Sepertinya, pilihan terbaik adalah meninggalkan markas Red MooN, namun ke mana mereka harus pergi? Walaupun mencaritahu lebih banyak informasi tentang Atalante adalah langkah pertama, Haruhiro dan yang lainnya tidak tahu dari manakah mereka harus memulai. Mereka juga tidak tahu siapakah yang bisa dimintai bantuan. Kelompok Hector, Gori, Udin, bahkan Ragil dan Barto tak tahu sudah pergi ke mana. Sepertinya semuanya sudah berpisah untuk menapaki jalannya masing-masing.
Haruhiro, Marco, Alice, dan Vina berdiri di luar markas Red MooN dalam keadaan linglung selama beberapa waktu.
Alice lah yang pertama kali berbicara untuk memecah keheningan.”Ap...Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Mengapa bertanya? Justru aku lah orang yang harus bertanya padamu, Haruhiro ingin menyelatuk seperti itu, namun atas dasar kesopanan terhadap gadis, dia pun membalas pertanyaan itu,
"Pertanyaan bagus. Apa yang harus kita lakukan sekarang…"
"Apa... yang harus kita lakukan?" Ulangnya.
"Kalian..." Marco menghela napas berat.”Kalian harus lebih… yahhh kalian tahu… lebih mandiri atau semacamnya. Sekarang bukan waktunya untuk bertanya tentang apa yang harus dilakukan…."
"Kalau begitu, apakah kau punya ide?" Kata Haruhiro.
"Aku sedang berpikir keras tentang itu."
Vina terkikik.”Berarti, kamu juga tak punya ide."
Marco menggosok bagian bawah hidungnya dengan jari.”Sialnya, aku masih belum punya ide.”
Ini sungguh menyebalkan, Haruhiro hanya bisa berpikir seperti itu. Mungkin Ragil benar; mungkin mereka hanyalah ampas yang tak berguna. Mereka adalah empat ampas yang tidak bisa membuat keputusan atau melakukan suatu hal pun secara mandiri. Bahkan sejak awal, mereka belum tentu bisa bekerjasama, dan yang mereka lakukan saat ini hanyalah terpaku di depan markas Red MooN bersama-sama. Jika dibandingkan dengan yang lain, mungkin ini adalah pilihan terburuk.
"Barto sangat beruntung," kata Marco, dan dalam hati, Haruhiro setuju dengannya. ”Ragil tampak seperti semacam tempat berteduh baginya, lagipula dia adalah seorang veteran. Barto bisa tinggal di tempatnya dengan gratis. Bahkan mungkin, dia akan mendapatkan kemudahan karena telah bergabung dengan Party veteran yang tahu berbagai hal. Mengapa dia dipilih? Akulah yang seharusnya mereka ambil. Aku sungguh lebih berguna daripada dia. Serius.”
"Nggak tau deh," kata Yume dengan ramah, dan Haruhiro menimpali, "Aku meragukannya."
Marco menuding pada mereka berdua secara bergiliran. "Kalian berkata begitu karena kalian tidak pernah tahu tentang apa yang mampu aku lakukan! Jangan lupa ini. Aku adalah seorang pria yang penuh bakat! Aku sudah terkenal bahwa aku memiliki potensi tersembunyi sejak lahir!”
"Potensimu tidak akan tersembunyi jika kau terkenal," Kata Haruhiro.
"Tidak sopan! Kau akan kelelahan jika menganalisis semua kelebihanku secara mendetail."
"Aku malah lelah karena mendengar ocehanmu."
"Kau sama sekali tidak punya stamina, Haruhiro. Tidak berguna sama sekali. Buruk sekali, buruk, buruk, buruk.”
"Hanya perkataan macam itu yang bisa keluar dari mulut seorang pria berambut berantakan."
"Jangan sebut rambutku berantakan!"
"Hei, bukankah rambut berantakan juga merupakan hal yang bisa kau banggakan?”
"Sungguh? Apakah rambut berantakan sekeren itu? Aku tidak benar-benar percaya padamu…"
"Tapi rambut Vina lurus, iya toh?" Kata Vina. ”Vina selalu cemburu pada rambut keriting alami seperti itu. Jadi, aku tidak memasalahkan rambut Marco yang berantakan!”
