Hujan

Seluruh murid berhamburan di koridor maupun dekat pagar sekolah saat bel pulang berbunyi.

Bulir-bulir air hujan mulai berjatuh membasahi bumi, Raina menengadah ke atas, gadis itu tersenyum senang aroma hujan yang khas bercampur dengan aroma rerumputan dan tanah adalah salah satu hal yang sangat disukai Raina, hujan itu mampu membuatnya merasa damai dan tenang.

Langkah kaki terdengar sedikit demi sedikit menghampiri Raina yang sedang asyik memandang sambil menadahkan tangan mungilnya menikmati tetesan air yang jatuh perlahan.

"Sedang apa?" Kata seseorang yang berdiri di dekatnya.

"I-iya" Raina terbata, lalu lekas menengok ke samping.

"Kenapa belum pulang?, apa perlu gue antar!!".

"Ya ampun mimpi apa aku semalam tiba-tiba Dimas ngajak pulang" Raina bergumam.

"Nggak kok, gak usah ini juga lagi nunggu jemputan bye the way kok kamu belum pulang juga?".

"Oh itu gue lagi nunggu taksi online, kalau lo mau bareng juga gak papa, hitung hitung irit ongkos jadi kita bayarnya bisa patungan".

Raina memejamkan matanya sejenak.

"Astaga ya allah malu bangettt, mana udah kegeeran lagi ngajakin pulang bareng tau taunya malah mau ngirit duit tapi masa sih Dimas kere atau mungkin lagi mode hemat kali ya?, ah sudahlah positif thinking aja" Dalam hati ia berucap.

"Makasih banyak Dim, tapi aku masih mau di sini dulu, nunggu hujannya reda".

"Kenapa kan kita naik mobil?".

"Nggak deh, kasian kaka aku udah mau jemput".

"Oh kalau gitu gue duluan ya, lo hati hati di sini kalau ada apa-apa hubungin gue".

Dimas pun melangkahkan kakinya menuju taksi online yang baru saja sampai di depan gerbang sekolah sambil berlari-lari kecil.

"Si Dimas ada-ada aja, disuruh hubungin tapi gak ngasih nomor, aneh gak tuh " Gadis itu mengoceh tak jelas lalu ia pun mengambil phonsel yang ada di dalam tasnya berniat menghubungi sang teman.

"Put, kamu udah sampe Rumah?"

Lama menunggu balasan sambil melamun, ada beberapa definisi tentang hujan, orang orang galau bilang hujan itu bagaikan tetesan air mata.

Langit mendung yang melambangkan kesedihan, lalu turunlah hujan yang melambangkan air mata, mereka yang sedang galau entah itu karena cinta atau apapun masalahnya akan terasa lebih sedih saat memandang hujan.

Hujan juga bisa dilambangkan sebagai keromantisan bagi orang orang yang sedang bahagia, seperti mereka yang sedang dimabuk cinta akan membayangkan bercanda ria berlarian ke sana kemari ataupun hanya sekedar bergandengan tangan di dalam payung yang sama ditemani guyuran air hujan seperti di dalam drama Korea.

Hujan juga bisa diartikan sebagai rahmat bagi mereka yang mengenal tuhannya dan selalu bersyukur atas apa yang mereka punya, lalu Raina apakah termasuk dari salah satunya?.

Ia pun tidak tau alasan pasti kenapa dirinya sangat menyukai hujan. Raina merasakan ketenangan saat memandang hujan, lalu sakit setelahnya saat bermandikan air hujan.

Raina menyukai hujan tapi juga membencinya, benci karena hal yang ia sukai tidak bisa ia nikmati.

5 menit kemudian......

"Iya Na maaf, tdi gue lagi sibuk bantu ibu bikin kue, iyalah gue udah nyampe dari tadi".

"Kamu punya jas hujan gak Put?, dari tadi aku mau pulang nunggu hujan reda dulu".

"Yaahhh gue cuma punya satu Na, mana hujannya masih deras gimana ya atau gak pesan go car aja".

"Duit aku udah abis Put, buat jajan tadi siang, kalau aku ada juga gak akan minta tolong sama kamu😌".

"Hehehe....gimana ya gue juga bingung sih😑".

"Yaudah deh nunggu hujannya agak reda aja, tadi ada sih Dimas ngajak pulang bareng !!! ".

"What?, pake motor?, mobil?😱😳".

"Mobil, Taksi online".

