Sebagai seorang anak yatim piatu, Ayla tahu bahkan ia sangat tahu bahwa kehadirannya hanyalah menjadi beban di keluarga paman dan bibinya.
Meskipun Ayla tidak pernah sama sekali meminta sesuatu pada mereka, tapi tetap saja sikap mereka yang tidak menyukainya selalu mengganggu pikiran Ayla.
Padahal ia sudah berusaha menjadi anak yang tidak akan pernah menyusahkan mereka, bahkan untuk Biaya sekolah saja Ayla ia bekerja keras supaya tidak merepotkan paman dan bibinya.
Tapi setidaknya Ayla masih bersyukur karena ia tidak pernah diperlakukan buruk atau di siksa oleh mereka, itu sebabnya Ayla masih tinggal disana, karena selain mereka ia tidak punya keluarga yang lainnya.
Tinggal di rumah yang sederhana, membuat paman dan bibinya kekurangan uang, apalagi mereka harus mengirimi uang untuk anak mereka yang sedang berkuliah di kota.
Saat ini Ayla tengah berdiri di depan pintu kamar paman dan bibinya, ia baru saja akan mengetuk pintu kamar mereka, namun saat mendengar perkataan pamannya, Ayla mulai menjauh berlari menuju kamarnya.
Ayla
"Aku gak mau disini lagi, udah saatnya aku pergi dari sini." gumam Ayla sambil membereskan baju-bajunya.
Namun saat ia sampai di ruang tamu ia malah di suguhkan pemandangan paman dan bibinya yang sedang menerima uang yang banyak dari seorang bapak-bapak yang berperawakan seperti juragan.
Saat Paman dan bibinya melihat ke arahnya Ayla segera melemparkan tasnya ke sembarang arah.
Bibi
"Ayla kemari nak, ada yang ingin bibi beritahukan ke padamu" perkataan itu mau tak mau membawa Ayla berjalan ke arah paman dan bibinya itu.
Ayla
"Ya Bibi, ada apaya?" sumpah demi apapun rasanya Ayla ingin sekali mencolok mata yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan liar itu.
paman
"Emm begini nak mengingat umurmu yang sekarang sudah menginjak 22 tahun, sudah waktunya kau menikah, dan pria yang sedang duduk itu adalah calon suamimu nak, namanya pak Anton beliau adalah juragan tanah yang ada di desa ini." jelas pamannya
Ayla
"Udah tahu, tadi kan aku denger waktu mau ke kamar kalian tadi," gumamnya seraya menatap tajam ke arah pria tua itu.
Bibi
"Kami telah menentukan tanggal pernikahan kalian, jadi.."
Ayla
"Tidak! aku tidak mau! selama ini aku selalu menuruti keinginan kalian, dan aku selalu saja sabar dengan keinginan kalian yang selalu memaksaku, tapi untuk kali ini tidak! aku tidak mau menikah apalagi dengan seorang paruh baya!" tekan Ayla yang tidak suka
Ayla
"Lagipula aku bisa mencari calon suami untuk diriku sendiri, kalian tidak perlu ikut campur ini hidupku, urusanku, cukup sampai disini kalian mengatur hidupku, dan sekarang tidak lagi!" Perkataan Ayla membuat Paman dan
Bibinya marah, tapi Ayla seakan tak peduli, ia sudah muak hidup sebagai boneka mereka yang selalu dimainkan sesuka hati mereka tanpa memikirkan perasaanya.
Bibi
"Kau! Kau berani berkata seperti itu Ayla? Apakau lupa siapa yang merawatmu hingga kau sebesar sekarang?! apakah begini caramu membalas budi kami?! dasar tidak tahu malu!" murka bibinya yang mana perkataannya semakin membuat Ayla sakit hati karena perkataannya.
Ayla
"Huh! balas budi? bukankah selama ini kalian hanya memberiku tempat tinggal, tapi untuk makan, sekolah dan lainnya aku melakukannya sendiri, aku bekerja untuk makan dan biaya sekolahku, sedangkan kalian? kalian malah mengambil apa yang seharusnya aku miliki untuk putri kalian itu! apakah itu yang disebut tidak tahu malu?" Paman Ayla maju dan menapar pipi kanan Ayla.
Plakk
Sakit, tentu saja Ayla berjalan mengambil tanya yang sempat di lemparnya tadi dan ia pergi melangkah meninggalkan rumah paman dan bibinya
Comments