"Sungguh? Apakah rambutku benar-benar keren? Serius?”
"Ya! Rambut berantakan berarti pikirannya juga berantakan, dan itu sungguh menawan!”
"Menawan? Aku baru tahu bahwa ada pria yang disebut menawan oleh seorang gadis ... tapi itu tidak buruk, aku kira. Namun, pikiran yang berantakan membuat diriku terkesan seperti orang idiot ...”
Suatu suara dengusan pelan bisa didengar. Haruhiro berbalik dan melihat Alice menyembunyikan wajah di balik tangannya, dan bahunya sedikit bergetar.
"Whoa." Marco menatap dengan heran.
Vina juga memandang Alice, dan dia berkedip. Tentu saja, Haruhiro juga terkejut. Ternyata Alice sedang menangis.
"A-apa yang salah?" Tanya Haruhiro sembari mengulurkan tangan untuk menenangkan bahu si gadis mungil yang terus bergetar. Mungkin, bukanlah ide yang baik untuk melakukan kontak fisik. Bagaimanapun juha, dia hanyalah seorang gadis kecil.
"T…Tidak….apa…apa." Alice menjawab dengan terpatah-patah. ”Sungguh… tidak apa-apa ... Aku hanya sedikit khawatir, itu saja ...”
"Ah..." kata Haruhiro.
Dia tidak bisa berkata apapun. Bahkan dalam keadaan seperti ini, mereka bertiga bisa bergurau dengan lepas tanpa mempedulikan sekitar. Setidaknya Alice ingin mengatakan bahwa dia begitu peduli tentang situasi yang tengah mereka hadapi saat ini.
"Cup…cup," Vina dengan lembut menepuk punggung Alice.”Gadis baik, gadis baik, ndak apa-apa kok. Semuanya akan baik-baik saja. Vina sendiri ndak paham sih, tapi ...”
Marco mengerutkan kening.”Kau tidak bisa meyakinkannya ..."
Haruhiro mengusap bagian belakang lehernya.”Tapi, kita memang tidak bisa berdiri terus di sini tanpa melakukan apapun. Walaupun kita berhenti berbicara, itu tidak akan membantu. Mungkin kita harus…. Yahh, kau tahu… eh ... Sepertinya kita harus menemukan anggota Red MooN veteran lainnya seperti Ragil. Mungkin ... kita bisa mencari seseorang seperti itu dan mengajukan beberapa permohonan.”
"Kalau begitu, carilah!" Marco menampar punggung Haruhiro. "Cari orang seperti itu dan dapatkan info tentang mereka! Akan kuserahkan semuanya padamu, Haruhiro!”
"Pintar sekali kau… menyuruh orang lain bekerja."
"Sepintar profesor!"
"Kau benar-benar membuatku kesal."
"Jujur saja, aku tak peduli akan perasaanku."
"Sialan."
"Diam. Kau sendiri yang menyarankannya, maka kerjakanlah saranmu itu, Memang seperti itulah dunia ini bekerja." kata Marco.”Tapi… okelah, kita bisa membagi pekerjaan ini. Haruhiro, tugasmu adalah pergi mencari anggota Red MooN dan mendapatkan informasi tentang mereka, pekerjaan Alice hanyalah menjadi gadis yang tertekan, pekerjaan Vina adalah membuat Alice merasa lebih baik, dan pekerjaanku adalah berdiam diri di sini sambil menunggu kau kembali!"
"Marco, Apakah kau sungguh berniat bermalas-malasan dan tinggal di sini?" Haruhiro menjawab.
"Aku senang melakukan berbagai hal, namun aku benci melakukan pekerjaan yang tidak asyik.”
"Bersenang-senang... bukan itu intinya."
"Kesenangan adalah alasan utama! Aku adalah seorang pria yang menghabiskan setiap waktu untuk menikmati kesenangan hidup. Jika hidupku tidak menyenangkan, maka itu bukanlah hidupku. Bagaimana denganmu, Haruhiro? Kau mungkin adalah orang yang tak pernah menikmati hidup, itu terlihat jelas pada matamu yang selalu
mengantuk.”
"Mataku terlihat seperti ini sejak aku dilahirkan!" Tampaknya gentian Marco yang menghakimi Haruhiro, namun dia pun tak banyak protes, "Baik. Aku akan pergi. Aku akan berkeliling untuk mencari anggota Red MooN.”
"Akhirnya. Kenapa kau tidak bilang sejak awal kalau kau bersedia? Kita tak perlu banyak berdebat, kan?”
Haruhiro sangat ingin memaki Marco sebagai balasan, namun sepertinya itu tak ada gunanya. Orang seperti Marco hanya akan menurunkan levelmu menjadi serendah dirinya. Itu tidak layak.
"Aku akan kembali sebentar lagi, tunggu saja di sini," kata Haruhiro pada Vina dan Alice, lantas dia pun meninggalkan markas Red MooN.
Dia masih tidak tahu ke mana dia harus pergi. Matahari mungkin mengarah ke timur, itu artinya di sebelah sana adalah utara, dan di sini adalah selatan, kemudian barat ada di sebelah sana.
Pada arah utara, terdapat suatu menara besar bagaikan kastil yang menjulang tinggi ke langit. Bangunan itu adalah titik tengara yang baik, sehingga Haruhiro memutuskan untuk pergi ke arah menara tersebut. Tapi ia bukanlah seorang turis, Haruhiro mengingatkan itu pada dirinya sendiri. Apakah pergi ke sana adalah suatu ide yang baik?
Haruhiro tidak memiliki keraguan bahwa semuanya akan baik-baik saja pada Kelompok Hector. Udin mungkin masih bisa bertahan, entah bagaimana caranya. Si Gori yang tak pernah susah mungkin tanpa malu bertanya pada semua orang di kota. Haruhiro berharap Barto tidak tertipu oleh Ragil. Jika Ragil benar-benar bisa dipercaya,
maka Barto mungkin adalah orang yang memulai petualangan ini dengan sangat baik jika dibandingkan dengan anggota lainnya.
"Kurasa aku tidak punya pilihan selain menemukan seseorang untuk ditanyai," Haruhiro berkata kepada dirinya sendiri. Tapi siapa? Mungkin orang-orang yang berjalan-jalan di sekitarnya ... tapi tunggu dulu. Pertama, apa yang harus ia tanyakan? Pasukan cadangan. Benar, ia harus bertanya tentang Red MooN. Lantas, di manakah ia akan menemukan anggota Red MooN?
Dia mulai mencari orang yang berlalu-lalang di sekitarnya dengan penampilan paling menjanjikan. Umur tidak masalah, tetapi seseorang yang tampak ramah adalah pilihan yang lebih baik. Namun, hampir setengah dari keseluruhan orang di kota memusatkan perhatian pada Haruhiro. Lebih tepatnya, mereka menatapnya. Apakah
Haruhiro terlihat aneh? Mungkin dia memang terlihat aneh. Pakaiannya sungguh berbeda.
Tidak peduli di mana pun ia mencari, ia tidak sanggup menemukan orang yang bisa didekati. Dia punya perasaan bahwa semua orang melihatnya seperti semacam alien. Atau mungkin dia saja yang paranoid?
"Sepertinya ini adalah pekerjaan yang tidak mudah. Atau mungkin aku saja yang terlalu pengecut ...”
Haruhiro berkeliaran di jalan-jalan yang tampak asing. Dia menuju ke arah menara dan mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya. Yah, ia punya perasaan bahwa cepat atau lambat keberaniannya pasti akan semakin meningkat. Terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali, tapi ...
Lalu ia tiba di suatu tempat. Setelah melewati alun-alun yang bersih, dia mendapati suatu menara batu yang megah. Sebagian besar bangunan di sekitarnya terdiri dari 2 tingkat, namun ada beberapa yang terdiri dari 3 tingkat. Bangunan di sekitarnya yang relatif pendek membuat kesan bahwa menara itu sangatlah tinggi, namun kenyataannya menara itu memang cukup tinggi menjulang.
