Tersipu Malu

Jarum jam menunjuk pukul tiga, Yui masih dengan mata yang terbuka lebar. Matanya memerah dan terlihat urat di area kornea. Bahkan kedipan matanya terasa perih karena kewalahan. "Argh … ini karena si Ken itu deh!" Yui menggaruk kepalanya dan memukul jidat berkali-kali. Kemudian dia beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajah yang teramat kusut.

"Ih … kantung mataku gede banget," katanya di depan cermin.

Merasa janggal dengan pikirannya. Yui memutuskan untuk melangkah dengan gegabah ke kamar tempat Ken berada. Dia berdiri di depan pintu, lalu perlahan membuka gagang.

Belum sempat menarik gagang pintu tersebut, kamarnya sudah terbuka terlebih dahulu. "Astaga!" teriak Yui terkejut. Dia sampai terpental ketakutan dan kakinya spontan melangkah mundur.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ken dengan muka datar.

"Ha-Harusnya aku yang tanya begitu. Kamu ngapain?" tanya Yui balik.

"Aku merasakan niat buruk darimu, jadi langsung buka pintu untuk memergoki," jawabnya dengan percaya diri. Matanya terlihat sayu, tampak belum juga tertidur sejak tadi.

"Niat buruk? Kamu ahli banget mutar balikin fakta," cegat Yui.

"Apa yang membawamu kemari?" tanya Ken dengan wajah serius.

"G-Gak … gak ada kok," jawab Yui terbata-bata. Entah harus dengan kalimat apa dia menjelaskan. "Aku cuma gak bisa tidur aja, mungkin karena was was," jawabnya lagi. Dia memijat sebelah ibu jarinya karena gugup.

"Aku tidak berniat membunuh atau melukaimu. Tidak perlu khawatir," ucap Ken menenangkan Yui. Meski terdengar sadis, Ken sudah berusaha untuk membuat Yui merasa aman atas dirinya.

"I-Iya," angguk Yui sambil menunduk. "Jadi kamu ini beneran bukan manusia?" tanya Yui lagi memastikan.

"Aku adalah Iblis," tegas Ken.

Yui sedikit tidak yakin dengan Ken, bagaimana bisa Iblis setampan itu? Terlebih lagi Ken tampak seperti manusia pada umumnya, tidak ada yang aneh. Dari ujung kaki hingga rambut, semua orang juga tahu dia manusia.

"Apa yang bedain kamu sama manusia?" tanya Yui penasaran.

"Tentu kami lebih kuat dari manusia," jawabnya dengan bangga.

"Ehm, gimana, yah? Aku kurang percaya deh. Jangan-jangan kamu bilang gini ke aku biar kamu tetap bisa tinggal di apartemen ku? Iya, kan?"

"Kau boleh mengusir ku sekarang juga. Aku akan pergi," balas Ken tak berperasaan.

Ken jenuh mendengar keluhan Yui yang terus menerus menanyakan hal yang sama. Berulang dia menjelaskan bahkan menceritakan rahasia kerajaannya, tapi Yui masih saja tidak percaya. Yui terlalu cerewet untuk Ken yang malas berdebat.

"Apa? Aku juga usir kamu dari tadi, kamu aja yang ngeyel gak mau pergi," tambah Yui.

Ken dengan langkah ringan beranjak pergi dari apartemen tersebut. Tanpa sepatah kata pun dia pergi begitu saja, bahkan dia tak menoleh ke arah Yui.

Yui heran melihat tingkah Ken. Baru beberapa jam berlalu tapi sifatnya seolah berbeda. Mengapa pria itu terasa lebih dingin daripada sebelumnya? Yui tak menemukan ekspresi di wajah pria tersebut.

"Tunggu!" panggil Yui menahan Ken yang sudah masuk ke dalam lift.

Yui masuk ke dalam lift bersama dengan Ken di dalamnya. "Jangan pergi dulu!" pinta Yui menahan. "Kamu punya tempat tinggal?" tanya Yui sekali lagi. "Biar aku antarin," katanya berniat baik.

Ken hanya melirik dan tidak menjawab. Sudah sampai lantai bawah, Ken sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Yui. Ketika pintu lift terbuka, dia keluar.

"Ken!" panggil Yui. Dia menggenggam tangan pria itu dengan mata penuh kebingungan. Dia tidak tahu mengapa hatinya berat membiarkan pria itu pergi.

"Aku tidak punya tujuan," kata Ken. Lalu pria itu dengan bengis melepaskan genggaman Yui dari pergelangan tangannya.