"Terus kenapa lo tolak dodol😏".

"Ya dia ngajak patungan aku mana ad duit😑".

"Hah, Dimas anak pengusaha kaya raya, cowok paling tampan plus tajir di sekolah ngajak lo patungan?, gimana ceritanya?".

"Ya mana aku tau Put, emang kamu pikir aku para normal yang tau segalanya😌".

Raina mematikan layar phonselnya seketika, tak ada gunanya minta tolong pada Putri kalau kondisinya seperti ini.

"Huuuhh", Ia menghela nafas panjang.

Lama Raina menunggu hujannya berhenti tapi terlihat seperti sia sia, malahan makin lama semakin deras, ia bingung dan takut karena hanya ia seorang diri yang tertinggal di sekolah semua murid sudah pulang sekitar 2 jam yang lalu.

Raina melirik jam tangan yang ia pakai, jarum jam menunjukkan pukul 5 sore.

"Hoooaammmm" Gadis itu mengantuk.

"Naaa...hey..Raina?" Suara seseorang memanggil namanya dengan merdu sambil menepuk pelan sebelah kanan pipi sang gadis.

"Eee...eeehh" Raina terkesiap, ia mengutuk dirinya karena sudah tertidur sambil bersandar di dinding koridor.

"Mau pulang?, yuk gue antar !!! ".

Raina mengucek kedua matanya perlahan" kamu serius mau ngantar aku pulang?, pake taksi online?, bukannya kamu udah pulang dari tadi?".

Dimas terkekeh, iya dia memang sudah pulang beberapa menit yang lalu, saat melihat keluar jendela kamarnya, ia teringat akan seorang gadis yang berdiri sendiri sambil menadahkan tangan menikmati tetesan air hujan, mengingat moment itu membuat Dimas tersenyum.

"Gue kasian sama lo sendirian di sini sampe ketiduran, udah jam 5 lewat 15 menit tapi belum pulang juga, ngapain sih di sini?, nungguin kakak atau nungguin gue?".

"Paan sih geer aku tuh ngantuk, cape, lemes, laper, mau istirahat. Tidur di rumah, semuanya bercampur jadi satu kenapa hidup rasanya sulit bangettt mau pulang aja harus kek gini" Raina tertuntuk lesu.

"Ayok...pulang gue antar!!!" Dimas dengan reflek menarik tangan mungil Raina.

"Eh..eh...kamu pake mobil?, motor?, taksi?".

"Motor sih, tapi gue ada bawa jas hujan sama helm 2, satu buat gue dan satu buat lo itu udah cukup buat kita gak kebasahan".

"Aku gak bisa, nanti aja lah nunggu hujan reda, aku gak terbiasa hujan-hujanan".

"Kek anak kecil lo ya takut sama hujan, bahkan anak kecil yang umurnya 6 tahun kek adek gue aja suka mandi hujan, payahhhh loohh, ayookkk!!!" Dimas membawa tangan Raina keparkiran sekolah menuju kendaraan miliknya, sigadis hanya bisa pasrah.

"jika kita hanya memikirkan tentang ketakutan maka ia akan tumbuh lebih besar dalam diri kita, sebaliknya jika kita mencoba melawan ketakutan yang ada maka ketakutan itu akan menghilang dengan sendirinya.

Ingat orang-orang pernah bilang kalau ketakutan hanya berasal dari pikiran kita, ketakutan itu tidak nyata, tidak tampak, bahkan tak ada wujudnya jadi bagaimana mungkin seorang manusia yang wujudnya nyata kalah dengan fatamorgana, lo itu gak takut sebenarnya tapi belum pernah mencoba" Dimas melanjutkan alibinya sambil tersenyum sumbringah.

Raina pun mengambil helm dan jas hujan yang diberikan Dimas setelah sekian lama mengoceh panjang lebar, Dimas memang tidak salah tapi jika Raina mengikuti kehendak Dimas maka mungkin saja setelahnya ia akan jatuh sakit.

Terkadang apa yang kita katakan adalah sebuah kebenaran tapi kita tidak pernah tau ada kenyataan yang sedang disembuyikan, Dimas hanya meyakinkan Raina bahwa hujan tidak berbahaya, hujan hanya sebagian air yang jatuh dari langit karena endapan di udara, tapi kenyataan yang menyedihkan bahwa setelah gadis itu terlalu lama kedinginan maka ia akan sakit setelahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!