BAB 5

Waktu menunjukan pukul dua sore ketika Devan masuk ke dalam kamar dan membawakan segelas es jeruk dan sepiring makanan.

ceklek...

Devan melangkah menuju ranjang yang di tiduri Tasya, dam meletakan nampan berisi makanan. ia mengerjap mengetahui suaminya datang, lalu menyandarkan diri pada sandaran tempat tidur.

"Nyenyak sekali istriku ini tidurnya." Devan duduk di sisi ranjang dan memberikan es jeruk itu, Tasya ragu mengambilnya, entah kenapa hal kecil yang di lakukan Devan membuatnya takut. Seperti segelas es jeruk ini, ia takut Devan menyisipkan racun di minuman itu, mungkin saja tujuan akhir dari segalanya kepalsuan ini adalah membunuh dirinya. Bagaimana pun di sinilah ia yang bertahta dalam urusan harta.

Tasya menghela napas panjang, ia menetralkan segala pikiran jahat itu, yang pasti ia harus lebih waspada saat ini.

"Simpan saja dulu, Mas. Aku ingin ke kamar mandi dulu." Tasya turun dari ranjang menuju kamar mandi tanpa banyak kata. Sementara Devan naik ke tempat tidur, dan membuka kaos yang di pakainya, lalu bersandar pada sandaran tempat tidur. Ia ingin merayu istrinya yang entah kenapa terlihat begitu cantik saat pulang tadi. Tasya memang sengaja menghabiskan uang banyak untuk berbelanja baju dan mempercantik diri. Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Sempet berpikir dalam benaknya melakukan tindakan yang sama seperti suaminya untuk membalas segala rasa sakit hati ini. Tapi ia masih memiliki kemampuan otaknya sesuai fungsinya yang Tuhan ciptakan sebagai manusia, tidak seperti Devan suaminya.

Tasya keluar dari kamar mandi, ia sedikit terkejut melihat suaminya yang sudah bersiap, untuk melakukan hubungan suami istri. Tapi ia mencoba untuk bersikap biasa saja dan berjalan menuju ranjangnya.

"Aku hari ini bener-bener pusing, Mas." ucapnya sebelum Devan mencoba merayunya.

"Sebentar saja, Sayang." mohon Devan.

"Aku serius, badanku ini rasanya lelah sekali, maaf ya, mas."

Devan menekuk wajahnya yang kecewa. Tasya tidak memperdulikan dan kembali naik ke ranjang dan membaringkan badannya, ia bergidik ngeri ketika harus membayangkan tubuhnya di jamah oleh suaminya, yang sudah bercumbu dengan wanita lain, Tasya jujur kerasa jijik, ia tidak bisa melayani suaminya seperti dulu.

"Ya sudah makan dulu makanannya, kamu belum makan sejak tadi."

"Nanti aku makan." jawabnya kembali sambil memejamkan mata.

Devan menoleh ke arah istrinya, ia mendekatkan diri lalu memijat dengan pelan kepala istrinya, Tasya menghela napas pelan, pijatannya masih terasa begitu nyaman, tidak ada yang berubah.

Ingin sekali rasanya berteriak, mengapa begitu tega ia merusak segala hal indah dan kebahagiaan ini dengan pengkhianatan. Tasya belum pernah terluka sampai sedalam ini, juga tidak pernah se-hancur sampai sejauh ini. Segenap hatinya telah pecah dan hancur.

Tanpa terasa satu tetes air mata turun dari sudut matanya, mengalir melewati batang hidungnya yang mancung.

"Kenapa Sayang?" tanya Devan menghapus air matanya. Tasya masih memejamkan matanya, ia tidak menjawab apa pun dan tidak berani berkata-kata, takut tidak bisa membendungnya.

"Hey... Ada yang mengganggu pikiranmu, kok gak cerita?" tanya Devan lagi.

"Gak apa-apa, mas. Aku hanya ingat ayah saja." ucap Tasya yang membuka matanya.

"Mau aku antar ke makam ayah?" tawarnya.

"Nanti saja, Mas."

Tasya bener-bener tidak kuasa menahan air matanya, seketika luruh dan membasahi pipinya. Ini bukan air mata kerinduan pada ayahnya, tapi air mata sakit hati yang ia rasakan sendiri. Devan adalah menantu kesayangan ayahnya, ia selalu bilang, bila suatu saat harus pergi sudah tenang menitipkan anak perempuannya pada Devan. Tapi dugaannya salah, Devan yang di puja tidak lebih dari manusia tidak berperasaan.

Pria itu membaringkan tubuhnya, lalu membawa Tasya ke dalam pelukannya. Tidak ada penolakan, Tasya tergugu dalam pelukan Devan sesaat, kemudian melepaskan diri ketika menghirup wangi tubuh suaminya tidak seperti dulu, ada bau wanita lain yang membuatnya selalu ingin muntah.

******

.

.

.

.

Hari berganti, pagi ini Tasya tidak bangun seperti biasanya, selepas shalat subuh. Ia kembali tidur dan baru keluar kamar pukul sembilan pagi.

"Mbak, gak ada makanan? bayiku nendang-nendang terus nih." ucap Sintia menghampiri Tasya yang sedang membuat teh hangat.

