Akhir Sebuah Kisah

Beberapa hari yang lalu dimana Alika mendengarkan kisah dari sang kakek, dia merasa amat terenyuh dan tidak dapat tidur, kisah itu sangat tanggung membuat Alika mengingat kembali saat saat dimana dia protes pada sang kakek.

"Ah sayang banget, apa gak terjadi apa apa malam itu?" Tanya Alika merasa kesal.

"Memangnya apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya sang kakek dengan jitakan lembut yang mengenai kepala cucunya.

"Gak kek, cuma yah kek!" Alika nampak sedikit cemberut dan penasaran.

"Sudah tamat kisahnya!" Ucap Jaka tersenyum puas melihat rasa penasaran Alika yang belum tercukupi.

"Ah masa iya sudah tamat!" Alika nampak sedikit kecewa dengan ketanggungan ceritanya.

"Ya mau bagaimana lagi memang kisahnya sudah tamat!" Kakek Jaka malah tertawa melihat pipi cucunya yang nampak cemberut.

"Setelah itu para pendatang pun berdatangan dan kota itu pun menjadi ramai denga berjenis pelajaran, kakek dan Jajang memutuskan untuk beralaih dari kota itu dan memilih desa ini, di sini adalah tempat di mana kami tinggal dulu!" Ucap Jaka memperlihatkan senyum tuanya.

"Di deket Gua itu kek?" Tanya Alika penasaran, dia tidak pernah tau bila di desa kecil itu ada Gua.

"Ya!" Ucap Jaka singkat, dan sontak saja bola mata Alika melotot sempurna, dia tidak menyangka bila desa kecil itu dulunya adalah tempat pembantaian masal.

Dan memang di sana pula tidak jauh jaraknya menuju hutan sancang yang di ceritakan kakeknya, namun desas desus mengatakan bila siapapun yang memasuki hutan tersebut makan mereka tidak akan pernah kembali.

Semua itu selalu menjadi bahan pembicaraan masyarakat luas hingga kini, karena menurut mereka di sana adalah tempat para mahluk tak kasat mata berada, mungkin bukan itu yang sebenarnya namun mungkin karenan memang di sana masih banyak perangkap yang di gunakan para pribumi dulu yang belum terlancarkan dan masih bisa saja membunuh siapapun yang nelintas.

Namun karena desas desus itu pula maka hutan itu terjaga dari sentuhan manusia, dan mungkin pohon kematian yang di maksud kakeknyapun masih berada di sana.

"Setelah hari itu apa besoknya kakek langsung menikah dengan nenek?" Tanya Alika dengan mata yang berbinar.

"Iya!" Seorang nenek tua dengan kerudung menutupi kepalanya memasuki kamar Alika, sontak mata Alika langsung mengarah pada sumber suara dan tersenyum setelahnya.

"Kakekmu sangat nakal Alik, jangan contoh dia!" Ucap Yasmin tersenyum simpul.

Tia yang sedari tadi menjadi penontonpun mengucapkan salam pada sang nenek dan mengulurkan tangannya untuk berjabat.

"Asaalammu'alikum nek!" sapa Tia dengan senyum cantiknya mengecup punggung tangan Yasmin atau Zahra nenek Alika.

"Wa'alaikum salam cantik." ucap Yasmin mengelus lembut puncak kepala Tia.

Tia benar benar merasa di sambut di tengah tengah mereka, selayaknya nenek dan kakeknya sendiri dan Alika seperti Adiknya sendiri yang sangat baik dan perhatian akan dirinya.

"Oh ya nek malam ini a Ipung akan ke sini, ehem gak papa kan?" Tanya Alika pada sang nenek yang memang sebenarnya tidak suka pada kekasihnya yang bernama Ipung tersebut.

"Iya, suruh dia kemari sekalian mumpung abangmu ada di sini!" Ucap neneknya yang memang sangat kesal pada kekasih cucunya tersebut.

"Ipung itu siapa Alik?" Tanya Tia merasa penasaran.

"Itu ehemnya Alik!" Jawab Alika tersenyum lembut.

Tiapun mengangguk anggukan kepalanya mengerti, dia memang sudah pernah mendengar tentang pria itu dari abangnya alik, namun dia tidak pernah mendengar kebaikan dari pria itu dari mulut kekasihnya.