"Jadi sekarang kamu mau kemana?" tanya Yui lagi.

"Apa kau peduli?" tanya Ken balik.

Yui terdiam. Dia tidak bisa menjawab pria itu. Dia pun ragu mengapa hatinya tidak membiarkan pria itu pergi. Entah karena peduli pada Ken atau hanya sekedar penasaran, yang jelas hati kecilnya berkata tetap menahan pria itu.

"A-Aku … aku cuma penasaran," jawabnya berbohong.

Ken langsung meninggalkan Yui. Dia berbalik badan dan perlahan jauh dari pandangan gadis itu. Dia tetap melangkah meski dingin terus menusuk hingga ke tulangnya.

"Berhenti! Jangan pergi! Aku juga gak ngerti, tapi aku … aku tetap ingin kamu di sini," teriak Yui dengan tersipu malu.

"Aku memberi kesempatan untuk menarik ucapanmu. Atau aku akan bertindak semau ku terhadapmu," timpal Ken dengan senyum licik di wajahnya.

"Jangan pergi!" kata Yui.

"Aku akan kabulkan permintaanmu," ucap Ken dengan senyuman puas. Dia berjalan mendekati Yui lalu dengan buru-buru mengecup bibir pucat Yui.

Setelah kejadian itu, Yui merasa dirinya tertipu. Kenapa dia tetap diam saja meski pria itu mencium dirinya? Bahkan yang lebih parah adalah memperbolehkan pria itu tinggal bersamanya.

"Aku udah dihipnotis!" raungnya kesal di dalam kamarnya sambil menggigit bantal di kasur. Dia mengamuk tidak berarah karena diam saja saat Ken mencium dirinya, seharusnya dia melawan atau memaki pria itu. Nyatanya dia malah membisu seolah bungkam dan menerima kecupan lancang dari Ken.

...****************...

Trang-Trang-Trang!

Pagi buta begini sudah terdengar ricuh dari dapur sederhana apartemen Yui. Suara gesekan teflon dan sendok yang saling beradu. Sungguh bising dan merusak suasana lelap tidurnya gadis itu. 

"Ish! Apa ini bising bising?" tanyanya setengah sadar. Matanya masih belum terbuka seutuhnya, tapi dia sudah beranjak dari kasur dengan langkah sempoyongan ke arah dapur. 

Keadaannya begitu kacau. Rambut kusut tidak teratur, lengan bahu piyama yang jatuh sebelah, ditambah celana panjang yang terinjak karena ukuran yang berlebihan. Celana itu terseret seirama dengan langkah kakinya yang rusuh. 

Sambil menggaruk kepalanya, dia menguap dan mencoba melihat sekeliling. Matanya masih begitu berat, tapi suara bising yang dia dengar sejak tadi amat mengganggu tidurnya.

"Sudah bangun?"

Suara itu terdengar menenangkan di telinganya. Berulang kali terdengar seolah gema yang menyadarkan kantuknya. Spontan matanya terbelalak dan terang melihat keadaan dapur. 

Melihat sosok pria tampan di pagi hari sungguh anugerah terindah. Dengan tubuh elok dan perkasa milik Ken, Yui jadi bisa mendapat santapan pagi yang berharga. Sangat indah, sampai dia terperanjat dalam angan beberapa saat. Mulutnya ternganga memandangi kilau yang terpancar dari sosok Ken Raymond.

"Ka-Kamu ngapain?!" tanya Yui shock. 

"Kancing dulu bajumu baru bicara!" suruh Ken dengan tangan masih berada di gagang teflon. 

Mata Yui perlahan melirik ke arah bajunya. Betapa terkejutnya dia saat melihat kondisi bajunya yang absurd. Tidak bisa dijelaskan secara manusiawi, tapi dia memang terlihat amat berantakan sampai tak tahu harus berbuat apa. Terlebih lagi karena Ken sudah menegurnya terlebih dahulu, rasanya Yui ingin mengubur diri hidup-hidup.

"Aaaa! Jangan lihat ke sini!!!" senggak Yui mengamuk. Dia cepat-cepat merapikan bajunya dan menarik celananya yang sejak tadi terseret di lantai. 

Terpopuler

Comments

Arif Billah

Arif Billah

Dingin juga si ken xixi

2023-02-27

0

Bilkis😉

Bilkis😉

good skali anda mak

2023-02-20

0

Queen Bee✨️🪐👑

Queen Bee✨️🪐👑

di tempatnya ga perlu KTP Yui, makanya dia ga punya KTP

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!