bab 4.

Pov Raka

"Artis, artis! tetris kali....!" bentakku.

"Apa lu bilang, Dasar kurang ajar...!" ujarnya namun aku tidak mempedulikan, karena dari arah atas terlihat Papa yang menuruni tangga.

"Pah, Papah...!  coba Papa lihat kelakuan anak Papa, semakin hari dia semakin terlihat kurang waras," Aduku sama papa.

"Kalau tidak gil4, itu berarti bukan anak Papa, Raka...!" ujarnya yang terlihat santai, sambil menunjuk Mbak Vira dengan mulutnya yang kebetulan Mbak Vira pun melirik ke arah kita yang sedang memperhatikannya, membuat lidahnya menjulur seperti ular yang kepanasan.

Kring! kring! kring!

Beruntung handphonenya berbunyi, sehingga dia dengan cepat mematikan MV Player yang menggetarkan seluruh ruang tengah, lalu mengangkat telepon itu kemudian ditempelkan ke telinganya. "Halo Baby Akbar sayang....!" Sapa Mbak Vira setelah teleponnya terhubung.

"Sok, Imut loh....!" gerutuku sambil menatap kepergian Mbak Vira yang menjauh dari ruang tengah rumah.

"Itu namanya cinta Raka, sini....!" jawab Papa yang menggandengku menuruni anak tangga. "cinta itu bisa merubah seorang perempuan yang awalnya seperti cacing kepanasan, tapi ketika mendapat telepon dari kekasihnya, dia berubah Anggun menjadi seperti putri kerajaan." lanjutnya sambil mengajakku duduk di sofa ruang tengah.

"Seperti putri kerajaan?" Ulangku yang merasa heran.

"Ya, itu kehebatan cinta, Mbak Vira sudah punya pacar. Nah, kamu ganteng ganteng belum punya pacar, ganteng ganteng mubazir itu namanya, sia-sia...!" jawab Papa sambil menatap ke arahku.

"Udahlah Pak, kan punya pacar bisa kapan-kapan, perjalanan Raka masih panjang kok!"

"Benar Raka jangan dengarkan ocehan papamu," ujar ibu menimpali yang baru keluar dari arah dapur, di tangannya terlihat secangkir teh hangat.

Tring!

Suara handphoneku berbunyi, menandakan ada satu pesan. dengan cepat aku merogohnya mengeluarkan dari celana, aku menatap layar handphone untuk mengecek, ternyata ada satu pesan yang dikirimkan oleh nomor tak bernama.

"Hai Kak...!" Sapa chat itu membuatku merasa penasaran, aku melihat foto kontak yang menggunakan boneka teddy bear besar, aku memperhatikan namanya Ternyata itu adalah Devina , membuat sudut bibir terangkat sedikit.

Papa dan mamaku hanya saling menatap, mungkin mereka merasa heran dengan tiba-tiba aku tersenyum seperti itu.

"Hai juga, Maaf ini siapa. Soalnya foto profilnya tidak ada?" balas pesanku yang diintip oleh Bapak, sehingga dengan segera aku menyembunyikannya dengan menaruh handphone di atas paha.

Merasa bergabung dengan mereka tidak aman, aku pun membagi tatap kemudian tersenyum. "Sebentar ya Pa, mah. Raka ke atas dulu," ujarku tanpa menunggu jawaban mereka, langsung pergi menaiki tangga.

Tring!

Suara handphoneku berbunyi kembali, menandakan pesanku sudah dibalas. sebelum membuka pesan aku menutup pintu lalu merebahkan tubuh di atas kasur.

"Maaf kalau aku lancang mengirimkan pesan sama Kakak, aku dapat nomor kakak dari teman. Enggak apa-apa kan kalau Devina menyimpan nomor kakak?" balas pesan itu.

"Iya nggak apa-apa, salam kenal ya!"

"Salam kenal balik kak. oh iya, aku sangat suka baca cerpen yang kakak pajang di mading sekolah. Kakak Ternyata orangnya sangat pandai merangkai kata ya?" Balasan Devina membuat kedua sudut bibirku terangkat, merasa tersanjung oleh pujian gadis yang baru aku kenal.

Dengan segera aku membangkitkan tubuh, lalu duduk dengan tegap. mengalihkan layar chat ku ke layar Instagram. dengan segera aku tuliskan nama Devina di kolam pencarian, sehingga muncullah berbagai orang dan berbagai latar memenuhi layar handphone ku.