Malam itu semua orang berkumpul di taman belakang setelah sholat isya dan saat ini mereka tengah memasak nasi liwet dan panggang ayam.

Seorang pria terlihat masuk ke dalam pagar tanpa berucap salam dengan kemeja putih yang di masukan ke dalam celana dan rambut yang klimis tersisir sempurna.

Tiba tiba rasa mual di rasakan Tia, dia tidak menyangka bila adik kekasihnya akan menyukai jenis pria semacam itu. Bila Alika bukan calon adik iparnya mungkin dia akan dengan gamblang mengatakan bila Alika buta.

"Alika sayang..!" Pria benama Ipung itu langsung menyosor tidak nenyapa siapapun dan langsung tertuju pada Alika, sontak melihat kesopanan dari pria itu saja sudah sangat kurang namun entah ada sihir apa hingga membuat wajah Alika bersemu merah layaknya malu.

"Jangan maen sosor aja lo, asem!" Ucap Adit yang merupakan kakak dari Alika.

"Eh abang ipar juga ada disini!" Seperti orang bodoh, Ipung lantas tersenyum jinak pada Adit yang berada di depannya.

"Jauh jauh lo dari adek gue, jijik gue liatnya!" Ucap Adit merasa tidak suka.

"Abang!" Alika membentak kakaknya karena sikap Adit pada Ipung sudah di rasa berlebihan bagi Alika.

"Heh, kamu membentak abang kamu sendiri Alika?" Adit tidak kalah sangar dengar adiknya yang sudah naik vitam.

"Sudah sudah, jangan pada bertengkar di sini!" Ucap Tia berusaha melerai semuanya.

"Sebaiknya Alika yang sabar menghadapi Adit ya, dan sayang tolong dia adik kamu yang baik ya padanya!" Tia sebisa mungkin menenangkan semuanya agar kembali kondusif.

"Besok, lo ikut gue ke Kuningan, mulai besok lo sekolah di sana!" Ucap Adit yang di rasa di tempat ini tidak akan aman bagi adiknya apalagi melihat kelakuan Ipung yang sudah terlihat jelas belangnya.

"Tidak bang! Aku akan tetap sekolah di sini dan bersama dengan nenek dan kakek!" Ucap Alika tegas menolak kehendak kakaknya.

"Aku tidak butuh pendapatmu de, aku cuma mau kamu mendengarkan ucapanku dan lakukan saja! Semua ini abang lakukan demi kamu de!" Bentak Adit meninggikan suaranya.

Sontak saja hal tersebut membuat Alika dan Tia terkejut, karena biasanya sifat tenang dan kalem yang ada pada diri Adit seakan musnah seketika.

"Dan lo, pergi dari sini!" Ucap Adit menunjuk ke arah Ipung dan kemudian ke luar pagar mengusir pria tersebut.

"Bang, lo tega!" Alika yang langsung berlari ke dalam kamarnya dan mengunci pintu, hati Alika seakan tercabik saat mendengar bentakan kakaknya, selama ini memang seluruh keluarganya tidak ada satupun yang setuju akan hubungannya dengan Ipung, namun cintanya yang besar membuatnya tak dapat melepaskan sosok pria tersebut.

Di malam yang akan di perkirakan bahagia itu berubah hancur seketika, dan tangis pedih di rasakan Alika.

Sebenarnya bukan hanya Alika yang merasa sakit melainkan Aditpun juga merasakan hal yang sama, karena selma ini dia tidak pernah membentak adiknya, namun malam ini dia benar benar tidak bisa menjadikan taruhan adiknya dan membuat masa depan adiknya itu hancur.

Adit menangis di kamarnya, rasa sesal tentu dia rasa akan sikapnya pada sang adik, sempat dia berpikir untuk melupakan saja keinginannya membawa Alika namun dia juga tak ingin bila masa depan adiknya itu dalam bahaya.

"Maafkan abang de, bila keputusan abang menyakitimu!" Lirih Adit dalam tangisnya.

Dari balik pintu Tia melihat bagaimana Adit yang tengah menangis, ingin sekali dia memeluk dan memberikan kekuatan pada kekasihnya itu, namun keadaan mereka yang belum sah mengharuskannya tetap diam dan hanya mengirimkan do'a do'a terbaik bagi kedua kakak beradik itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

umi b4well (hiatus)

umi b4well (hiatus)

ini cerita kehidupan nyata bukan alik?

2023-01-29

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!