Pagi itu berjalan seperti biasa. Tak ada yang spesial. Namun pasti akan mengubah kehidupanku selamanya. Aku baru saja keluar dari perpustakaan sehabis meminjam buku kimia di sana. Aku tak mau membeli sebuah buku jika aku hanya membaca nya sekali, jadi jika ada tugas sekolah dan aku pasti akan meminjam buku di perpustakaan. Aku tidak tertarik untuk membuka buku ini lagi setelah lulus sekolah karna aku memang tidak tertarik akan pelajaran SMA. Aku hanya tertarik pada apa yang membuat dunia menjadi lebih baik. Bukan dari hal kehidupan hewan dan tumbuhan dan senyawa kimia lainnya. Hanya pada bagaimana kita sesama manusia memperlakukan. Jadi yang jelas ketika aku masuk kuliah bukan jurusan ini yang akan masuk dalam daftarku. Balik lagi ke aku yang baru saja keluar dari perpustakaan, di sana aku mendengar suara Jimmy, teman satu angkatanku walau itu berlebihan jika aku mengatakan teman. Kita tidak berteman. Kita adalah 2 murid yang sering memasuki ruangan bimbingan penyuluhan atau ruangan guru BP. Tidak, kita bukan anak nakal. Atau setidaknya bukan aku. Aku lebih sering melaporkan soal Jimny dan menjadi saksi kenakalannya. Dan sebenarnya tidak ada kita di antara aku dan dia. Karna memang tidak pernah ada. Dia terus mengganggu ku karna aku cukup berani untuk melaporkannya . Dan aku memang muak dengan kenakalan dia. Dia sering menjahili adik kelas. Dan itu keterlaluan. Pernah dia menyuruh anak laki-laki memakai rok dan celana anak itu dia bakar jadi anak itu tak punya pilihan lain. Atau menggambar payudara di baju anak laki-laki. Dan kepada anak perempuan dia selalu melakukan ejekan verbal. Jadi tentu saja aku tak akan tinggal diam jika dia merencanakan sesuatu.
Balik lagi kepada apa yang kudengar. Dia sedang berbicara dengan gengnya atau lebih tepatnya kacungnya.
“ Kurang ajar tuh anak baru, dia gak tau apa gue siapa? Main pake aja tuh tempat parkir.”
“ Emang kurang ajar dia Jim. Harus kita kasih pelajaran dia kalo gini sih. Bisa bisa ngelunjak dia entar ,“ sahut Nico salah satu ‘teman’ Jimmy
“ Mau kita apain dia Jim?,” sahut yang lain
Aku langsung mempercepat langkahku untuk menjauhi mereka. Aku tak ingin mereka tahu aku mendengar obrolan mereka. Karena apapun itu pasti bukan sesuatu yang baik. Ketika aku sampai di belokan aku melihat ada anak baru didepan. Aku tahu dia anak baru. Karena selain dia juga memakai seragam seperti ku dan membawa ransel, dia terlihat membawa kertas dan nampak kebingungan . Seketika aku terdiam ketika menyadari rupa anak baru ini. Ya tuhan Tinggi nya hanya beberapa senti lebih tinggi dariku. Perawatan nya juga kurus dan kecil. Aku hanya bisa membayangkan apa yang akan tersisa dari anak ini ketika Jimmy sudah selesai dengannya. Aku langsung tersadar ketika suara Jimmy semakin mendekat ke arah ku, ke arah kami. Entah bagaimana tercetus ide gila dalam kepalaku. Sebenarnya tidak terlalu gila jika semua terjadi seperti dalam otakku hanya saja kenyataan tak pernah sama dengan keinginan bukan.
Ketika langkah mereka semakin dekat aku langsung meninggikan suaraku sambil menghampiri anak baru itu.
“Sayang, akhirnya kamu sampai juga. Dari mana aja sih? Aku dari tadi nungguin kamu loh,” Lengkingku sambil bergelayut manja di lengannya. Tentu saja dia menatapku dengan ekspresi bingung. Lagipula siapa yang tidak bingung jika di posisinya bukan?
Karna tak ada respons dari dia maka aku memajukan wajahku ke telinganya “akting seakan akan aku adalah pacarmu,” kataku sambil berbisik. Aku tahu bahwa Jimmy dan teman-temannya pasti sedang menonton kami sekarang. Dan aku rasa akting kami tidak meyakinkan jadi aku bermaksud mencium pipinya dan bermaksud meninggalkannya. Karena mereka tak akan pernah mengganggu teman temanku lagi.
“Aku baru saja menyelamatkanmu,” bisikku sambil memajukan wajahku hendak mencium pipinya. Dia malah menengok dan ya. Bukan pipinya yang aku cium tapi bibirnya.
