Melihat ayahnya yang sudah tidur segera Zelda keluar kamar diikuti oleh Hugo.
Belum sempat keluar dari bibir pintu sengaja Zelda memberhentikan langkahnya sambil menoleh kebelakang. " Kenapa ikut keluar?"
"Kebelet." jawab Hugo sambil menyenggol tubuh Zelda yang dianggapnya menghalangi jalannya.
"Awas!" ucap Hugo lagi karena Zelda masih menghalangi jalannya.
Tak tahan sekaligus kasihan melihat ekspresi Hugo yang menahan kencing, Zelda mulai menggeser posisinya berdiri.
Lucu juga ekspresinya.
Zelda masuk ke sebuah kamar yang lama tidak ia tempati selama hampir tiga tahun lamanya. Luas kamar yang berubah serta beberapa pernak pernik pun juga ikut berubah. Kamar yang dulunya sederhana dan jauh dari kata layak sekarang berubah menjadi layak, rapi dan terkesan manly.
"Alhamdulillah, selama aku tidak disini ada yang menemani ayah, bahkan usaha ayah menjadi maju karena campur tangan lelaki tadi. Tapi, siapa sebenarnya pria dewasa itu? Kenapa wajahnya tidak asing bagiku? Mengapa namanya mirip dengan nama almarhum kakak." gumam Zelda sambil berfikir dan merebahkan tubuhnya yang capek karena perjalanan cukup jauh dari kota ke desa hingga dia tertidur pulas.
***
Zelda terbangun dari tidurnya, dia bangun dan segera keluar dari kamar tidur menuju ke dapur untuk melihat ayah nya, namun ia tak menemukan. Segera ia menuju ke kamar sang ayah untuk mencari keberadaan ayah nya dan dirinya tidak menemukan ayahnya.
Kemana? Kenapa tidak ada orang di dalam rumah.
Apa ayah sedang di pantai?
Lebih baik aku menyusul kesana.
Zelda keluar rumah untuk berjalan menuju pantai, dia pergi ke pantai tempat dimana sang ayah biasanya menaruh keramba.
Itu ayah, kenapa ayah hanya sendiri?
"Ayah?" teriak Zelda lalu berjalan menghampiri ayahnya yang berada di dekat beberapa keramba yang terpasang.
"Zelda, kenapa kesini ?" tanya pak Ahmad heran.
"Kangen ayah. Ayah sendirian?" tanya Zelda basa-basi, karena ia yakin jika ayahnya tidak pergi sendiri.
"Ehm ..., kangen ayah atau kangen Hugo?"
"Apaan si Yah, Zelda beneran kangen ayah."
Tiba-tiba terdengar suara, "baru bangun ya?" sapa seseorang yang suaranya terdengar merdu dari belakang.
Mendengar pertanyaan itu segera Zelda menengok kebelakang dan melihat Hugo yang tampak begitu seksi tanpa baju dan hanya menggunakan celana pendek, badan dan wajahnya yang tampan tersengat oleh sinar matahari pagi terlihat semakin menawan.
Tanpa Zelda sadari dia tertegun melihat ke arah Hugo. Melihat dirinya sedang dipandang tak berkedip membuat Hugo mendekat dan menjentikkan jari ke arah wajah Shasha.
"Apa yang kamu lihat? Aku seksi ya?" ucap Hugo tepat di telinga Zelda. Seketika bulu-bulu halus pada tubuh Zelda berdiri dan membuat dirinya sadar.
"Gak, biasa aja."
"Yakin biasa! Aku rasa kamu tersepona? ucap Hugo sengaja memelintirkan kata-kata.
"Terpesona bukan tersepona, tolong ya!" ucap Zelda dengan sewot namun tak dapat dihindari dia menahan tawa dengan menutup bibirnya menggunakan jemarinya yang lentik."
"Zelda, lebih baik kamu pulang. Buat makanan untuk kita berdua. Ayah disini bersama Hugo."
"Ayah kan sedang sakit kenapa harus bekerja?"
"Melihatmu rasa sakit ayah perlahan hilang, Nak. Wajah dan senyum mu seperti obat bagi ayah."
"Ayah, kenapa ayah selalu seperti ini. Jika ayah seperti ini aku semakin mencintai ayah."
"Dan jika kamu menginginkan lelaki seperti ayah maka aku adalah orang yang tepat." celetuk Hugo kepada Zelda.
Jantung Zelda berdegup kencang saat Hugo mengatakan itu. Dia tak percaya Hugo berani bicara seperti itu di depan sang ayah. Ada rasa yang tak biasa, dirinya bukan tipe wanita yang muda tersentuh dan terbawa perasaan saat bertemu lawan jenis namun kali ini berbeda.
Ada apa denganku, kenapa melihat dia mengingatkanku kepada seseorang yang pernah dikaguminya beberapa tahun yang lalu.
\=\=\=\=\=\=FLASH BACK ON\=\=\=\=\=\=
****...(suara air tergenang yang terinjak oleh roda mobil)
"Mungkin mobil itu tidak lihat jika ada orang yang sedang berjalan."
Zelda yang sibuk membersihkan dirinya tidak menyadari jika di depan Zelda terparkir sebuah mobil yang telah membuat wajah dan rambutnya terciprat air genangan hujan.
"Hai, maafkan saya. Saya tidak sengaja tadi membuat wajah mu basah terkena cipratan."
"Ya, tak apa. Lain kali tolong lebih hati-hati ya pak." ucap Zelda datar lalu melanjutkan langkahnya, namun langkah terhenti saat seorang laki-laki dihadapannya tadi memanggilnya.
"Tunggu ..," ucapnya sambil membersihkan air yang masih membasahi wajahnya dengan sebuah sapu tangan yang diambilnya dari jasnya."
Zelda yang wajahnya sedang di lap kini melihat jelas wajah tampan yang ada di hadapannya. Melihat lelaki tersebut membuat dirinya kagum tak percaya jika di dunia masih ada orang kaya yang mau mengakui kesalahannya, bahkan meminta maaf dan membantu membersihkan.
"Aku rasa sudah bersih, sekali lagi aku minta maaf." ucap lelaki tersebut."
Melihat kelembutan dan kesopanan lelak tadi membuat dirinya menjadi kagum. Dirinya berharap agar bisa bertemu kembali dengan lelaki tersebut.
Harapan yang diinginkan Zelda ternyata menjadi nyata, Hari itu juga di kampusnya kedatangan seorang dosen praktisi yang akan mengajarnya selama seminggu kedepan, dan mata kuliah yang diajarkan adalah pelajaran favoritnya. Betapa kaget dirinya ternyata dosen praktisi tersebut tak lain adalah pria yang ia temui dijalan tadi saat ia hendak berangkat ke kampus.
\=\=\=\=\=\=\=FLASH BACK OFF\=\=\=\=\=\=\=
"Kenapa diam disini sambil memandangku? Jangan terlalu lama memandangku, nanti kamu akan mencintaiku," goda Hugo.
Zelda hanya melirik Hugo tanpa membalas ucapan Hugo dan pergi meninggalkan Hugo untuk menghampiri ayahnya.
"Aku pulang dulu ya yah," pamit Zelda kepada ayahnya. Zelda menghampiri pak Ahmad dan mencium tangannya, lalu ia pulang dan melewati Hugo yang sedang memandangi dirinya.
Hugo yang tubuhnya di lewati tanpa pamit hanya dapat memberikan isyarat dengan mengangkat telapak tangannya agar dicium oleh Zelda. Zelda yang melihat itu hanya menjulurkan lidah, "wek!".
Melihat ekspresi itu membuat Hugo benar-benar tertarik dan yakin untuk memilih wanita di depannya ini sebagai pasangan hidupnya.
***
Saat ini Hugo, Zelda dan pak Ahmad sedang duduk di meja makan. Mereka menikmati makan siang bersama. Semua menu makanan yang dihidangkan adalah masakan buatan tangan Zelda.
"Bagaiamana Hugo, apa masakan putriku sesuai seleramu?"
"Masakannya kurang pas, Pak." ucap Hugo.
"Tidak masalah jika kurang pas, karena masakan ini aku buat khusus untuk ayah" ucap Zelda dengan sewot.
"Masakan ini rasanya kurang pas jika kamu masih belum menjadi pendampingku." jawab Hugo sambil melihat tajam ke arah Hugo.
Mendengar itu membuat Zelda menjadi salah tingkah, dirinya yang sedang menelan makanan tiba-tiba terbatuk. Melihat anaknya yang sedang terbatuk-batuk membuat pak Ahmad paham jika sang anak sedang salah tingkah.
Setelah makan siang Hugo dan pak Ahmad mengobrol santai di depan rumah, tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan namun dari pembicaraan mereka sepertinya mereka sedang berbicara serius. Awalnya Zelda tak ingin ikut campur namun dirinya penasaran, dengan langkah hati-hati dirinya mulai mendekatkan telinga ke daun pintu agar mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Hugo, kenapa kamu memilih untuk mencintai anakku padahal waktu itu kamu belum mengetahuinya?"
"Karena aku melihat bapak. Kasih sayang yang bapak berikan, kebaikan bapak, kerja keras bapak serta ketulusan bapak aku yakin dia mewarisi itu. Sebagai seorang anak perempuan hampir 99% baik genetik dan kepribadiannya akan menurun dari ayahnya."
