"Assalamualaikum, Ibu," suara Fatimah terdengar mengusik Ibu Halimah yang baru saja memejamkan mata.
"Fatimah, kemarilah, Nak!" sahut Ibu Halimah yang langsung membuka mata setelah mendengar suara lembut Fatimah menyapa telinganya.
Fatimah yang mendengar perintah sang Ibunda melangkah mendekat ke arahnya dengan langkah pasti.
"Ada apa Ibu?" tanya Fatimah seraya mendekat dan duduk tepat di samping Ibu Halimah yang masih terlihat lemah.
"Apa kamu sudah makan?" Ibu Halimah menjawab pertanyaan Fatimah dengan pertanyaan.
"Sudah, bagaimana dengan Ibu? apa Ibu juga sudah makan?" Fatimah balik bertanya dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Sudah," jawan Ibu Halimah dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"Bik Husna ke mana?" Fatimah kembali bertanya saat menyadari jika sang Bibik tudak ada si ruangan.
"Dia sedang makan," jawab Ibu Halimah yang terlihat masih tersenyum menatap penuh kasih sayang juga rasa bangga ke arah Fatimah.
Suasana sejenak hening hingga Fatimah yang sejak tadi diam kini mulai buka suara.
"Bu," lirih Fatimah dengan kepala menunduk dia memanggil sang Ibu.
"Iya, ada apa, Nak?" sahut Ibu Halimah yang kini mulai menatap serius ke arah Fatimah yang masih setia menunduk.
"Bolehkah Fatimah meminta sesuatu pada Ibu?" jawab Fatimah dengan nada penuh kehati-hatian Fatimah mengutarakan apa yang dia inginkan.
"Tentu saja, Nak, kamu berhak meminta apapun yang kamu inginkan pada Ibu, selagi Ibu mampu pasti akan Ibu turuti," jawab Ibu Halimah dengan senyum dan nada penuh semangat meski terdengar sedikit lemas.
"Aku hanya ingin tahu wajah calon suamiku dan aku ingin bertemu dengannya meski hanya sekali, aku ingin tahu seperti apa dia dan bagaimana sikapnya?" Fatimah mengungkapkan apa yang menjadi permintaannya.
Sejenak Ibu Halimah terdiam, mengingat sosok Satya yang memang baru bertemu beberapa kali dengannya, Ibu Halimah merasa jika apa yang di katakan Fatimah memang ada benarnya, dia berhak tahu dan berhak bertemu dengan Satya sebelum keduanya benar-benar menikah dan bertemu kembali setelah acara akad.
"Ibu akan coba bicarakan dengan Bik Husna, setahu Ibu, Satya sedang sibuk akhir-akhir ini, dia mengerjakan semua pekerjaannya sekarang sampai beberapa hari kedepan karena dia harus cuti saat menikah denganmu," ujar Ibu Halimah.
"Satya, apa itu namanya, Bu?" Fatimah yang mendengar nama seorang pria di sebut langsung berfikir jika nama Satya yang baru saja di sebutkan Ibu Halimah memang nama dari calon suaminya.
"Iya, namanya Satya, dia pemilik perusahaan terbesar nomor dua di kota ini, dan Ibunda yakin kalian akan saling mencintai, sama seperti dahulu," tutur Ibu.
Dulu Satya punya rumah yang dekat dengan rumah keluarganya, tapi beberapa tahun lalu, keluarga Satya di kabarkan telah pergi karena mengikuti jejak sang Ayah yang saat itu mendapat tugas di luar wilayah, atas keputusan bersama itu pula Satya dan keluarganya pindah dan tak lagi terlihat hingga kemarin, Satya kembali dan berniat meminang Fatimah, gadis cantik bermulut pedas yang dulu pernah menolak cinta tulus dari Satya.
"Ibu usahakan aku bisa bertemu dengan Satya sebelum pernikahan ini benar-benar terjadi, menikah itu hanya sekali seumur hidup, karena itulah Fatimah ingin bertemu dengan Satya dan memastikan apa pilihannya memang benar, atau justru Fatimah memilih pilihan yang salah dalam hidup.
"Ibu akan berusaha meminta apa yang kamu minta pada Bik Husn!" ujar Ibu.
"Fatimah kenapa?" tanya Bik Sumik saat melihat Fatimah masih menelungkupkan wajah di samping Ibu Halimah.
"Tidur dia," jawab Ibu Halimah yang begitu memahami bagaimana anaknya Fatimah pasti akan tidur setelah puas menangis.