Itu adalah suatu bangunan yang megah. Bangunan itu tampak sangat kokoh. Jendela dan pintu dihiasi dengan dekorasi yang dibuat halus. Di samping pintu gerbang dan beberapa tempat di sekitar alun-alun, berdiri pria yang terbungkus dengan armor besi. Ada juga para penjaga yang berdiri sambil memegang tombak pada satu
tangan, dan perisai pada tangannya yang lain. Bangunan itu dijaga dengan ketat, mungkin ada seorang petinggi yang tinggal di sana. Mungkin seorang Gubernur berdiam di sana, pikir Haruhiro.
Sementara Haruhiro berdiri di tengah alun-alun dan menatap bangunan tersebut dengan mata terbelalak, seorang penjaga mendekat. Armor pria itu berdenting karena beberapa logam saling berdempet.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kau punya urusan dengan Menara Tenku?”
"Tenku? Ehh, tidak ada. Aku tak punya urusan dengannya ...”
"Kalau begitu pergilah. Atau apakah kau ingin ditangkap dengan tuduhan sebagai pengacau ketenangan Yang Mulia Khun Atalante?”
"Eh, tidak, aku tidak ingin ditangkap ... Benar juga. Maaf, aku akan pergi.”
Haruhiro buru-buru meninggalkan alun-alun. Dia tidak bisa memastikan, tapi ternyata menara yang disebut Tenku didiami oleh orang yang merupakan bangsawan di daerah perbatasan ini. Dia merasa bahwa ia telah berhasil mengumpulkan potongan pertama informasi tentang tempat ini. Tapi siapa pun yang tinggal di sana, dia pasti adalah sosok yang terkenal pada daerah ini.
"Atalante. Khun Atalante. Yang Mulia. Menara Tenku. Perbatasan ... Pasukan Frontier. Red MooN. Pasukan cadangan ...”
Haruhiro membisikkan semua kata-kata asing itu pada dirinya sendiri sembari terus melaju ke utara.
Sembari dia berjalan, semakin banyak orang muncul pada jalanan di sekitarnya. Toko. Dia telah tiba pada daerah di mana toko berdiri, dan juga terlihat warung pinggir jalan yang penuh sesak dengan pengunjung. Walaupun masih ada beberapa stan yang masih bersiap-siap, lebih dari setengah dari mereka sudah dibuka untuk berbisnis. Di sana terdapat berbagai macam stan makanan, toko pakaian, dan barang-barang kebutuhan lainnya dalam jumlah besar. Kegaduhan para pedagang yang mempromosikan barang-barang mereka bisa terdengar dan itu membuat suasana
di sekitar semakin hidup.
"Suatu pasar?" Kata Haruhiro pada dirinya sendiri.
Seakan-akan sedang diarahkan, Haruhiro pun memasuki area perbelanjaan itu. Aktivitas perdagangan semakin banyak dan sesak. Harga semua item ditulis dengan kode 1C, 3C, 12C, dan sebagainya. Haruhiro bisa membaca tag harga yang cukup baik, tapi dia tidak begitu tahu makna tulisan itu. Para pedagang memanggilnya, "Kau Pak, apa yang ingin kau beli ...” ada juga yang berkata padanya, " Kamu Pak, datang dan lihatlah ...” Tapi Haruhiro menghindari mereka dan bergegas melanjutkan perjalanan. Haruhiro mengutuk dirinya sendiri karena dia bahkan
tidak memiliki keberanian untuk berinteraksi dengan pedagang yang jelas-jelas tidak berbahaya.
Tiba-tiba, aroma sedap memenuhi udara. Rambut di belakang leher Haruhiro naik.
"Daging…"
Mulutnya mulai berair. Makanan ... Seseorang yang berdiri di sana sedang memanggang kebab. Ada juga stan yang menjajakan hidangan mendidih dari suatu penci besar, di stan lainnya, terlihat gunungan roti yang ditumpuk dan menggugah selera. Berbagai jenis sandwich ada di sana, ada juga roti kukus isi daging di situ ... Uap, asap, aroma. Haruhiro tidak tahan lagi. Tangannya mulai mengusap-usap perut, dan dia sadar bahwa perutnya berbentuk cekung ke dalam. Kenapa baru sadar sekarang? Dia sedang kelaparan.
