Devan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah setelah kedatangannya tempo hari. Sementara untuk urusan pekerjaannya di limpahkan seluruhnya kepada orang-orang kepercayaan nya di kantor.
Sudah 2 Minggu, Tasya memanjakan Sintia seperti adiknya sendiri, apapun yang di minta, ia selalu penuhi, semua demi anak yang di kandungannya. Anak yang akan menjadi anaknya nanti.
Mereka bertiga berkumpul di ruang televisi, Tasya bersandar dengan nyaman di pelukan suaminya. Sementara Sintia berada di kursi yang lain tidak jauh dari Devan, keduanya terlihat sesekali mencuri pandang dan memberikan banyak isyarat manja, menjijikan. Meski begitu Tasya hingga saat ini belum menyadari segala kegiatan mereka lakukan di belakang Tasya.
"Sayang, buatkan kopi atau coklat panas ya," ucap Devan pada istrinya, Tasya melepas sandarannya dan beranjak dari duduknya untuk membuatkan pesenan suaminya.
Tasya sebelum melangkah ke dapur menengok ke arah Sintia.
"Kamu mau juga? Sekalian Mbak bikinin." menawari Sintia yang duduk santai.
Gadis itu hanya mengangguk dengan senyum khasnya menerima tawaran mbaknya. Seiring dengan Tasya yang beranjak pergi ke dapur, Devan menjulurkan tangannya untuk memegang tangan Sintia. Ia menyambutnya dengan senyum yang hangat, hingga kemudian tangan itu di cium berkali-kali oleh Devan sampai akhirnya di lepaskan kembali karna takut ketahuan oleh Tasya.
*****
.
.
.
Malam ini hujan begitu lebat, hujan yang turun dengan derasnya. Waktu menunjukan pukul sembilan malam, ketika Devan masih berkutat dengan laptopnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, karna Devan tidak masuk kerja beberapa hari.
Tasya menghampiri suaminya setelah selesai dari kamar mandi untuk membersihkan dan mengganti bajunya.
"Sayang mau tidur jam berapa?" tanya Tasya.
"Sebentar lagi, ada pekerjaan yang harus di selesaikan sekarang juga, mau di kirim ke asisten ku, kamu tidur duluan aja, entar aku nyusul ya."
Tasya mengangguk pelan dan beranjak menuju tempat tidurnya, Tasya mulai memejamkan matanya, merasakan kantuk yang mulai merasa berat.
Dengkuran halus mulai terdengar, Devan melihat wajah istrinya kemudian kemudian menyimpan laptopnya di samping balas. Pelan-pelan ia beranjak dari tempat tidurnya. Mengedap-edap keluar dari kamar ini dan membuka pintu sangat pelan agar tidak ketahuan Tasya.
Sintia sudah menunggunya sejak tadi. Seiringnya dengan Devan yang pergi dari kamarnya, Tasya membuka mata dan melihat kearah pintu yang terbuka tadi.
Ia menghela napas panjang dan menatap kosong ke arah langit-langit. Betapa waktu berperang dengan gemuruh di hatinya, Tasya menyibakkan selimut dan pelan-pelan turun dari ranjang. Ia menyeret langkahnya menuju keluar kamar ini.
Tasya melangkah dengan pelan, bahkan ia menutup pintu kamarnya dengan pelan dan hati-hati. Hening tercipta, hanya suara detak jantungnya yang terdengar bergemuruh kencang.
lagi... iya menghela napas panjang, memberikan restorasi pada dadanya yang sesak. melangkah menuju tempat kamar Sintia, Ia tidak mendengar apa pun. Tasya kembali merekatkan daun telinganya. Terdengar ******* halus mulai terdengar, suara suaminya yang sangat ia kenal. Tasya menutup mulutnya terkejut dengan yang di dengarnya. Ia ingin teriak, menangis sekenceng-kencengnya. Setelah suara lenguhan panjang yang terdengar di akhir permainan suaminya membuat Tasya merasa sesak mendengar semua itu.
Tungkai kakinya lemas, keberdayaannya hilang. Ingin rasanya ia dobrak pintu ini dan membunuh mereka berdua yang menipu ya. Rasa sakitnya tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata, mungkin lebih dari pedang yang menancap pada dadanya. Orang yang selama ini ia agung-agungkan kepada dunia ternyata hanya seorang bajingan.
Tasya menyeret langkah kembali dengan sia-sia tenaga yang tersisa. Ia tidak sedang kalah dan tidak boleh lemah untuk menghadapi seorang bajingan. Masuk ke kamar itu untuk dan memergoki mereka saat ini hanya akan memenangkan emosi dan rasa marah yang mungkin akan menjadi kebodohan. Ia tidak akan mendapatkan apapun, Entah sejak kapan Devan menutupinya, yang pasti ia tidak akan ingin kehilangan lagi banyak hal. Tasya harus menyamankan hal lain yang sudah seharusnya menjadi miliknya.
cek lek.
Ia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan pelan menuju ranjangnya. Ia membaringkan tubuhnya dan menutup diri dengan selimut, menangis sejadi-jadinya, membiarkan rasa sakit itu berkurang seiring dengan air mata yang terus jatuh. Ini hal gila yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, suami yang di puja-puja seperti dewa tidak lebih hanya seorang iblis yang berkedok malaikat.
Setengah jam kemudian suara pintu terdengar di buka.
cek lek.
Seketika Tasya menghentikan tangisnya dan memejamkan matanya rapat-rapat untuk tidak di ketahui oleh Devan.
Devan menuju tempat tidurnya dan naik ke atas ranjang, dan menyingkap selimut Tasya dan mengecupnya perlahan. Untuk pertama kalinya ia merasa begitu jijik di sentuh oleh Devan, apa lagi ketika membayangkan bibir itu baru saja ******* bibir wanita lain.
Devan kembali membetulkan selimut istrinya dan berbaring di sebelah istrinya sampai terdengar dengkuran halus.
Tasya gelisah tidak bisa tidur kembali. Ia pun beranjak dan mengambil air wudhu, lalu bersimpuh meminta kekuatan dengan cobaan yang ia rasakan dan di beri kekuatan untuk menjalaninya.
*
*
*
*
kicauan burung tidak lagi terdengar berirama, sepagi ini Tasya sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi.
Tiba-tiba Devan memeluknya dari belakang, membuat membuat Tasya kaget namun ia tidak merespon apa pun.
"Hari ini aku izin pulang ke rumah sebentar, ya. Ada yang mau aku ambil."
"Aku antar ya, sayang" ucap Devan mendaratkan dagunya di bahu citra.
"Tidak usah, aku sendiri saja. Takut Sintia butuh apa-apa, nanti dia bingung."
"Aku gak enak berduaan saja sama dia, risih Yang."
Tasya ingin muntah seketika mendengar ucapan suaminya. Pria yang kini bersamanya ternyata tidak lebih dari manusia dengan akal yang buruk.
Kepulangan Tasya untuk mengamankan semua berkas dan aset berharga yang ia miliki selama mereka bersama. Ia tidak ingin pergi dengan sia-sia dan begitu saja. Tasya berjanji akan memiskinkan suaminya sampai ia dan wanita murahan itu hidup menjadi gelandangan di jalan.
.
.
.
AKU kecewa mas atas menghianatan yang kamu lakukan padaku, apakah aku kuat jalanin semua ini..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
2024-08-10
0
Saadah Rangkuti
bagus tasya gercep ☺️☺️
2024-07-31
0
NBF
well done 👍
2024-07-04
0