Pembunuh Dalam Bayangan

Pembunuh Dalam Bayangan

Balas Dendam

Namanya Sarah, dia adalah seorang korban bullying di kelasnya. Setiap hari dia tak pernah lepas dari bullyan teman kelasnya sendiri. Entah itu murid laki-laki atau perempuan semuanya sama, selalu menjadikannya sebagai bahan candaan mereka. Pernah suatu hari saat masuk kelas mejanya sudah penuh dengan coretan-coretan. Segala bentuk caci maki dan umpatan semuanya tertulis di mejanya. Namun ia tetap diam dan segera menghapusnya tanpa banyak bicara. Teman-temannya hanya melihat sambil sesekali tertawa cekikikan tanpa rasa peduli sedikitpun. Semakin berjalannya waktu bullyan mereka semakin diluar batas. Bukan hanya sekedar mengganggu tapi sudah hampir membuat dirinya celaka. Namun entah mengapa ia masih tidak berani untuk melawan mereka yang menindas nya meski di dalam hati kecil Sarah ingin sekali membalas perbuatan mereka, namun sepertinya itu mustahil karena ia ini lemah, pengecut, dan hanya berharap pada keajaiban yang belum pasti kapan akan datang.
***
Pagi ini aku kembali dijahili oleh mereka. Tasku direbut kemudian dilemparkan ke sana ke mari dan membiarkanku untuk mengambilnya. Aku berusaha mengambil tasku kembali tapi tidak bisa. Kemudian salah satu murid cewek bernama Wulan mengambilkan tasku dari mereka. Aku merasa sedikit senang karena ada yang mau membela ku. Namun saat aku akan menerima tasku dengan sengaja Wulan membalikkannya sehingga membuat seluruh isi tasku jatuh berantakan ke lantai. Wulan kemudian membuang tasku dan menertawakanku.
Wulan
Wulan
Kau pikir aku akan menolongmu? Maaf saja, aku tidak sudi menolong gadis jelek sepertimu!
Wulan tertawa, menatap hina diriku.
Murid yang lain ikut tertawa dan aku hanya bisa diam sembari duduk dilantai mengemasi barang-barangku yang berserakan.
Keesokan harinya aku kembali dijahili oleh mereka. Kali ini lebih parah dari yang kemarin. Pada saat aku pergi ke toilet sekolah, tiba-tiba aku disiram dari atas menggunakan air bekas sampah. Aku yang tidak sempat menghindar akhirnya tersiram oleh air itu. Saat aku keluar dari toilet semua mata menatapku dan menunjukkan ekspresi jijik terhadapku. Aku hanya berjalan sembari menunduk tanpa berani menatap mata mereka.
Karena kejadian tersebut, alhasil aku tidak jadi sekolah dan memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah aku melihat sekumpulan orang sedang berkerumun di rumahku.
Aku pun mencoba untuk menerobos masuk ke dalam dan saat sampai di dalam aku mendapati tubuh ibu yang sudah terbujur kaku di lantai. Aku menangis, berteriak sekencang-kencangnya dan langsung memeluk tubuh ibu yang sudah dingin itu. Aku tahu jika ibu mengidap penyakit asma namun aku tidak pernah menyangka jika beliau akan meninggal secepat ini.
Sarah
Sarah
Kenapa ibu harus meninggalkanku secepat ini?! //Tangisku sesenggukan//
Tanpa menunda waktu lama ibu segera dimakamkan. Aku merasa sangat kehilangan sekali setelah kepergian ibu. Sudah tidak ada lagi tempatku tuk berbagi cerita di dunia ini.
Saat di tengah perjalanan pulang setelah mengantar pemakaman jenazah ibu, tiba-tiba salah satu tetanggaku memberitahu bahwa ibu tidak meninggal secara alami melainkan ada penyebabnya.
Menurut penjelasan dari tetanggaku yang menjadi saksi mata itu, ia sempat melihat segerombolan anak muda seusiaku mendekati ibu yang sedang duduk di beranda rumah.
Kemudian mereka seperti mengatakan sesuatu yang membuat penyakit ibu ku kambuh. Namun, bukannya menolong mereka malah merebut alat bantu pernafasan ibuku dan memainkannya untuk lempar-lemparan.
Tetanggaku yang melihat kejadian tersebut segera mendatangi ibu untuk menolongnya. Tapi terlambat, ibu sudah kehabisan oksigen dan meninggal di tempat. Anak muda yang mengganggu ibuku tadi langsung pergi melarikan diri, jelas tetanggaku.
Sarah
Sarah
Apa bapak ingat ciri-ciri mereka?!
Tanyaku menahan amarah.
Tetangga Sarah
Tetangga Sarah