"Apa dia baru selesai menangis?" selidik Bik Husna yang juga tahu dengan kebiasaan Fatimah sejak kecil.
"Iya, dia baru saja meluapkan emosi," jawab Ibu Halimah.
"Emosi kenapa?" Bik Husna mencoba menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku hanya mengingatkan sebuah kematian yang pasti akan di rasakan oleh setiap insan yang bernyawa," jawab Ibu Halimah.
"Jangan bilang kalau tadi Mbak memberi pesan jika umur Mbak tidak lama lagi," Bik Husna kembali menerka.
"Aku hanya mengatakan apa kata dokter agar Fatimah bisa menerima kenyataan dan kuat, aku tidak ingin dia terpuruk dan hancur karena kepergian diriku, Husna," Ibu Halimah menjelaskan apa maksud dirinya menceritakan semua yang telah dia ceritakan pada Fatimah.
"Meski begitu seharusnya Mbak tidak mengatakanya sekarang, ada waktunya Mbak harus menyimpannya dulu! Fatimah baru kemarin pulang dari pesantren, seenggaknya biarkan dia tenang dulu setelah melihat Mbak sakit seperti ini," tutur Bik Husna yang merasa jika keputusan kakak iparnya itu bukanlah keputusan yang benar.
"Kamu benar juga Husna, tapi aku sudah terlanjur menceritakan semuanya pada Fatimah, jadi biarlah, cepat atau lambat dia juga akan tahu, lebih baik tahu lebih awal dan mendapat kabar buruk itu langsung dariku, dari pada dia tahu dari orang lain, karena jika dia tahu dari orang lain, aku khawatir Fatimah akan semakin terpuruk dan kecewa," Ibu Halimah kembali memengingat jika apa yang telah dia lakukan tidak sepenuhnya salah.
"Kalau menurut Mbak seperti itu aku menurut saja," ujar Bik Husna yang memang merasa jika semua yang terjadi bukanlah urusannya yang terpenting saat ini rencana dia dan Satya sudah berhasil dan Bik Husna juga sudah mendapatkan imbalan yang memang sejak lama di incarnya.
Seutas senyum bahagia terlihat jelas di wajah Ibu Halimah, dia terus mengusap lembut kepala Fatimah yang membuatnya semakin lelap.
"Oh ya Husna, kemarin Fatimah mengutarakan keinginannya padaku," ujar Ibu Halimah yang baru ingat dengan keinginan Fatimah yang memang belum di sampaikan pada Husna.
"Fatimah ingin apa Mbak?" tanya Husna yang langsung menghentikan aktifitasnya menata makanan yang baru saja dia bawa.
"Fatimah ingin bertemu dengan calon suaminya sebelum mereka sah menjadi suami istri," jawab Ibu Halimah.
'Deg'
Jantung Husna seolah berhenti mengingat prediksinya menjadi kenyataan, apa yang dia perkirakan kemarin benar-benar terjadi, sekarang Fatimah ingin bertemu dengan Fatimah. Tapi Husna yang sudah menyiapkan jawaban kini mulai menguasai diri agar terlihat biasa saja.
"Satya sedang berada di luar negeri Mbak, dia sibuk mengurusi bisnisnya karena rencana pernikahannya akan membutuhkan waktu yang cukup, Satya juga bilang kalau dirinya harus mengambil cuti setelah menikah karena dia dan Fatimah pasti butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain, aku sempat berfikir jika Fatimah pasti ingin bertemu dengan calonnya, karena itulah aku menanyakan hal ini sebelum Mbak Halimah bertanya," jelas Husna dengan ekspresi wajah sendu yang tampak jelas di wajahnya.
Sejenak Ibu Halimah diam mencoba mencerna semua yang di katakan oleh Husna, hingga pada akhirnya dia mengerti bagaimana posisi Satya saat ini.
"Jika memang seperti itu keadaannya, maka aku akan mencoba menjelaskan semuanya pada Fatimah, dan kamu juga coba bantu aku untuk menjelaskan segalanya," sahut Ibu Halimah yang merasa jika apa yang di katakan Husna memang masuk akal dan dapat di maafkan, toh semua yang di lakukan Satya juga demi kebaikan Fatimah, apa yanh dia dapatkan dari kerja kerasnya nanti, Fatimah dan cucunya lah yang akan menikmatinya, dan Ibu Halimah sangat yakin jika Satya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang, Ibu Halimah yakin sejak pertama dia melihat Satya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments