Menjadi salah satu sosok yang paling dikagumi atau katanya idaman bagi para kaum hawa, aslinya tidak seenak seperti apa yang terlihat. Bukannya tak bersyukur atau alasan lain, namun itu benar-benar membuat kurang nyaman. Bisa dibayangkan, setiap Jehan mau kemana, selalu saja bisa mendengar teriakan histeris dari mereka semua memanggil-manggil namanya. Jehan bukan artis ataupun idola lainnya yang patut dikagumi, ia hanyalah seorang laki-laki biasa yang diberikan banyak kelebihan oleh Sang Pencipta.
Menurut penilaian banyak orang yang tergila-gila kepadanya, katanya Jehan itu seseorang yang baik, perhatian, murah senyum, rendah hati, pokonya banyak nilai plus yang dimiliki. Tak heran kalau orang-orang selalu memandangnya sebagai manusia yang nyaris sempurna, padahal kalau boleh jujur ia juga memiliki lebih banyak kekurangan.
Jehan memang punya banyak kelebihan, bahkan ia juga berasal dari sebuah keluarga terpandang yang memiliki banyak uang. Bisa dibilang, hidup Jehan begitu nyaman karena jauh dari kata kekurangan. Hampir setiap hari, ia bisa menikmati makanan sehat, enak dan mahal.
Ayahnya - Tuan Jordi, merupakan seorang pengusaha yang bergerak pada bidang interior. Bisa dibilang kalau saat ini Jehan tinggal di sebuah keluarga yang utuh. Punya dua orang tua lengkap dan juga seorang kakek yang masih hidup dengan sehat. Semuanya tampak normal dan pasti beranggapan kalau Jehan tinggal dengan sangat bahagia bersama keluarganya. Perlu diketahui, anggapan seperti itu sangat salah.
Selama bertahun-tahun tinggal, Jehan sama sekali tidak merasakan sebuah kebahagiaan karena memang keharmonisan keluarga yang terlihat hanyalah sebuah kepura-puraan belaka. Ibu tirinya - wanita yang dinikahi oleh sang ayah karena paksaan dari kakek, adalah seorang artis terkenal dan sangat mementingkan citra diri. Jadi, dia selalu berusaha untuk terlihat baik dihadapan publik.
Jehan sendiri tidak tahu mengenai keberadaan ibu kandungnya, tapi dari sedikit informasi yang diberitahukan oleh sang kakek, sering mengatakan kalau ibu kandungnya sudah meninggal. Oleh karenanya, perjodohan sang ayah dengan ibu tirinya terjadi. Mau mempercayai kalau sang kakek bohong, Jehan juga tak punya sedikitpun kenangan tentang masa lalu bersama ibu kandungnya. Jadi, mau tak mau ia harus mempercayai apa yang sudah sang kakek bilang. Untuk ayahnya - Tuan Jordi, sama sekali enggan memberitahu. Saat Jehan tanya mengenai ibu kandungnya, Tuan Jordi terus saja berusaha menghindar. Kelihatan seperti seseorang yang tengah menyembunyikan sesuatu.
Tidak hanya soal kepura-puraan untuk menjadi sebuah keluarga yang harmonis, sejak berusia lima tahun, Jehan juga selalu dituntut untuk menjadi seseorang yang sempurna oleh sang kakek. Ia terus dipaksa untuk menjadi nomor satu dan kalau tidak, hukuman dari kakeknya sudah siap menunggu.
Kalau tidak salah ingat, waktu dirinya ada di kelas lima SD, disaat ia sedang berada pada masa lagi senang-senangnya bermain, peringkat sekolahnya turun menjadi nomor dua. Sang kakek yang tahu hal ini, dengan tega langsung mengurung Jehan di sebuah gudang dari rumahnya sambil memberikan semua buku-buku pelajaran supaya dipelajari. Karena terlalu takut mendapatkan hukuman dari sang kakek, Jehan mau tidak mau harus bekerja keras untuk terus mempertahankan posisi nomor satunya.
Jujur saja, Jehan juga merasa begitu muak dan capek dengan semua tekanan serta tuntutan untuk menjadi seseorang yang sempurna. Sekali-kali ingin rasanya ia bisa bebas melakukan hal yang dimau tanpa harus ada ketakutan untuk mendapat hukuman. Jehan sangat ingin melebarkan sayapnya dan terbang setinggi mungkin. Apalagi sekarang dia juga memiliki sebuah impian yang harus dikejar.
Orang lain selalu memimpikan agar bisa menjadi seperti Jehan, tapi laki-laki itu malah ingin hidup sebagai seorang biasa yang tak terlalu mencolok seperti sekarang ini. Satu kesempatan saja, biarkan Jehan menikmati sebuah hal yang selalu sulit untuk didapatkannya. Kebebasan.