Drrrt drrrt. Sekujur tubuhku terasa teraliri listrik tegangan tinggi. Itu hanya terjadi selama 2 detik tapi rasanya seperti aku baru saja lari marathon selama 5 jam. Jantungku berpacu dengan sangat cepat, nafasku terengah dan wajahku. Aku tak tahu bagaimana wajahku sekarang. Mungkin sudah semerah kepiting rebus. Jadi sebelum aku pingsan aku langsung pergi meninggalkannya sambil berseru dan melambai “sampai ketemu pas istirahat ya sayang.”
Lalu aku pergi. Aku masih bisa menahan diriku untuk tidak berlari. Aku tak tahu apa aku berhasil mengelabui Jimny dan teman-temannya. Mudah mudahan berhasil, karena kalau tidak sia sia sudah sandiwara dadakanku. Ketika akhirnya sampai di koridor lain Aku langsung berlari ke kelas.
***
“Seriusan?,” tanya Becca sahabatku. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku ketika aku selesai menceritakan kejadian sebelumnya.
“Terus dia gak ngomong apa apa gitu? Atau ngejar kamu? Atau manggil kamu?,” cecar dia.
“ Kan dia gak bisa Beck. Aku langsung pergi tadi,” jawabku
“ Tapi..”
“ Morning class,“ bu Mita masuk sambil menyapa kami.
Seketika kami terdiam.
“Morning bu,” sahut kami
“Oke sebelumnya mari kita absen dul..”
Tok tok tok
Kelas kembali sunyi ketika ada ketukan di pintu
“Ya masuk,” kata bu Mita
“Maaf bu saya terlambat. Saya tadi salah masuk kelas. “ Deg. Ya tuhan kenapa dia harus masuk kelas yang sama denganku. Aku meringis
“ Oh kamu si anak baru itu ya. Masuk masuk.” Diapun melangkah perlahan ke depan kelas. Kuperhatikan pakaian nya agak sedikit berantakan. Ada apa?
“Wow ganteng juga ya.”
“Punya pacar gak ya?.”
“Mau dong jadi pacarnya.”
Terdengar banyak gumaman di sekitarku.
“Oke sekarang kamu kenalin diri kamu dulu.”
“Nama saya Luke Thomas.”
Hening.
Apa? Hanya itu. Mungkin dia memang sepemalu yang kukira.
“ Pindahan darimana?,” ada salah satu cewek bertanya
“ SMA 45 Bandung,” jawabnya pendek
“Udah punya pacar belom?,” tanya yang lain
“Sudah,” tukas nya.
Aku meringis, pantas saja dia diam saja. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan.
“Sudah-sudah, Luke silahkan duduk di bangku yang kosong itu. Mari kita lanjutkan mengabsennya.”
Matanya sedikit melebar ketika melihat aku yang duduk hanya terhalang satu bangku dari nya. Dia berjalan menghampiriku. Aku tahu itu karna pandangan nya tak lepas dariku. Dan ketika dia sudah sampai di mejaku, aku langsung bergumam “nanti, nanti, nanti.” sepertinya dia mendengar karna dia terus berjalan melewati ku tanpa berhenti.
***
Pelajaran hari ini benar-benar tidak ada yang masuk dalam pikiranku. Karna aku sadar dia terus melihatku di belakang. Aku tahu itu. Karna selain perasaan seperti kepalaku sedang di tembus juga senggolan yang terus di lakukan Becky kepadaku.
“Dia terus menatapmu loh Zee,” ujarnya. Tentu saja aku tahu. Aku berusaha untuk mengabaikan itu kan sepanjang pelajaran.
“Shhh, diem. Berisik tau.”
Itu terus terjadi selama 2 pelajaran. Hingga akhirnya waktu istirahat aku pergi ke kantin bersama Becca. Luke dia harus pergi ke ruangan guru karna ada yang harus di lakukan. Jadi aku pergi duluan.
“Hai, kamu Zayn ya?.” tiba-tiba Luke duduk di samping ku di kantin.
Aku hanya menengok dan menganggukan kepalaku.
“Hello,kamu gak punya sopan santun ya. Kita emang sekelas tapi seenggak nya izin dulu lah sebelum duduk di sebelah orang. Mana sok kenal lagi,” amuk Becca. Tentu saja dia mengamuk, karna kita memang selalu hanya duduk berdua kadang bertiga jika Karen ingin ikut tapi tentu saja itu sangat jarang.
“ Becca sebenernya dia itu orang yang tadi pagi aku ceritain,” Aku mengaku
Uhuk. Rebecca langsung tersedak minuman nya
“Yang bener?,“ tanya Becca
“Ya.” Aku tahu pasti dia kesini buat minta penjelasan
“Oke Luke apa yang mau kamu tanya?.”
“Kenapa?.”
Huh. Aku menghela nafas. Kemudian aku menjelaskan apa yang aku dengar tadi pagi.
“Kedengarannya kamu terbilang cukup dekat ya sama dia,” katanya
“Dekat,” Sambar Becca “Mereka tuh udah musuh bebuyutan dari awal. Kaya kucing sama anjing.”
“Yang pasti aku kucingnya,” Sahutku “ Aku kan cantik manis pendiam dan pintar,” ucapku sambil mengedipkan mata.
“Ya dan sikap dia emang kaya anjing. Hahaha,” sahut Becca sambil tertawa
“kalian sepertinya cukup membenci dia. Dia mantanmu atau apa?,” tanyanya sambil melihatku
“ Tidak tidak tidak. Tidak ada dari kita yang mantan dia. Yang ada dia yang terus-terusan ngejar Zee Zee. Ya kan Zee?.”
“ Ya begitulah.”
“Kenapa kamu gak mau sama dia?.”
“Kenapa kamu nanya?.”
“Hanya ingin tahu,” jawabnya sambil mengangkat bahu
“Aku gak suka sama dia,” jawabku kemudian
“ Zee Zee Kenapa kamu gak cerita kalo pacar kamu disini?.” tiba-tiba Karen datang dan duduk di sebelahku.
“Panjang ceritanya Key,” Sahutku
“Kamu anak baru disini? Aku Karen Adams, temannya Zee Zee, “ kata Karen sambil mengulurkan tangannya
“Luke Thomas,” balasnya sambil menyambut tangannya
“ Dari sejak kapan kenal Zee Zee? Kenapa kamu gak cerita Zee kamu punya pacar? Dari kapan kalian pacarannya?.”
“ Key, aku...”
“Karen Kenapa kamu duduk di sana? Ayo kesini,” panggil salah satu temannya Karen sambil melirikku dengan tak suka
“ Iya sebentar.”
“ Udah Key. Nanti aku ceritain pulang sekolah oke. Sana gih,”usirku
“Janji ya?,” ujarnya sambil bangkit dari duduk
Aku dan Becca menganggukan kepala berbarengan.
“Aku tak suka mereka,” ucap Luke tiba-tiba
“Tak ada yang meminta pendapatmu tuan, “ sahut Becca dengan ketus
“Ada apa dengan dia?,” Tanya Luke padaku
“ Tak usah dengarkan dia. Dia emang sensitif jika ada yang mengomentari apapun miliknya.”
“Terus kamu tak papa dengan itu?.”
“aku lebih tak peduli pendapat orang lain.”
Hening. Masing-masing dari kami sibuk dengan makanan kami.
“Hmm, ngomong-ngomong sori soal tadi pagi ya.”
“Kenapa?,” tanyanya “ Bukannya kamu bilang kamu nyelamatin aku.”
“Ya aku tadinya begitu. Aku gak tau kamu udah punya pacar. Soal kita, kita tinggal bertingkah seakan-akan kita putus. Itu gampang di urus.”
“ Aku gak punya pacar.”
“ Tapi tadi..”
“Kan biar meyakinkan soal akting kamu pagi ini,” jawabnya
“Ooh, tapi tetep nanti abis beberapa hari kita putus.”
“Kenapa?,”
“ Ya kali anda mau pacaran Cuma gara-gara itu seterusnya.”
Itu bukan aku yang menjawab tapi si tukang ngambek Rebecca
“ Bukan gitu. Maksudnya kita kan bisa kenal lebih dekat atau jadi teman misalnya.”
“ itu sih gampang. Mari kita kenalan lagi. Aku Zayn Jefferson. Siswa paling kece di sekolah ini teman si Ketus Becca dan si Ceria Karen. Dan kamu?.”
“ Aku Luke Thomas anak baru di sekolah ini yang semoga bisa menjadi teman dekatmu,“ jawabnya sambil menjabat tanganku.
Kemudian kami semua tertawa. Ternyata Luke adalah orang yang menyenangkan. Dia sering melontarkan lelucon dan ternyata dia buruk dalam membaca peta. Itu sebabnya tadi dia terlambat ke kelas. Padahal jarak kami ke kelas sudah sangat dekat. Ketika bel berbunyi kita kembali ke kelas bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Vernon
gercepp amatt
2023-01-08
1
Sensasi Senja
luke pelawak kelas
2023-01-08
0
꧁🌳~T|MB€®🌳꧂
setelah petik gak usah di spasi kak
contoh :
"Kurang ajar tuh...."
2023-01-08
0