini rumah aku Kak," ujar Devina sambil menunjuk ke arah belakang karena dia berdiri menghadap ke arahku yang tidak turun dari motor.
"Oh ini...!" jawabku sambil celingukkan memindai area sekitar, yang terlihat begitu asri dan sangat rapi.
"Terima kasih ya sudah mau nganterin aku pulang?"
"Ya sama-sama Devin."
"Kakak nggak mau masuk dulu?" tawar Devina sambil menunjuk ke arah rumahnya.
"Next time aja deh. aku, aku langsung pulang aja deh!"
"Ya sudah kalau begitu, Aku masuk dulu ya..!" ujar Devina yang terlihat ada kekecewaan di wajahnya.
Dia pun membalikkan tubuh, lalu berjalan menuju ke arah gerbang, ketika hendak membuka pintu akupun memanggilnya.
"Devin....!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
deg degan hati baru pertama mengantar gadis ke rumahnya👍👍👍
2023-03-15
0