2 : Kakak Kelas

Kayla tidak tahu siapa orang baik yang sudah mau meminjamkan jaketnya agar bisa dikenakan untuk menutupi baju seragam yang basah. Pasalnya, pada saat Kayla mengucapkan terima kasih, laki-laki itu hanya tersenyum ramah tanpa memberikan sepatah katapun. Tak ada pembicaraan yang terjalin, karena memang setelah meminjamkan jaket, murid cowok itu langsung pergi begitu saja mengekor dibelakang salah seorang temannya menuju ke arah lapangan basket.

Sebenarnya Kayla bukan tipe orang yang suka penasaran atau ingin tahu, tapi cowok baik itu sanggup membangkitkan rasa penasaran dari dalam diri Kayla. Iya, dengan langkah tanpa ragu gadis itu mulai menyusul si laki-laki menuju ke lapangan basket. Kenapa Kayla lebih mementingkan untuk mengejar murid cowok itu ketimbang memperhatikan kondisi tubuh yang masih belum kering sepenuhnya?

Baru sampai di lapangan basket, Kayla hanya berdiri tanpa berani ikut duduk pada tribun, seperti yang dilakukan oleh murid lainnya. Bukan tanpa alasan, Kayla hanya takut kalau murid lain yang tengah sibuk menonton pertandingan basket terganggu akan kehadiran dirinya.

Dari tempat dirinya berdiri, kedua mata Kayla mulai mencoba berkeliling mencari tahu mengenai murid cowok, si pemilik jaket biru gelap ini. Saat ia mencoba mencari, tiba-tiba Sarah berserta tiga pengikutnya datang dan kembali memberikan perundungan kepada dirinya. Iya, Rena tanpa takut mendorong tubuh Kayla sampai oleng. Untung saja, kali ini tidak sampai terjatuh seperti tadi saat di dalam toilet.

"Ngapain lo disini?" Tanya Sarah terdengar begitu ketus.

"Cuma mau lihat pertandingan basket," jawab Kayla sembari menundukkan kepalanya, enggan menatap gadis bernama Sarah itu.

"Mau lihat pertandingan atau caper sama Kak Jehan?" Tanya Sarah diiringi dengan ketawa kecil dari para pengikutnya.

Karena Kayla memang belum tahu kalau Kak Jehan adalah laki-laki yang meminjamkan jaket, dia tanpa ragu menggelengkan kepala, menyalahkan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Sarah.

"Lagian kak Jehan gak mungkin peduli sama cewek bau air pel kek lo," sinis yang lain.

Puas memberikan beberapa ejekan kepada Kayla, Sarah beserta ketiga pengikutnya pun mulai masuk ke lapangan basket dan menempatkan diri di posisi paling depan dari tribun. Mereka berempat tampak begitu semangat memberikan semangat kepada Jehan berserta tim nya yang kini sedang bertanding basket.

Setelah cukup memperhatikan sekeliling dan mencari tahu, akhirnya Kayla tahu nama dari laki-laki baik yang mau meminjamkan jaket kepada dirinya. Ternyata namanya Jehan, laki-laki tampan yang selalu menjadi idola dan idaman para kaum hawa. Banyak cewek berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya, tapi tidak berhasil. Menurut kabar yang di dengar, Jehan memang orangnya tak terlalu memikirkan tentang perempuan.

Pandangan Kayla terus saja terfokus pada sosok Jehan yang saat ini terlihat begitu keren. Aneh, tapi nyata... Untuk kali pertama senyuman bisa terlukis di wajah seorang Kayla hanya karena seorang laki-laki yang baru diketahuinya beberapa menit lalu.

Walaupun Kayla hanya berdiri dipinggiran dan tidak mengambil tempat duduk di tribun, ia tetap bisa merasakan euforia dari pertandingan basket ini. Kayla juga ikut berteriak saat tim Jehan berhasil memasukan bola basket ke keranjang lawan.

Bukan maksud Kayla untuk terlihat mencolok, hanya saja gadis itu merasa kalau saat ini laki-laki bernama Jehan tengah menatap ke arah dirinya sambil tersenyum manis. Apakah sekarang Kayla mulai geer? Tapi, serius... tatapan mata Jehan memang sedang mengarah kepadanya.

Tak mau terlalu lama terlibat dalam adu pandang dengan laki-laki yang katanya idaman para cewek, Kayla pun memilih untuk segera pergi dari lapangan basket itu. Kini rasa penasarannya kepada sosok laki-laki baik yang mau meminjamkan jaket kepadanya sudah mendapatkan jawaban. Kayla tahu namanya Jehan dan dia adalah kakak kelas satu tingkat.

...•••...

Langsung dari lapangan basket, sekarang ini Kayla sedang berada di ruang guru. Bukan karena panggilan, tapi kedatangan Kayla kesini hanya ingin mempertanyakan tentang baju seragam cadangan yang mungkin bisa dia pakai. Akan tetapi, keraguan mulai menyapa dirinya. Iya, Kayla hanya ragu untuk memanggil guru-guru yang kini tengah terlihat sibuk pada pekerjaan.

Meski merasa tidak enak, Kayla tetap mencoba memberanikan diri untuk memanggil seorang guru yang kebetulan ada di meja yang tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Dengan hati-hati, Kayla mulai menepuk pundak guru itu sambil memasang sebuah senyuman lebar.

"Ada apa?" Tanya guru itu memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Bu, boleh tanya tidak?" Kayla sedikit berbasa-basi.

