NovelToon NovelToon

Pembunuh Dalam Bayangan

Balas Dendam

Namanya Sarah, dia adalah seorang korban bullying di kelasnya. Setiap hari dia tak pernah lepas dari bullyan teman kelasnya sendiri. Entah itu murid laki-laki atau perempuan semuanya sama, selalu menjadikannya sebagai bahan candaan mereka. Pernah suatu hari saat masuk kelas mejanya sudah penuh dengan coretan-coretan. Segala bentuk caci maki dan umpatan semuanya tertulis di mejanya. Namun ia tetap diam dan segera menghapusnya tanpa banyak bicara. Teman-temannya hanya melihat sambil sesekali tertawa cekikikan tanpa rasa peduli sedikitpun. Semakin berjalannya waktu bullyan mereka semakin diluar batas. Bukan hanya sekedar mengganggu tapi sudah hampir membuat dirinya celaka. Namun entah mengapa ia masih tidak berani untuk melawan mereka yang menindas nya meski di dalam hati kecil Sarah ingin sekali membalas perbuatan mereka, namun sepertinya itu mustahil karena ia ini lemah, pengecut, dan hanya berharap pada keajaiban yang belum pasti kapan akan datang.
***
Pagi ini aku kembali dijahili oleh mereka. Tasku direbut kemudian dilemparkan ke sana ke mari dan membiarkanku untuk mengambilnya. Aku berusaha mengambil tasku kembali tapi tidak bisa. Kemudian salah satu murid cewek bernama Wulan mengambilkan tasku dari mereka. Aku merasa sedikit senang karena ada yang mau membela ku. Namun saat aku akan menerima tasku dengan sengaja Wulan membalikkannya sehingga membuat seluruh isi tasku jatuh berantakan ke lantai. Wulan kemudian membuang tasku dan menertawakanku.
Wulan
Wulan
Kau pikir aku akan menolongmu? Maaf saja, aku tidak sudi menolong gadis jelek sepertimu!
Wulan tertawa, menatap hina diriku.
Murid yang lain ikut tertawa dan aku hanya bisa diam sembari duduk dilantai mengemasi barang-barangku yang berserakan.
Keesokan harinya aku kembali dijahili oleh mereka. Kali ini lebih parah dari yang kemarin. Pada saat aku pergi ke toilet sekolah, tiba-tiba aku disiram dari atas menggunakan air bekas sampah. Aku yang tidak sempat menghindar akhirnya tersiram oleh air itu. Saat aku keluar dari toilet semua mata menatapku dan menunjukkan ekspresi jijik terhadapku. Aku hanya berjalan sembari menunduk tanpa berani menatap mata mereka.
Karena kejadian tersebut, alhasil aku tidak jadi sekolah dan memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah aku melihat sekumpulan orang sedang berkerumun di rumahku.
Aku pun mencoba untuk menerobos masuk ke dalam dan saat sampai di dalam aku mendapati tubuh ibu yang sudah terbujur kaku di lantai. Aku menangis, berteriak sekencang-kencangnya dan langsung memeluk tubuh ibu yang sudah dingin itu. Aku tahu jika ibu mengidap penyakit asma namun aku tidak pernah menyangka jika beliau akan meninggal secepat ini.
Sarah
Sarah
Kenapa ibu harus meninggalkanku secepat ini?! //Tangisku sesenggukan//
Tanpa menunda waktu lama ibu segera dimakamkan. Aku merasa sangat kehilangan sekali setelah kepergian ibu. Sudah tidak ada lagi tempatku tuk berbagi cerita di dunia ini.
Saat di tengah perjalanan pulang setelah mengantar pemakaman jenazah ibu, tiba-tiba salah satu tetanggaku memberitahu bahwa ibu tidak meninggal secara alami melainkan ada penyebabnya.
Menurut penjelasan dari tetanggaku yang menjadi saksi mata itu, ia sempat melihat segerombolan anak muda seusiaku mendekati ibu yang sedang duduk di beranda rumah.
Kemudian mereka seperti mengatakan sesuatu yang membuat penyakit ibu ku kambuh. Namun, bukannya menolong mereka malah merebut alat bantu pernafasan ibuku dan memainkannya untuk lempar-lemparan.