"Tapi... tapi Alice dan Vina sedang menunggu," Haruhiro menegur dirinya sendiri. ”Siapa yang peduli pada Marco, tapi ... tidak benar jika aku meninggalkan mereka di sana sementara aku mengisi perut di sini.”
"Tapi ... pepatah lama berkata 'Kau tidak akan bisa bertarung dengan perut kosong." Dan Haruhiro membenarkan tindakannya sendiri.”Itu artinya, aku juga tidak bisa berjalan dengan perut kosong ... dan aku tidak ingin berjalan dengan perut kosong ... Permisi!”
Karena tidak mampu menahan lebih lama lagi, Haruhiro pun langsung menuju ke arah stan daging kebab. Dia dengan panik mencari kantong kulit dan mengeluarkan koin perak. Apakah dia bisa membeli makanan dengan ini? Apakah itu cukup? Bagaimana jika itu tidak cukup?
"Tolong beri aku satu kebab!" Kata Haruhiro.
"Apa!?" Mata pria berperut buncit di belakang stan melebar. ”Satu perak?! Kau tidak perlu membayar sebanyak itu! Satu kebab harganya empat perunggu… harganya tertulis jelas di sini, apakah kau lihat? Aku tidak memberikan diskon, tapi aku juga tidak bisa menerima hal yang berlebihan! Itulah cara Kebab Dory berbisnis!"
"Empat perunggu?" Haruhiro melihat koin.”Maksudmu aku tidak bisa membeli kebab dengan ini?”
"Saru perak bernilai seratus perunggu. Kau dapat membeli 25 kebab dengan itu. Kau tidak mungkin memakan kebab sebanyak itu, kan? Lagipula, ini bukan waktunya makan siang, jadi aku hanya punya 50 perunggu sebagai kembalian.”
"Jadi perunggu adalah ..."
"Tentu saja koin berwarna perunggu ini…." Pria berperut buncit mengeluarkan koin yang tampak seperti simbol milik anggota pelatihan Red MooN, tapi mungkin ukurannya lebih kecil. Dia pun menunjukkan itu kepada Haruhiro.”Ini adalah perunggu. Jangan bilang kau tidak tahu? Walaupun kau memang berpakaian aneh.... kau adalah seorang anggota Red MooN, kan?"
"Um, tidak juga. Aku hanyalah seorang anggota pelatihan. Aku masih baru.”
"Aku paham. Nah, kau adalah anggota Red MooN yang sedikit 'berbeda', mudah-mudahan kau paham apa yang aku maksudkan. Meskipun kau punya perak, apakah kau tidak punya satu perunggu pun?”
"Tidak, tidak ada perunggu. Dan satu perak seharga seratus perunggu ...” Dengan kata lain, 10 perak yang Haruhiro miliki saat ini harganya sama dengan 1000 perunggu. Dia bisa membeli 250 kebab. Tapi satu kebab saja ukurannya sudah sangat besar, dan dia pasti kekenyangan jika makan satu. Dengan demikian, 250 kebab berarti 250 kali makan. Jika dia makan 3 kali sehari, maka dia bisa bertahan hidup selama sekitar 80 hari. Itu cukup lama. ”Maaf, aku masih seorang anggota pelatihan.”
"Jadi, kau tidak paham tentang perunggu." Orang berperut buncit itu mengerutkan kening dan kemudian mengambil napas dalam-dalam. ”Kalau begitu, kau pasti juga tidak paham tentang Bank Atalante. Mengapa kau tidak pergi ke sana dan melihat-lihat? Kau bisa menukarkan uangmu di sana untuk membeli segala sesuatu, bahkan kau bisa menyimpan uang sisa milikmu.”
"Bank Atalante?"
"Tempatnya terletak pada arah selatan dari pasar ini. Keluarlah dari sisi Menara Tenku, lewatilah 3 jalan, kemudian belok kiri. Bank itu ada di sana. Kau tidak akan kesulitan menemukannya karena ada tanda di luar bank tersebut.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
lalalisa
Keren kak ceritanya. Semangat up terus ya kakak, sudah aku like .
Mampir juga yuk kak ke karya ku
judulnya: TERJEBAK CINTA SAHABAT
2020-06-08
1
Rabaniyasa
semangat thor..
2020-05-31
0