"Tanya apa? Langsung keintinya saja, kamu tidak lihat saya lagi sibuk?" Guru itu sedikit ketus menanggapinya.

"Apa ada baju seragam cadangan? Kalau ada, boleh saya pinjam dulu? Baju saya basah dan kotor," ucap Kayla kedengaran begitu sopan.

"Aduh... Kamu itu ya, selalu saja ke ruang guru cuma mau minta seragam cadangan. Bisa gak sih, sehari saja kamu membiarkan seragam mu tetap bersih?"

Tidak terlalu menanggapi omelan dari guru itu dengan serius, Kayla malah meringis diiringi oleh sebuah tawa kecil. "Saya juga maunya seperti itu, tapi-" belum menyelesaikan kalimatnya, guru itu kembali berucap.

"Yang kemarin saja belum kamu kembalikan, sekarang sudah minta lagi. Kamu pikir stok seragam cadangan di sekolah ini melimpah?" Sindir si guru.

"Jadi, boleh tidak saya pinjam?" Kayla langsung mempertanyakan intinya saja.

"Tidak. Kembalikan dulu seragam yang kemarin, baru kamu boleh meminjam lagi," kata guru itu ternyata tidak memberikan izin kepada Kayla. Sepertinya sekarang, Kayla memang harus menggunakan seragam kotor sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Ketika Kayla ingin melangkahkan kakinya, bermaksud untuk menuju ke kelas, seseorang yang masih belum diketahui identitasnya, secara tiba-tiba menepuk bahunya dan seketika mampu membuat Kayla menoleh. Terkejut karena tidak menduga kalau orang yang kembali menepuk pundaknya ialah Jehan. Kenapa dia bisa ada disini? Bukankah tadi dia sedang bertanding basket bersama timnya?

"I-iya?" Berhadapan dengan laki-laki itu berhasil memunculkan rasa gugup dari dalam diri Kayla.

"Gak punya seragam cadangan?" Tanya Jehan seperti peduli pada keadaan yang tengah dialami oleh gadis itu.

Kayla menjawab pertanyaan itu dengan sebuah gelengan kepala singkat. Tidak ada seragam cadangan dan tidak boleh meminjam seragam lagi di ruang guru.

Tanpa mengatakan apa-apa, lelaki bernama Jehan itu pun menggandeng tangan Kayla dan membawa gadis itu pergi entah kemana. Mereka saja baru saling bercengkrama, tapi kenapa Jehan bisa seberani itu untuk menggandeng tangan dari perempuan asing? Digandeng oleh Jehan hanya membuat kedua mata Kayla membelalak lebar. Kaget saja, ada orang selain ibunya yang melakukan hal seperti ini.

Mereka berdua pun berjalan bersama-sama menuju ke arah ruang kelas 12 IPA satu. Tempat dimana biasanya Jehan mengemban ilmunya. Diajak ke ruang kelasnya berhasil membuat seorang Kayla bingung tentang alasan dari laki-laki itu, kenapa membawanya kemari? Disaat kondisi ruang kelas sedang sepi?

"Gue gak maksud buruk. Jangan salah paham," kata Jehan kemudian berhenti menggandeng tangan dari gadis itu.

Tanpa mengatakan hal lainnya, Jehan pun berjalan ke salah satu meja lalu mengambil sebuah atasan seragam sekolah beserta sepasang sepatu kets warna hitam. Entah apa yang sedang ingin dilakukan oleh laki-laki itu, Kayla hanya bisa melihatnya sambil diam.

"Lo pakai seragam gue aja. Ya, meskipun kelihatan sedikit kebesaran," kata Jehan memberikan seragam miliknya kepada gadis itu.

Bukannya langsung menerima, Kayla malah memberikan tatapan ragu beserta bingung kepada laki-laki itu. Tak disangka kalau Jehan bisa bersikap sebaik ini. Kayla pikir, dia hampir persis dengan kebanyakan lelaki yang lebih suka bergaya cold, seperti sosok laki-laki yang sering digambarkan pada novel, drama ataupun film.

"Sama sepatunya, lo bisa pakai ini. Setidaknya lo gak lagi pakai barang basah," ujar Jehan yang terkesan begitu peduli akan keadaan Kayla.

"I-ini, beneran boleh aku pakai?" Tanya Kayla memastikan.

"Iya, boleh."

"Terus kamu nanti pakai apa?"

"Gampang. Gue bisa pakai baju basket ini," ucap Jehan.

Kayla pun menerima bantuan baik yang diberikan oleh Jehan. Baju atasan seragam serta sepatu, Jehan meminjamkan barangnya secara cuma-cuma kepada seorang gadis yang belum terlalu lama dikenalnya.

"Roknya gak basah juga kan?"

"Enggak."

"Syukur deh. Soalnya kalau rok gue gak bisa pinjemin."

Apa baru saja laki-laki itu membuat sebuah candaan?

"Jaketnya gimana?" Tanya Kayla mengingat akan jaket yang sampai sekarang masih ia kenakan.

"Udah bawa aja dulu. Kembalikan nanti sama baju seragam dan sepatu," tukas Jehan yang terkesan tak ingin terlalu memberikan kesulitan untuk gadis itu.

"Makasih ya, kak!" Kata Kayla sembari tersenyum lega.

"Sama-sama."

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

-----------------------------------------------------------

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

-----------------------------------------------------------

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!