"Lalu bagaimana jika setelah kamu menikahi Zelda ternyata di luar ekspektasi mu?"
"Aku akan tetap membimbingnya dan meyakini bahwasannya menikah tidaklah mencari yang sempurna tapi berjalan bersama untuk menerima kekurangan dan melengkapi."
"Terima kasih, nak Hugo. Semoga semua apa yang kamu katakan akan buktikan, setidaknya jika bapak tiada nanti bapak akan tenang meninggalkan Zelda, putriku satu-satunya."
"Akan aku buktikan pak semua ucapanku bahkan jika ingatan ini kembali dan mengingat semuanya."
"Bagaimana jika tidak?" tanya pak Ahmad dengan lesu.
"Jangan takut pak, di setiap doaku aku selalu berdoa agar mengingat semua orang-orang baik yang menolongku termasuk nama bapak dan Zelda." sambil me
"Semoga kamu bisa membuktikan ucapanmu."
"Lebih baik kita fokus untuk penyembuhan penyakit bapak, bapak berjanji jika Zelda sudah datang bapak ingin berobat secara rutin kan?"
"Iya nak, mulai besok kita akan berobat. Tolong antar bapak ke kota ya?"
Zelda tidak terlalu jelas apa yang dibicarakan antara ayah dan pria yang namanya mirip dengan kakaknya itu. Yang di dengar nya hanya beberapa saja, salah satunya adalah janji Hugo untuk mencintai dirinya .
Sebenarnya siapa lelaki itu? Aku ingin tahu asal usulnya.
Mengapa sampai dia mengenal ayah begitu akrab bahkan ayah begitu percaya, yakin kepada pria tersebut.
"Apa sebenarnya hubungan ayah dengan dia? Padahal se tahuku ayah termasuk tipe yang dingin dan tak banyak bicara." tanya Zelda dalam hati.
***
Keesokan paginya Hugo sudah bersiap mengantar pak Ahmad untuk berobat ke kota.
"Bapak sudah siap?" tanya Hugo.
"Iya." ucapnya dengan yakin.
"Ayah, izinkan aku ikut." rengek Zelda sambil memegang tangan ayahnya.
"Ya ikutlah. " ucap pak Ahmad dengan senyum.
"Ayah, aku merasa ada yang berbeda dengan ayah. Wajah ayah lebih bersinar dari biasanya." ucap Zelda memuji sang ayah.
"Benarkah? Artinya sudah tiba waktunya Nak."
"Waktu apa yah?"
"Kamu akan mengerti nanti. Zelda sebelum ayah berangkat ayah minta anggaplah pria di depanmu ini adalah calon suamimu dan kamu anggaplah wanita di depanmu ini sebagai calon istrimu."
"Iya pak, tanpa bapak meminta aku sudah menganggap itu bahkan ini adalah pembuktianku bahwa aku akan mengikatnya sebagai calon istriku." ucap Hugo sambil mengeluarkan sebuah cincin yang ia keluarkan dari saku celananya.
Zelda tak menyangka bahwa pria di hadapannya ini memberikan sebuah cincin yang begitu indah sebagai tanda pengikat bahwasannya dirinya kini adalah milik Hugo. Tidak dapat disembunyikan raut wajah bahagia Zelda meski dirinya belum mengenal pria yang dihadapannya namun dia yakin jika pilihan sang ayah adalah yang terbaik.
Pak Ahmad mengganguk, melihat ayahnya mengangguk ia pun menerima cincin tersebut dan berucap, " terimakasih."
"Apa aku boleh menciumnya pak?" tanya Hugo.
Hugo pun mencium kening Zelda, bagi Zelda ini adalah pertama kalinya ada seseorang laki-laki yang mencium dirinya di depan ayahnya. Rasa salah tingkah Zelda begitu terlihat, wajahnya yang rupawan membuat kulit beningnya memerah karena malu . Sedangkan Hugo yang mencium Zelda mulai merasakan pusing dia mencium bauh parfum yang dipakai oleh Zelda, yang membuatnya sekilas teringat bayangan-bayangan yang tak jelas sehingga membuat dirinya sempat terhuyung ke pelukan Zelda.
"Hugo, kenapa?" tanya pak Ahmad dan Zelda bersamaan sambil memapah nya menuju sofa.
"Tidak apa, mungkin saya kurang tidur," bohong Hugo.
"Ayo, kita berangkat, agar tidak kesiangan." ajak Hugo kepada Zelda dan pak Ahmad.
.
.
Mohon dukungannya. Like dan comment.
Terimakasih..❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments