Bab 4

"Hallo, Sophia! Kau di mana?"

"Rumahku."

"Kau baik-baik saja? Suara mu terdengar aneh."

"Hmmm."

"Aku akan kesana sekarang."

"No Elio aku tidak apa-apa."

"Sampai nanti."

"Elio--" Sophia tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena sambungan sudah terputus. Elio, pria itu memang selalu seperti ini jika Sophia mengalami mimpi buruk. Dan bagi Sophia, Elio adalah kakak terbaik sedunia. Jika saja dia bukan saudaranya mungkin wanita berambut panjang itu sudah jatuh cinta dengannya.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi dan sosok pria dengn setelan hitam muncul dari balik pintu. "Ada apa? Mimpi buruk itu lagi?" tanya Elio saat sembari menutup kembali pintu.

Sophia mengangguk pelan. "Kenapa kau selalu membunyikan bel setiap kali kau datang? Bukankah kau tau sandi apartemanku." Kebiasaan Elio itu memang sedikit membuat Sophia heran. Entah apa yang dia lakukan.

"Aku membunyikannya agar kau tau seseorang datang. Jika aku masuk tanpa membunyikan bel dan kau sedang bercinta apa kau pasti akan memakiku."

Plak... Bunyi tamparan kerass di kepala Elio terdengar garing. "Bercinta dengan siapa? Dasar aneh."

Elio terkekeh meski kepalanya terasa sedikit sakit. "Apa kau bermimpi dia lagi?" ujarnya dengan mengelus bagian kepalanya yang masih sakit.

"Aku terus mengingatnya Elio, apa yang harus aku lakukan. Justin akan bekerja sama denganmu dan tentu saja dia akan menempati kantor yang sama dengan kita."

"Dia tidak akan mengenalimu, Sophia."

"Tunggu!" Sophia menjedah kalimat Elio. "Kau terus saja mengatakan jika dia tidak akan mengenaliku, memangnya apa yang terjadi hingga dia tidak mengenaliku. Kita bersama sejak remaja bagaimana bisa dia melupakan kita begitu saja."

Elio membuang napas kasar. "Justin mengalami Amnesia karena gangguan mental. Dia tidak mengenalimu, aku bahkan orang-orang yang sempat dekat dengannya dulu. Dia hanya bisa mengingat masa sebelum kita ada."

"What? Are you serious!"

Elio mengangguk pelan. Jemarinya terangkat mengelus lembuat pada rambut saudaranya.

"Bagaimana cerita dia bisa seperti itu, apa kau tahu?"

"Aku hanya dengar jika dia mengalami stres berat karena tertekan selebihnya tidak tahu. Tapi Justin memiliki sahabat wanita dan dia seorang dokter. Dia yang menangani semua yang bersangkutan tentang kesehatan Justin, kita bisa bertanya padanya."

"Wanita!"

"Kau tidak perlu sekaget itu, kita berpisah cukup lama Sophia, jika dia bersama wanita lain itu adalah hal yang wajar."

Wajah Sophia langsung berubah masam, perkataan Elio memang masuk akal. Sudah 10 tahun berlalu, jelas saja Justin sudah memiliki seorang wanita idamannya. Meski dulu keduanya hampir saja menjadi sepasang kekasih, Namun, sekarang keadaannya berbeda. Justin melupakannya bahkan dendam di antara keduanya tidak bisa di lupakan.

Elio menatap Spohia, menunggu wanita itu bicara. Sepertinya akan sulit bagi Sophia, Justin sudah menerima kesepakatan untuk bergabung, setiap saat hari mereka akan bertemu tentu saja itu akan semakin membuat Sophia tersiksa dan terbebani.

"Sophia!" Elio memanggil saudaranya yang tak kunjung bicara.

Sophia menatap Elio dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Apa kau bisa membatalkan penggabungan saham dengannya, aku tidak bisa jika setiap hari harus melihatnya. Apalagi jika dia membawa wanita itu ke hadapanku, aku akan semakin gila."

"Tidak Sophia, kau harus membiasakan dirimu menghadapi kenyataan ini. Lagi pula ini adalah permintaan Ayah dan dan tante Marisa, aku tidak bisa menggunakan hak ku untuk membatalkannya."

"Tante Marisa? Bukankah seharusnya paman Demetrio yang memutuskannya."

Elio menyentil dahi adiknya. "Apa kau lupa, paman Demetrio meninggal setelah beberapa bulan di rawat karena kecelakaan itu. Apa kedua orang tuamu tidak mengatakannya, kami bahkan menghadiri pemakamannya bersama-sama di Prancis."

"Jadi untuk mereka mengirimku kembali ke Verona."

"Apa maksudmu?"

"Daddy dan Mom mengirimku kembali ke Verona setelah mendapatkan telepon dari Prancis. Aku tidak menyangka jika itu adalah kabar duka dari keluarga Justin." Air mata Sophia mengalir deras. Dia tidak menyangka jika kedua orang tuanya menutupi kabar duka paman Demetrio selama bertahun-tahun darinya.

"Ja-jadi kau sama sekali tidak tahu?" Suara Elio terbata karena ia pun juga kaget.

Sophia terdiam beberapa saat lalu melihat ke arah Elio. Hati Sophia seketika menjadi dingin, dia menatap saudara laki-laki yang selalu mengasihinya itu lalu berkata datar. "Apa aku penyebab semua kejadian buruk ini?"

Elio mana mungkin bisa menjawab, dia tidak tahu jika semua akan menjadi seperti ini dan menyakiti hati Sophia. Kalau Elio tidak bisa menyelesaikan semua ini dengan baik maka kehidupan Sophia akan hancur. Jadi seberapa bencinya Justin pada Sophia, seberapa bersalahnya Sophia pada Justin, keduanya harus segera menyelesaikan masalah ini. Elio berjanji akan membuat keadaan kembali seperti dulu. Dia tidak mau lagi melihat Sophia terpuruk dan menjadi gila karena kejadian tempo hari. Masalah Ini harus segera di luruskan.

"Kau adalah wanita yang cerdas Sophia, sudah cukup! Jangan terus menyalahkan dirimu, kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Justin. Dan kau juga harus mengatakan yang sebenarnya tentang Paman Demetrio, jangan membiarkan masalah ini berlarut-larut."

"Tidak ada yang mempercayaiku, bahkan kedua orang tuaku saja tidak Elio."

"Aku! Aku percaya padamu. Aku yakin, kau pasti bisa menyelesaikan semua ini."

Terpopuler

Comments

irfah albeghyttu

irfah albeghyttu

lanjut kak...

2022-12-29

2

Amrisa Simatupang

Amrisa Simatupang

ada syukur nya diulang karna dikit banyak nya pasti lupa,🙏😁💪

2022-12-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!