Tetanggaku yang melihat kejadian tersebut segera mendatangi ibu untuk menolongnya. Tapi terlambat, ibu sudah kehabisan oksigen dan meninggal di tempat. Anak muda yang mengganggu ibuku tadi langsung pergi melarikan diri, jelas tetanggaku.
Sarah
Sarah
Apa bapak ingat ciri-ciri mereka?!
Tanyaku menahan amarah.
Tetangga Sarah
Tetangga Sarah
Bapak agak lupa sih ciri-cirinya. Tapi kalau tidak salah, salah satu di antara mereka adalah cewek dengan rambut sebahu, berwarna merah, tubuhnya pendek dan juga kurus. Oh iya, kalau tidak salah ada satu tahilalat di dekat mulutnya.
Jelas tetanggaku sembari mengingat ciri-ciri dari pelaku tersebut.
Dari sini aku bisa menebak jika pelakunya tidak lain adalah teman kelasku sendiri. Kebetulan hari ini dia tidak masuk dan ciri-ciri dari anak yang disebutkan oleh tetanggaku tadi persis sekali dengan Liyana, teman dekat Wulan.
Amarahku semakin tak terbendung lagi.
Sarah
Sarah
Selama ini aku terima jika mereka menjadikanku bahan bullyan. Tapi, ini sudah sangat kelewatan! Aku tidak akan diam saja untuk kali ini. Aku harus balas dendam pada mereka atas kematian ibuku!
Gertakku sambil berlari pulang ke rumah.
Sarah
Sarah
Awas saja kalian! Akan kubalas perbuatan kalian semua yang telah merenggut nyawa ibuku!
Sesampainya di rumah aku segera mandi lalu berganti pakaian. Setelah itu aku menulis daftar semua siswa di kelasku yang berjumlah 35 orang, tidak termasuk denganku. Ku tulis satu persatu nama mereka sesuai absen dengan penuh amarah dan juga kebencian.
Setelah semuanya selesai, aku mengambil sebuah pisau peninggalan ibu yang biasa ia gunakan untuk memasak makanan kesukaanku. Bloody, nama yang kuberikan pada pisau tersebut dan aku pastikan, malam ini ia akan dipenuhi dengan darah segar.
Aku meletakkan Bloody di samping tempat tidurku. Kemudian aku memasang alarm agar berbunyi tepat pukul 12 malam nanti. Setelah semua persiapan selesai aku segera tidur untuk mengumpulkan tenaga.
BIP!
BIP!
BIP!
Tepat pukul 12 malam alarm berbunyi. Aku segera bangun dari tempat tidur dan segera bersiap-siap.
Sarah
Sarah
Aku tidak sabar ingin segera melihat wajah mereka yang penuh dengan darah segar... Hahahaha!!! //Smirk//
Aku segera memakai dress terusan ku yang berwarna hitam lengkap dengan stocking di tangan. Tak lupa aku juga memakai sebuah topeng agar saat melancarkan aksi tidak akan ada yang bisa mengenali wajahku. Dan tentu saja aku juga tak akan melupakan Bloody, partner istimewa yang akan menemaniku melancarkan aksi malam ini.
Setelah semua perlengkapan siap, aku segera pergi dari rumah. Tujuan pertama aku adalah rumah Liyana, karena dia yang sudah terbukti sebagai pelaku atas kematian ibu.
Sekitar 2 kilo meter aku berjalan kaki, hingga akhirnya sampai lah aku dirumahnya. Aku mengendap-endap disekitar rumahnya untuk mencari jendela kamar tempat ia tidur. Dua menit berlalu akhirnya kutemukan juga kamar Liyana saat ku intip melalui lubang kecil di sekitar jendelanya.
Pelan-pelan aku mencongkel jendela kamarnya menggunakan pisau yang ku bawa. Tak menunggu waktu lama jendela berhasil terbuka dan aku segera melompat masuk ke dalam kamarnya. Tampak ia sedang tidur dengan sangat pulas.
Sarah
Sarah
Sepertinya nyenyak sekali tidurmu, apakah mimpimu indah? Kalau iya mungkin akan lebih baik jika kau tidak usah bangun lagi agar mimpi indahmu berlangsung selamanya.
Gumamku pada Liyana sambil memandangi wajahnya yang sedang tertidur pulas itu.