Aku Mencari dengan teliti menyamakan foto dengan wajah gadis yang tadi siang mengajak berkenalan. Setelah lama mencari akhirnya aku menemukan foto yang pas sesuai dengan wajah Devina, setelah ketemu aku mulai membuka Instagramnya, terlihat banyak foto-foto Devina yang sedang eksis seperti remaja pada umumnya. yang melakukan pose foto menahan pipi menggunakan punggung tangan, tapi ada juga yang berpose memegang handphone menggunakan kedua tangan, Mungkin dia mau memamerkan gundukan yang ada di dadanya.

Setelah merasa puas memperhatikan foto-foto Devina yang berada di instagram-nya. aku mulai memfollow akun cewek yang tadi siang mengajakku untuk berkenalan. tak lama setelah itu handphone-ku berbunyi, kemudian aku melihat isi pesan yang dikirimkan oleh Devina.

"Kakak kepoin aku ya, kok nge-follow akun Instagram?" tanya Devina melalui WhatsApp.

"Iya, nggak apa-apa kan, jadi kita bisa saling kepo-kepoan, hehehe." balas ku diakhiri dengan emoticon tersenyum.

"Nggak apa-apa Kak, Oh iya lagi apa."

"Masih ngepoin akun kamu."

"Iiiiiiih, sudahlah gak usah kepo-kepo, Aku malu tahu...!" jawab Devina dengan diakhiri emoticon monyet menutup wajah.

Kita berdua pun terus saling berbalas pesan, saling menanyakan kabar, tempat tinggal, hobi, makanan favorit, bahkan sampai kegiatan sekolah tidak lepas dari pembahasan kita.

Kegiatan berbalas pesan pun terus berlanjut sampai akhirnya mata kita berdua mengantuk, namun ketika esok pagi kita melanjutkan kembali saling menyapa lewat pesan Whatsapp. bahkan tidak sampai di situ Di sekolah pun, kita terus saling bertukar kabar walaupun sedang belajar.

"Asik banget sih....! WhatsApp-an sama siapa lu?" tanya Tio sambil menatapku yang dipenuhi dengan senyuman.

"Hey Bro...!" ujar Tio yang terlihat penasaran, kemudian dia pun hendak mengambil handphone. namun dengan cepat aku menepis tangannya. "yaelah Bro..! lu pelit amat sih, lihat dikit doang...!" lanjut Tio yang terlihat mendengus kesal.

"Stttt.....! jangan berisik, Nanti ketahuan guru," ujarku sambil menunjuk ke arah depan menggunakan bibir

"Whatsapp-an sama siapa sih....! anak sekolah mana, anak sekolah kita bukan?" tanya Tio yang semakin kepo.

"Bokap gua Bray...!" jawabku berbohong.

"Ya kali, emang gua begonya dangkalan banget apa, sampai bisa lu bohongin dengan mudah. Mana mungkin lu whatsapp-an sama bokap sambil cengengesan, cengar-cengir najis begitu. norak...! bilang aja nggak boleh kepo daripada lu berbohong." Dumel Tio.

Aku tidak menghiraukan ucapannya, mata dan tangan masih terfokus menuliskan pesan, membalas. bahwa sekarang aku juga masih sendiri, masih menunggu bidadari yang turun dari langit menjemput sang pangeran. karena Devina menanyakan tentang Apakah ada cewek yang dekat denganku.

"Bro....! Raka.....!" Panggil Tio yang terlihat tidak bosan mengganggu. "Raka Aditya kalau gua ngomong direspon dong.....!" teriaknya sehingga membuat seisi ruang kelas menatap ke arah kita berdua.

"Syyyyuuuutt!" Sahut teman-teman sekelas mencibir.

"Tio.....! kenapa kamu berisik?" tanya Bu Winda yang menghentikan aktivitas menulisnya di whiteboard. dia menatap penuh penasaran ke arah kita berdua, namun dengan segera aku menunjuk Tio menggunakan ibu jari, memberitahu bahwa si kambing ini biang keladinya.

"Aduh kenapa gua sampai kelepasan nyeplos begitu....? bagaimana ya....? Aduh...?" ujar Tyo yang terlihat gugup, kemudian dia pun mengangkat dua jarinya sebagai permintaan maaf.

"Kalau Kamu kelepasan, kamu ke kamar mandi sana....!" bentak Ibu Winda yang di sahuti oleh suara riuh tertawa seisi kelas, membuat Tio hanya menundukkan pandangan, merasa malu ditertawakan seperti itu. Begitu juga denganku yang ikut menertawakan kebodohannya yang Hakiki.

Terpopuler

Comments

Siti Sarfiah

Siti Sarfiah

tio sok kegantengan, akhirnya kena semprot bu winda

2023-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!