Bapak agak lupa sih ciri-cirinya. Tapi kalau tidak salah, salah satu di antara mereka adalah cewek dengan rambut sebahu, berwarna merah, tubuhnya pendek dan juga kurus. Oh iya, kalau tidak salah ada satu tahilalat di dekat mulutnya.
Jelas tetanggaku sembari mengingat ciri-ciri dari pelaku tersebut.
Dari sini aku bisa menebak jika pelakunya tidak lain adalah teman kelasku sendiri. Kebetulan hari ini dia tidak masuk dan ciri-ciri dari anak yang disebutkan oleh tetanggaku tadi persis sekali dengan Liyana, teman dekat Wulan.
Amarahku semakin tak terbendung lagi.
Sarah
Sarah
Selama ini aku terima jika mereka menjadikanku bahan bullyan. Tapi, ini sudah sangat kelewatan! Aku tidak akan diam saja untuk kali ini. Aku harus balas dendam pada mereka atas kematian ibuku!
Gertakku sambil berlari pulang ke rumah.
Sarah
Sarah
Awas saja kalian! Akan kubalas perbuatan kalian semua yang telah merenggut nyawa ibuku!
Sesampainya di rumah aku segera mandi lalu berganti pakaian. Setelah itu aku menulis daftar semua siswa di kelasku yang berjumlah 35 orang, tidak termasuk denganku. Ku tulis satu persatu nama mereka sesuai absen dengan penuh amarah dan juga kebencian.
Setelah semuanya selesai, aku mengambil sebuah pisau peninggalan ibu yang biasa ia gunakan untuk memasak makanan kesukaanku. Bloody, nama yang kuberikan pada pisau tersebut dan aku pastikan, malam ini ia akan dipenuhi dengan darah segar.
Aku meletakkan Bloody di samping tempat tidurku. Kemudian aku memasang alarm agar berbunyi tepat pukul 12 malam nanti. Setelah semua persiapan selesai aku segera tidur untuk mengumpulkan tenaga.
BIP!
BIP!
BIP!
Tepat pukul 12 malam alarm berbunyi. Aku segera bangun dari tempat tidur dan segera bersiap-siap.
Sarah
Sarah
Aku tidak sabar ingin segera melihat wajah mereka yang penuh dengan darah segar... Hahahaha!!! //Smirk//
Aku segera memakai dress terusan ku yang berwarna hitam lengkap dengan stocking di tangan. Tak lupa aku juga memakai sebuah topeng agar saat melancarkan aksi tidak akan ada yang bisa mengenali wajahku. Dan tentu saja aku juga tak akan melupakan Bloody, partner istimewa yang akan menemaniku melancarkan aksi malam ini.
Setelah semua perlengkapan siap, aku segera pergi dari rumah. Tujuan pertama aku adalah rumah Liyana, karena dia yang sudah terbukti sebagai pelaku atas kematian ibu.
Sekitar 2 kilo meter aku berjalan kaki, hingga akhirnya sampai lah aku dirumahnya. Aku mengendap-endap disekitar rumahnya untuk mencari jendela kamar tempat ia tidur. Dua menit berlalu akhirnya kutemukan juga kamar Liyana saat ku intip melalui lubang kecil di sekitar jendelanya.
Pelan-pelan aku mencongkel jendela kamarnya menggunakan pisau yang ku bawa. Tak menunggu waktu lama jendela berhasil terbuka dan aku segera melompat masuk ke dalam kamarnya. Tampak ia sedang tidur dengan sangat pulas.
Sarah
Sarah
Sepertinya nyenyak sekali tidurmu, apakah mimpimu indah? Kalau iya mungkin akan lebih baik jika kau tidak usah bangun lagi agar mimpi indahmu berlangsung selamanya.
Gumamku pada Liyana sambil memandangi wajahnya yang sedang tertidur pulas itu.
Tanpa perlu berlama-lama lagi segera ku angkat pisauku dan ku hunuskan dengan cepat ke jantungnya.
JLEB!
Liyana
Liyana
AKKHHH!
Seketika tempat tidur Liyana berlumuran darah segar yang mengalir dari dadanya yang sudah kulubangi itu.
Sarah
Sarah
Minta maaf lah pada ibuku di akhirat sana!
Ucapku dingin sambil memandangi wajah Liyana yang kejang-kejang menghadapi sakaratul maut tersebut.
Setelah berhasil membunuh Liyana aku segera pergi dari sana sebelum orangtuanya mengetahui bahwa anaknya telah tewas.
Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah kursi taman sambil melihat daftar nama yang telah ku tulis.
Sarah
Sarah
Hmm, Liyana sudah.. selanjutnya siapa lagi, ya?
Gumamku sambil mencoret nama Liyana dari daftar nama.
Sarah
Sarah
Hmm, mungkin target selanjutnya adalah teman dekat Liyana, yang tidak lain adalah... Wulan! Hahahaha!
Tertawa jahat diiringi seringai kejam.
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!