Tanpa perlu berlama-lama lagi segera ku angkat pisauku dan ku hunuskan dengan cepat ke jantungnya.
JLEB!
Liyana
Liyana
AKKHHH!
Seketika tempat tidur Liyana berlumuran darah segar yang mengalir dari dadanya yang sudah kulubangi itu.
Sarah
Sarah
Minta maaf lah pada ibuku di akhirat sana!
Ucapku dingin sambil memandangi wajah Liyana yang kejang-kejang menghadapi sakaratul maut tersebut.
Setelah berhasil membunuh Liyana aku segera pergi dari sana sebelum orangtuanya mengetahui bahwa anaknya telah tewas.
Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah kursi taman sambil melihat daftar nama yang telah ku tulis.
Sarah
Sarah
Hmm, Liyana sudah.. selanjutnya siapa lagi, ya?
Gumamku sambil mencoret nama Liyana dari daftar nama.
Sarah
Sarah
Hmm, mungkin target selanjutnya adalah teman dekat Liyana, yang tidak lain adalah... Wulan! Hahahaha!
Tertawa jahat diiringi seringai kejam.

Amarah

Segera ku bangkit dari tempat istirahat dan bersiap menuju rumah Wulan yang berjarak 1,5 kilometer lagi dari sini. Bagiku jarak tidak menjadi penghalang untuk membunuh target. Karena ambisiku untuk membunuh jauh lebih besar daripada jarak yang menghalangi.
Rasa dendam ini lah yang membuat ambisiku besar dan tak akan pernah padam sebelum aku menghabisi mereka semua dengan tanganku sendiri.
1,5 kilometer sudah ku tempuh dan kini aku tepat berada di depan rumah Wulan. Rumahnya tepat di pinggir jalan, besar dan berpagar. Wajar saja karena dia anak orang kaya. Tapi itu tidak menyurutkan tekadku untuk membunuhnya.
Ku simpan Bloody di saku belakang, lalu dengan perlahan mulai memanjat pagar setinggi 4 meter tersebut.
KRIET! KRIET! KRIET!
Bunyi pagar yang berdecit saat kunaiki, membuat satpam rumahnya bangun dan menyadari kehadiranku.
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
Hei! Siapa kau?!
Teriaknya sesaat setelah aku turun dari pagar.
Satpam itu mengacungkan tongkatnya sambil memegang HT bermaksud menghubungi tuannya.
Sarah
Sarah
Cih, merepotkan saja!
Aku mengambil Bloody yang ku simpan di saku belakang. Menggenggamnya dengan siaga.
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
Hei! Letakkan senjata mu! Dasar maling!
Satpam itu menekan tombol di HT-nya dan sesaat setelah tersambung segera ia melapor.
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
Lapor! Disini ada ma-!!
Belum habis laporannya, aku segera berlari ke arahnya lalu menendang HT yang ia genggam dengan kaki kananku.
DEZZ!
KLOTAK!
HT milik si satpam terjatuh ke tanah terkena tendanganku.
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
Sialan kau maling!!!
Satpam itu memukulkan tongkatnya ke arahku. Namun dengan sigap, aku segera menghindar.
Sarah
Sarah
HAP! HAP! HAP!
Aku salto ke belakang sebanyak tiga kali.
Sarah
Sarah
Tidak semudah itu kamu bisa menangkap ku! //Menyeringai//
Mengacungkan Bloody-ku ke arahnya.
Satpam itu tidak berniat melawanku, melainkan berniat untuk mengambil HT-nya kembali bermaksud melapor dan mungkin saja meminta bantuan.
Sarah
Sarah
Hrrgh! Tidak akan kubiarkan!!
Aku melempar Bloody ke arahnya dan..
JLEB!!
Tepat mengenai tangannya yang hendak mengambil HT tersebut.
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
ARRGGGHH!! TANGANKU!!
Satpam itu mengerang kesakitan sambil memegang tangannya yang tertancap pisau.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saat ia sedang lengah dengan cepat aku segera berlari ke arahnya dan mendaratkan tendangan tepat di alat vitalnya.
BUGG!!
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
AKKHHH!!
Membuatnya jatuh tersungkur ke tanah sambil meraung-raung akibat terkena tendangan yang fatal dariku.
Kucabut bloody dari tangan satpam tersebut yang membuatnya semakin meraung sangat kencang.
Satpam rumah Wulan
Satpam rumah Wulan
AARGHH!! AKHH!!
Karena tidak tahan dengan raungan tersebut aku langsung bertindak dengan menjejak mulutnya berkali-kali dengan sangat keras hingga ia terdiam dan mungkin saja sudah mati.
Sarah
Sarah
Akhirnya tenang juga, kurasa begini lebih baik.
Aku membalikkan badan dan saat kulihat lampu di rumah Wulan sudah menyala semua yang menandakan jika penghuninya sudah terbangun.
Sarah
Sarah
Cih, mungkin karena suara raungan tadi, membuat mereka jadi terbangun. Merepotkan saja!
Gerutuku yang tak senang karena rencana membunuh Wulan gagal. Mau tidak mau aku harus segera pergi dari sini atau aku akan ketahuan meski mereka tak mungkin bisa mengenaliku yang memakai topeng ini.
Aku menyimpan kembali Bloody di kantong belakang, kemudian bersiap memanjat pagar untuk kabur.
***
Keesokan paginya sekolahku berduka atas kematian Liyana. Terlebih Wulan yang merupakan sahabat dekatnya, dan seluruh murid di kelasku. Mereka tak menyangka jika Liyana akan pergi secepat itu.
Semuanya menangis, kecuali aku. Ya, hanya aku yang tidak menangis karena akulah pembunuhnya.
Wulan
Wulan
Hei! Kurang ajar kau! Bisa-bisanya kamu tidak menangis saat ada teman kita yang meninggal!! Dimana rasa empatimu?!!
Wulan tiba-tiba menghampiriku saat jam istirahat dan menggebrak mejaku.
Sarah
Sarah
Teman? Aku bahkan tidak menganggapnya teman, begitu juga dengan kalian. Jadi untuk apa aku berempati?!
Jawabku dengan datar tanpa menoleh ke arahnya.
Wulan
Wulan
Hrrrrgh! Kurang ajar! Berani-beraninya kau berkata seperti itu!! Dasar sampah!!
PLAK!
Wulan menamparku dengan keras, hingga suaranya terdengar oleh seisi kelas.
Aku berdiri dari kursi ku dan menatapnya tajam.
Wulan
Wulan
Apa?!! Sudah berani melawan kau, hah?!
Gertak Wulan tepat di depan wajahku. Aku sama sekali tak bergeming dan terus menatapnya dengan tajam sambil mengepalkan tangan.
Sorot matanya mulai ketakutan saat bertatapan denganku. Ya, aku bisa merasakan aura ketakutan tersebut. Sangat terlihat jelas pada diri Wulan. Ia hanya bersikap sok keras menindasku hanya karena aku memang korban bully di kelas ini. Tapi, aku yakin sekali jika ia tak lebih hanyalah seorang pengecut jika tanpa bantuan dari teman-temannya.
Wulan
Wulan
Cukup! Aku sudah muak denganmu!!
Sekali lagi Wulan hendak melayangkan tamparannya ke wajahku yang dengan sigap langsung ditangkap Andri dari belakang. Dia adalah pacar Wulan.
Andri
Andri
Sudah sayang, tidak usah pedulikan gadis sampah seperti dia!
Bujuk Andri ke pacarnya sambil menatapku sinis penuh hina.
Wulan
Wulan
Cih, awas saja kau! Hidupmu tak akan pernah tenang! Dasar anak yatim piatu!
Bentak Wulan yang segera pergi meninggalkanku.
Andri
Andri
Sudah sampah! Yatim lagi, mati saja sana!
Cibir Andri yang segera pergi menyusul pacarnya.
Sarah
Sarah
Lihat saja, sampah inilah, yang akan mencabut nyawa kalian!
Gerutuku dalam hati dengan geram. Aku sakit hati saat di hina sebagai sampah, namun aku lebih sakit hati saat mereka mengataiku yatim. Hatiku mendidih, gigiku bergemeletuk, tanganku mengepal, menatap mereka dengan geram. Sayangnya Bloody tidak bersamaku, sehingga aku tidak bisa mengeksekusi mereka saat ini.
Sarah
Sarah
Lihat saja, nanti malam kalian akan tidur dan tak akan bisa bangun lagi, untuk selamanya!
Bel masuk pun berbunyi tak lama kemudian.
***
Bel pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu, namun aku masih berada di kelas. Lebih tepatnya, aku ditahan disini sehingga aku tidak bisa keluar dari kelas. Sekelompok murid menahan ku disini dan tak membiarkanku untuk pulang. Mereka terdiri dari Wulan, Andri, si kembar Rena Reni, dan satu lagi Valdi. Mereka satu geng dengan Liyana dan mereka tidak terima karena aku tidak menangisi kematiannya.
Wulan
Wulan
Oke gays, kelas sudah sepi. Sebaiknya kita apakan gadis ini?
Tanya Wulan yang merupakan ketua geng tersebut kepada anggota gengnya.
Rena
Rena
Kita pukuli saja sampai pingsan!
Reni
Reni
Setuju!!
Jawab Rena dengan semangat yang langsung ditimpali oleh saudari kembarnya, Reni.
Valdi
Valdi
Emm, Sarah... Rambutmu bagus.
Ucap Valdi sambil menarik rambutku dengan kasar membuatku terjerembab ke belakang.
Sarah
Sarah
Akkh!
Aku berusaha melepas tangan Valdi yang masih menggenggam rambutku.
Sarah
Sarah
Lepaskan! Sialan!
Wulan
Wulan
Apa yang kau lakukan, Val?
Valdi
Valdi
Yah, kupikir rambut Sarah sangat bagus. Hingga aku ingin membawanya pulang beberapa helai.
Ucapnya mengendus rambutku
Wulan
Wulan
Eh, membawanya pulang? Sepertinya aku paham maksudmu. //Smirk//
Andri menyengir dan langsung mengambil gunting dari dalam tasnya.
Andri
Andri
Maksud kamu ini kan? //Smirk//
Andri menunjukkan gunting yang ia ambil kepada Valdi.
Valdi
Valdi
Tepat sekali.
Rena
Rena
Eh, iya juga. Kenapa tidak kepikiran dari tadi, kurasa memotong rambutnya itu ide yang bagus!
Reni
Reni
Yap, aku juga setuju!
Wulan
Wulan
Baiklah gays! Waktunya pertunjukan!
Wulan merebut gunting dari tangan Andri dan berjalan mendekatiku.
Sarah
Sarah
Tidak, jangan potong rambutku!!
Aku berusaha meronta namun segera di pegangi oleh Valdi dan Andri.
Wulan
Wulan
Percuma saja kau melawan, tidak akan ada gunanya.
Bisik Wulan dengan wajah penuh kelicikan dan dia bersiap untuk memotong rambutku.
Sarah
Sarah
JANGAN!!

Rena Reni

Sarah
Sarah
Tidakk! Ku bilang jangan potong rambutku!! //Meronta//
Wulan
Wulan
Pegang dia yang kuat!
Wulan
Wulan
Rena! Reni! Kalian juga ikut bantu mereka! Jangan hanya diam saja!
Rena
Rena
Eh, s-siap!
Reni
Reni
Eh, s-siap!
Jawab si kembar bersamaan.
Kini aku dipegangi oleh 4 orang sekaligus, membuatku tak lagi mampu bergerak sebab kalah tenaga.
Wulan
Wulan
Diam kau sampah, dan nikmati saja pertunjukan ini!
Wulan menyeringai kemudian berjalan mendekat untuk memotong rambutku. Ia mulai memegang pangkal hingga ujung rambutku.
Wulan
Wulan
Wah, benar kata Valdi. Rambutmu memang indah dan halus. Tapi sayang, keindahan yang kau miliki ini sebentar lagi akan sirna!!
Sarah
Sarah
Tidak!! Kumohon, jangan potong rambutku!!
CRASSH!
Wulan berhasil memotong sebagian besar rambutku dengan gunting miliknya. Rambutku berjatuhan di lantai, membuat lantai itu kotor.
Sarah
Sarah
TIDAAAKKKK!!
Wulan
Wulan
Ups! Sorry, hahahaha.
Wulan tertawa terbahak-bahak setelah berhasil memotong rambutku, diikuti oleh teman-temannya yang lain. Mereka seolah tidak merasa bersalah sama sekali.
Wulan
Wulan
Ayo, gays kita pulang! Sudah sore nanti orang tua kalian khawatir!
Ucap Wulan pada teman-temannya. Mereka pun melepaskan genggaman tangannya padaku dan segera pergi meninggalkanku yang masih terduduk lemas di lantai bersama dengan puluhan helai rambut yang berserakan.
Sarah
Sarah
Kurang ajar. Mereka akan menanggung akibatnya! //sniff//
Gerutu ku yang sangat geram sembari membersihkan rambutku di lantai. Mereka memotongnya cukup banyak hingga hanya menyisakan sebahu saja panjang rambutku yang sekarang.
Setelah selesai membersihkan rambutku yang berserakan, aku segera bergegas pulang ke rumah.
***
Malam harinya aku sudah bersiap-siap dengan Bloody—partner pisau terbaikku—peninggalan ibu yang paling berharga.
Sarah
Sarah
Jika aku mengincar Wulan, pasti akan sulit karena semalam satpam dirumahnya baru saja kubunuh. Pasti hari ini penjagaan dirumahnya lebih diperketat.
Gumam ku yang sedang duduk di teras rumah sambil memegang daftar nama targetku.
Sarah
Sarah
Tapi untuk si kembar, sepertinya tidak terlalu sulit. Mereka hanya tinggal dengan neneknya. Rumahnya pun juga tak terlalu besar, dan berada di pojokan. Itu akan membuatku lebih mudah dalam membunuh mereka.
Aku menyeringai, lalu bergegas mengambil peralatan ku berupa topeng dan stocking panjang berwarna hitam di tangan dan kaki. Tak lupa aku juga mengenakan dress terusan berwarna hitam, selaras dengan stocking ku.
Sarah
Sarah
Baiklah aku sudah siap!
Ucapku yang segera pergi menuju rumah si kembar itu.
Sarah
Sarah
Hmm,, kalau tidak salah rumahnya berada di sebuah gang sempit dan berada di pojokan.
Aku coba mengingat kembali posisi rumah mereka dan tak lama kemudian, rumah mereka berhasil aku temukan.
Sarah
Sarah
Hmm,, ku pastikan kalian tak kan lagi bisa melihat matahari terbit pada esok hari.
Aku mengendap-endap, mencari jendela kamar mereka namun gagal karena jendelanya terlalu rapat sehingga aku tidak bisa mengintip ke dalam.
Sarah
Sarah
Hmm,, tidak ada cara lain.
Aku memutuskan untuk masuk lewat pintu dan pura-pura menjadi tamu.
TOK!
TOK!
TOK!
Pintu ku ketuk dengan pelan.
Reni
Reni
Ya, sebentar!
Terdengar jawaban pemilik rumah dari dalam. Aku segera bersiap mengambil Bloody-ku di saku belakang. Tak lama kemudian pintu dibuka.
CKLEK!
JLEB!
Belum sempat pemilik rumah berbicara sepatah kata pun, dengan cepat kuhunuskan pisau tepat di perutnya yang ternyata itu adalah Reni, adik Rena.
Reni
Reni
AKKKHH! S-SAKIT!
Reni jatuh tersungkur ke lantai bersimbah darah. Dia tampak kesakitan dan tak bisa berkata-kata.
Sarah
Sarah
Sebentar lagi kau akan menemui ajalmu!
Ucapku datar sambil melepas tangannya yang memegang kakiku dan menendang kepalanya hingga membentur pintu.
Rena
Rena
ASTAGA!! RENI!!
Tiba-tiba Rena muncul entah darimana dan melihat adiknya yang sudah bersimbah darah dan sekarat itu.
Sarah
Sarah
Haha, kebetulan sekali. Sekarang adalah giliranmu!
Aku masuk ke dalam berniat untuk menangkapnya.
Rena
Rena
T-TOLONGG!!
Rena berhasil kabur dari ku dan melarikan diri. Aku berusaha mengejarnya dengan sekuat tenaga.
Sarah
Sarah
Jangan lari kau pengecut!!
Rena menaiki tangga dan bermaksud masuk ke kamarnya.
Rena
Rena
TIDAK!! JANGAN BUNUH AKU!!
Dia terus berteriak seperti itu sambil berlari. Hingga saat tiba di pintu kamarnya dan saat dia akan membukanya, dengan cepat kulempar pisauku dan mengenai kakinya.
JLEB!
Rena
Rena
AKKHH!! SAKIT!!
Dia kesakitan, namun usaha untuk kaburnya sangat gigih. Ia berhasil membuka pintu kamar dan menutupnya dengan cepat membuatku tak sempat masuk ke dalam.
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Sarah
Sarah
WOY!! BUKA PINTUNYA!!
Aku menggebrak-gebrak pintunya dari luar. Tak ada jawaban sama sekali dari dalam.
Sarah
Sarah
Kurang ajar. Jangan-jangan dia kabur melalui jendela?!
Aku segera keluar dari dalam rumah dan mengecek jendela rumah mereka satu persatu dan benar saja, salah satu jendela rumah mereka sudah terbuka meninggalkan jejak darah yang berceceran di sepanjang jalan.
Sarah
Sarah
Hmm,, aku tau kemana kau lari.
Aku segera mengejar Rena dengan mengikuti jejak darah yang ia tinggalkan.
Tidak butuh waktu lama untuk menemukannya. Aku melihat dia sedang berlari dengan terseret-seret di sebuah jalanan yang sepi.
Sarah
Sarah
Haha, ketemu!! //Teriak//
Aku langsung berlari dan menendang punggung Rena.
DEZZ!!
Rena
Rena
AKHH!
Rena jatuh tersungkur di tanah.
Sarah
Sarah
Mau lari kemana lagi kamu? //Menyeringai//
Rena
Rena
T-tolong, jangan bunuh aku. Aku tak melakukan kesalahan apapun padamu. //Menangis//
Sarah
Sarah
Tak melakukan kesalahan? Lalu, bagaimana dengan rambutku?!
Rena
Rena
Eh, ra-rambut?! Kau.... Kau, Sarah?! //Kaget//
Sarah
Sarah
Tepat sekali. //membuka topeng//
Rena
Rena
S-sarah?! Apa yang kau lakukan pada adikku?!!! Dasar gadis sampah!! Sebaiknya kau saja yang mati!!
Rena berteriak menangis sambil berusaha memukulku.
Sarah
Sarah
Tidak usah berlagak seolah kau yang menjadi korban!! //menghempaskan tubuh Rena ke tanah//
Rena
Rena
Ughh!! Tega sekali kau sudah membunuh satu-satunya adik kesayanganku!!
Sarah
Sarah
KAU YANG TEGA, MENGAMBIL SEMUA YANG AKU SAYANGI DARIKU!! BUKAN HANYA KAU, TAPI SEMUANYA!! KALIAN LAH YANG MEMBUAT IBUKU MATI!! KALIAN JUGA SUDAH MEMOTONG RAMBUT KESAYANGANKU!! KALIAN SEMUA,, HANYA MEMBUAT HIDUPKU SUSAH!! KALIAN LAH YANG TIDAK BERGUNA HIDUP DI DUNIA INII!! MATI SAJA KALIAN!"
Aku mengambil pisau yang tertancap di kaki Rena.
Rena
Rena
T-tidak Sarah! J-jangan bunuh aku! Aku minta maaf atas semua kesalahan yang sudah aku lakukan padamu! J-jadi tolong jangan bunuh aku dan kita bisa bicarakanya baik-baik, iya kan Sarah?
Sarah
Sarah
Minta maaf? Bicarakan baik-baik? Kau gila, semuanya sudah terlambat! Jika kau ingin minta ampun, minta ampunlah kepada Tuhan! Sedangkan tugasku adalah MEMPERCEPAT PERTEMUANMU DENGAN-NYA!!
Sesaat setelah berteriak seperti itu, aku segera menghunuskan pisau dan menancapkan tepat di jantungnya.
Rena
Rena
TIDAKKK!!!
JLEB!
Darah mengucur deras membuat jalanan kotor dengan darahnya. Seketika Rena sudah tak bergerak setelah mengalami kejang-kejang dalam waktu singkat.
Sarah
Sarah
Bodoh sekali, yang kuincar jantungmu tapi yang kau lindungi malah muka.
Ucapku datar dan kemudian meninggalkan mayat Rena sendirian di tengah jalan yang sepi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!