"Iya, belum belanja bulanan. Makan dulu aja yang ada, masih ada roti.": jawab Tasya.

"Aku gak mau roti."

"Ya udah cari saja sama mas Devan, aku masih pusing, gak enak badan." Tasya sengaja mengosongkan isi lemari es, agar Sintia dan suaminya bisa keluar dari rumah ini. Sehingga dirinya bisa leluasa memasang CCTV.

Tidak berapa lama suaminya datang menghampiri. Devan memeluk Tasya di depan Sintia, membuat gadis itu menekuk wajahnya, ia cemburu dan tidak suka dengan kelakuan Devan pada Tasya. Sementara Tasya merasa risih tapi tidak memberikan penolakan terhadap suaminya.

"Mas, kamu belanja ya, aku masih aga pusing, mau istirahat."

"Ok, sayang. kamu mau nitip apa?" tanya Devan.

Tasya menggeleng pelan. "Aku gak mau apa-apa, Ajak Sintia juga sekalian, bawa dia jalan-jalan, siapa tahu dia jenuh di rumah."

"Iya, Mbak. Aku sumpek banget di rumah terus, mau lihat dunia luar," timpal Sintia.

Tasya diam tidak menjawab sembari mengaduk teh hangat. Sementara Devan dan Sintia berlalu dari pandangannya, tidak lupa Devan menyematkan sebuah kecupan di kening istrinya.

Seiring suara deru mobil yang terdengar menjauh, Tasya tidak menyiakan kesempatan dan langsung masuk ke dalam kamar Sintia.

ceklek...

Tasya membuka pintu kamar Sintia dan langsung masuk ke dalam kamar Sintia, ia memulai memasangnya di bantu oleh mang Ade tukang kebun mereka.

"Mang jangan bilang bapak atau siapapun tentang CCtV ini." ucap Tasya ketika satu kamera terpasang.

"Tidak, Bu. Saya amanah."

"Terima kasih, Mang." balasnya lirih.

Tidak hanya di kamar Sintia, CCTV pun di pasang di ruang tamu dan beberapa tempat lainnya. Seluruh aktivitasnya pun langsung terkoneksi ke ponselnya.

Tasya duduk di pinggir tempat tidur Sintia, lemas tubuhnya seperti tidak bisa menopang diri sendiri. Pandangannya teralih ketika di sebuah meja ada ponsel, seperti milik Sintia. Ragu-ragu ia mengambilnya, tangan itu bergetar untuk mengambil ponsel Sintia.

Ia mengurungkan niatnya, Tasya yakin Sintia lebih pintar dan tidak menyimpan apa pun di ponselnya. Tapi hati terus bergerak untuk melihat isi di dalamnya, ada dorongan yang memaksa Tasya hingga akhirnya ponsel itu ia raih.

Tidak terkunci. Hanya sekali usap layarnya terbuka, ia membuka whatsApp, tidak ada satu pun pesan. Kemudian pindah menyusuri galeri foto, jantungnya berdegup kencang, tangannya bergetar hebat, sebuah foto Sintia dan Devan juga keluarga Devan ada di sana, suaminya mencium mesra pipi gadis itu, sementara yang lainnya tertawa.

Tasya menutup mulutnya, ia ingin berteriak. Tidak menyangka bila semua orang mengkhianatinya. Bahkan Tasya mengenali betul latar belakang mereka berfoto, rumah ini, rumah peninggalan ayahnya.

Rasa penasaran tidak sampai di situ, Tasya menggeser dan banyak sekali koleksi kebersamaan dengan keluarga Devan, ada yang hanya berdua sambil berpelukan, ada juga yang bersama mertuanya, juga bertiga dengan adik iparnya.

Ia menutup galeri foto, lalu membuka folder lainnya. Beberapa Vidio mereka sedang berlibur dengan keluarga suaminya, bahkan ada Sintia yang hanya memakai bikini di pinggir pantai sambil di peluk Devan.

Tak sampai di sana, waktu Vidio terakhir. Devan sedang bergumul mesra tanpa sehelai benang pun, dua manusia ****** itu bercucuran penuh di iringi lengguhan panjang.

Tasya tidak sanggup lagi, ia menutup ponsel itu dan kembali menyimpannya di meja. Tangisnya pecah, ia menunduk sambil tergugu, sakitnya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Mang Ade memperhatikan dari balik pintu, jujur saja ia tidak tega pada majikannya, di matanya, Tasya adalah sosok yang baik hati dan tulus, tentunya mang Ade pun salah satu yang menjadi saksi atas semua perselingkuhan tuannya.

.

.

.

Kenapa kamu tega mas, melakukan semua ini. Apa salahku..

Terpopuler

Comments

Zanzan

Zanzan

udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...

2024-08-05

0

Shepty Ani

Shepty Ani

kenapa nggak dikirim vidionya sama foto"nya dr sambil nunggu hasil cctv

2024-07-10

0

Surati

Surati

wowwwww....satu kata tuk penghianat. Ternyata keluarga suaminya udah tau dan mendukung perselingkuhan.ckckck

2023-02-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!