Karena terlalu malas untuk bertemu dengan banyak orang apalagi harus terlibat dengan para murid perempuan yang selalu histeris meski hanya melihat dia dari kejauhan, pada jam istirahat sebelum pertandingan basket dimulai, Jehan memutuskan untuk tetap tinggal dikelas sambil menghemat energinya.
Ketika Jehan sedang asyik bersantai, menunggu waktu pertandingan, seorang laki-laki yang mengenakan baju basket pun datang menghampirinya. Bukan dengan maksud apa-apa, Javier datang hanya untuk menyapa ketua tim basket yang begitu terkenal seantero SMA Trisatya.
"Bro, ngapain kok cuma diem disini?" Sapa nya sekaligus bertanya.
Jehan yang memang tengah mengistirahatkan dirinya pun mau tak mau harus terbangun sejenak karena sapaan dari teman seperjuangannya yang dirasa sudah begitu dekat. Sejak duduk di bangku SMP kelas satu, mereka berdua telah menjadi sohib akrab.
"Ngapain kesini?" Tanya balik Jehan tampak malas untuk menanggapi seorang Javier.
"Idih, ditanya malah nanya balik."
Bukannya memberi jawaban, Jehan malah melanjutkan waktu istirahatnya. Iya, laki-laki itu kembali memejamkan matanya. Terlihat kalau ia begitu nyaman tertidur di atas meja kelasnya. Javier yang masih ada di sana pun hanya menggelengkan kepala lalu memberikan sebuah usapan kecil pada bagian belakang kepala dari laki-laki itu.
"Gue kasih waktu lima menit buat lo tidur, karena setelah itu lo harus segera pergi ke lapangan basket," kata Javier dengan sebuah senyuman tipis yang menghiasi wajah tampannya.
Tetap pada posisi ternyaman nya, Jehan sama sekali tak menggubris perkataan dari sang teman. Mau diberi waktu berapapun, Jehan akan tetap beristirahat sebentar karena memang masih tersedia tiga puluh menit sebelum pertandingan basket dimulai.
Tahu kalau ucapannya sengaja diabaikan oleh lelaki itu, Javier yang mulai merasa kesal pun tak ragu untuk menepuk lumayan keras punggung badan dari seorang Jehan. Sebuah tepukan yang mampu membuat laki-laki itu mengeluarkan teriakan kecil.
"Apaan sih?" Tanya Jehan sembari terus memegangi punggung belakang dari tubuhnya yang terasa cukup sakit akibat tepukan itu.
"Yuk, sekarang bangun. Lo udah ditunggu anak-anak lain dan dicari sama Pak Bekti," kata Javier yang tersenyum seperti orang tak bersalah.
"Harus banget sekarang?"
"Iya. Ya kali mau tahun depan."
Sebenarnya Jehan bukan termasuk seseorang murid pemalas, namun hanya karena tadi malam dirinya harus begadang untuk menyelesaikan tugas, jadinya rasa kantuk terus menyapa diri sejak pagi tadi. Ingin sekali bisa beristirahat sampai nanti kantuknya sedikit berkurang.
Tanpa mengatakan banyak hal, Jehan pun beranjak bangkit dari tempat duduknya, lalu melangkah keluar dari kelas mendahului si Javier. Kini ia tengah dalam perjalanan menuju ke lapangan basket untuk menemui rekan setim dan juga pelatihnya.
.
.
.
Ketika Jehan melewati lorong kelas, tanpa sengaja pandangannya mulai melirik ke arah seorang gadis yang terlihat baru keluar dari dalam toilet dalam keadaan basah kuyup. Tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu, tapi melihatnya membuat seorang Jehan menjadi iba.
Perasaan seperti itulah yang mampu membuat seorang Jehan melepaskan jaket dan berniat untuk meminjamkannya kepada gadis yang masih terasa asing di pandangannya. Selama hampir tiga tahun bersekolah disini, Jehan sama sekali belum pernah sekalipun melihat ataupun bertemu dengan gadis itu.
Baru mau memberikan jaketnya, Javier yang sedari tadi mengekor di belakang pun kembali menepuk pundaknya, meminta agar Jehan lebih cepat lagi untuk bergerak. Karena sudah diburu-buru, tanpa bisa mengatakan banyak hal, Jehan langsung menutupi tubuh basah gadis itu dengan jaketnya.
Perlakuan Jehan yang tiba-tiba seperti ini, berhasil membuat gadis yang masih belum diketahui namanya itu terkejut. Andai saja Javier tidak meminta untuk cepat-cepat, mungkin Jehan akan mengajak gadis itu berkenalan. Hanya ingin kenal nama dan tidak ada maksud lebih. Larangan sang kakek mengatakan dengan jelas, kalau dirinya tidak boleh memiliki hubungan apapun dengan lawan jenis. Hidupnya hanya boleh fokus untuk melakukan hal berguna.
^^^Bersambung...^^^
Catatan kecil :
- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.
- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.
-----------------------------------------------------------
Story ©® : Just.Human
*please don't copy this story.
Find Me
✓ Instagram : just.human___
-----------------------------------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments