Anura mengemasi barang- barang miliknya. Dirinya harus secepatnya meninggalkan rumah itu dan melupakan rasa kecewa dan kesedihannya. Tinira yang menyaksikan pasangan suami istri yang sedang bertikai itu tersenyum penuh kegembiraan. Tinira bersama Bu Subangun merasa bahagia di atas kesedihan dan kecewakan yang dialami oleh Anura. Anura yang sudah siap dengan dua koper besarnya itu mulai mendekati mertuanya, lebih tepatnya mantan mertuanya karena dirinya sudah bukan lagi istri dari Sultan secara hukum agama.
" Mama, saya pamit ma! Maaf jika selama saya menikah bersama dengan Mas Sultan, mengecewakan mama dan keluarga besar Wisesa." ucap Anura seraya bersalaman. Tinira yang duduk di sebelah bu Subangun itu pura-pura menunjukkan ekspresi kesedihannya.
" Kamu akan tinggal dimana, Anura?" tanya Bu Subangun pura-pura menunjukkan rasa empatinya.
" Saya akan tinggal di apartemen hadiah dari papa Wisesa ketika saya ulang tahun, ma!" jawab Anura. Bu Subangun, Tinira beserta Sultan terkejut mendengar jawaban dari Anura. Bu Subangun tidak menyangka jika suami nya begitu menyayangi menantunya itu walaupun belum memberikan keturunan atau cucu buat mereka.
" Biar aku yang mengantar mu, Anura!" sahut Sultan. Tinira ikut menimpali.
" Iya, mbak! Biarkan kami membantumu mengemasi barang- barang milikmu ke apartemen, tempat tinggal mbak Anura yang baru." kata Tinira. Sultan mendengus kesal.
" Maaf, saya bisa sendiri, Tinira, Mas Sultan. Bukankah aku juga sudah bisa menyetir dan memiliki mobil sendiri? Hadiah ulang tahun dari mas Sultan kala itu?" ucap Anura. Tinira membulat matanya mendengar ucapan Anura yang seolah-olah dirinya dulu sangat disayangi oleh suami maupun papa mertuanya dengan memberikan barang- barang yang tidak murah. Sultan menarik nafasnya dan membuangnya dengan kasar. Sultan akhirnya meninggalkan kegaduhan itu dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Anura selanjutnya memilih pergi dari rumah itu secepatnya karena sedari tadi Anura menahan sesak dan sakit dadanya. Tinira dan Bu Subangun ber tos ria merayakan kemenangan dari siasat mereka yang sudah berhasil untuk menyingkirkan Anura dari keluarga besar Wisesa karena divonis mandul oleh Bu Subangun itu.
Anura menuju apartemen nya yang sudah lama tidak pernah ditempatinya. Namun begitu, Anura selalu menyuruh beberapa asisten rumah tangga nya untuk sering-sering membersihkan apartemen itu.
Anura sebagai mantan istri dari Sultan atau menantu keluarga besar Wisesa bukan tidak memiliki tabungan atau aset- aset berharga. Selama menikah bersama Sultan lebih dari lima tahun tentu saja, Anura memiliki banyak tabungan. Uang pemberian Sultan tidak sedikit. Di samping Sultan sendiri sangat royal dan menyayangi Anura, Sultan selalu memberikan uang jajan, perawatan, shoping kepada Anura. Belum lagi jika di hari- hari tertentu, Sultan selalu memberikan kejutan- kejutan manis dengan memberikan beberapa perhiasan yang limited edition.
Anura menyeka air matanya. Bukan tidak menyayangi Sultan dan tidak mudah untuk melupakan kenangan indah bersama mantan suaminya itu. Terlebih lagi Sultan adalah tipe laki-laki yang sangat romantis dan juga menjadi manja jika sudah berdua bersama dirinya.
" Mas Sultan! Mungkin sampai di sini kita menikmati kebersamaan kita sebagai suami istri. Semoga kamu bisa bahagia bersama Tinira, adik aku mas." ucap Anura pelan sambil menatap ke depan membelah jalanan yang tidak sedang padat kendaraan roda dua maupun roda empat.
" Setelah ini aku tidak ingin menjadi wanita lemah. Aku harus menjadi wanita yang sukses dan lebih dihargai. Aku akan buktikan jika aku bisa berdiri sendiri dan sukses dengan kakiku sendiri." kata Anura memberi semangat untuk dirinya sendiri seraya mengusap air matanya yang selalu saja tidak mau berhenti menetes di kedua matanya.
@@@@@@@
Cerita perjalanan hidup seseorang, apakah bisa ditebak atau diprediksi? Jika seseorang memilih jalan ke kanan dan bukan ke arah kiri. Jika seseorang memilih seseorang untuk menjadi pasangan hidup nya berdasarkan saling menyukai dan bukan karena yang lainnya. Apakah hidup akan selalu bahagia dan penuh tawa tanpa ada kesedihan dan duka? Apakah jalan yang dipilih dan dilewati seseorang itu selalu mulus tanpa ada rintangan bahkan batu atau lubang ditengah jalan yang akan menggelincirkan?
Setiap jiwa yang bernyawa telah bersumpah atau berikrar selalu tunduk patuh terhadap Sang Pencipta. Mau tidak mau, sanggup tidak sanggup, semuanya harus pasrah dan berserah diri atas kuasaNya. Dan carilah 'Duit' itu dengan penuh semangat. Duit yang membuat hati seseorang menjadi tenang, tentram dan akan selalu bersyukur atas jalan takdir yang dihadapi nya. Duit itu sendiri adalah doa, usaha, ikhtiar dan tawakal.
@@@@@@@
Di apartemen milik Anura.
Anura menjatuhkan tubuhnya di atas kasur di dalam kamarnya. Entah mengapa saat ini, Anura menyukai langit-langit di kamarnya. Pandangan matanya memang melihat di sana, namun pikiran nya memikirkan langkah apa yang akan dijalani Anura supaya dirinya bisa sibuk setiap hari untuk melupakan segala kesedihan, kekecewaan bahkan mungkin saja kekecewaan nya itu. Anura harus sibuk. Anura harus bekerja. Anura harus sukses. Anura harus Mandiri. Itulah yang ada dalam benak Anura. Namun Anura masih bingung hendak melamar kerjaan di mana? Tidak mungkin jika dirinya harus bekerja atau bergabung di perusahaan besar keluarga Wisesa. Itu akan semakin menjatuhkan harga dirinya dan juga dirinya akan selalu dibayangi oleh masa lalu yang tidak segera berlalu.
Anura bangkit dari atas kasurnya setelah ponselnya ada notifikasi pesan masuk kalau sahabatnya sudah tiba dan berada di depan apartemen nya. Anura dengan semangat membuka pintu apartemen nya. Setelah pintu itu dibuka oleh Anura, Zetty menghambur memeluk Anura dan mencium pipinya kanan dan kiri. Keduanya seperti Teletubies yang saling berpelukan. Sehingga seseorang yang datang bersama dengan Zetty hanya menatap mereka sambil tersenyum.
" Bolehkah aku masuk?" tanya seseorang yang datang bersama dengan Zetty. Dia adalah Huka, laki-laki yang cukup tampan yang umurnya kurang lebih dua puluh sembilan tahunan. Sedangkan Zetty dan Huka sendiri berumur dua puluh tahunan.
"Eh, silakan masuk! Maaf, kami lama tidak ketemu." sahut Anura menjadi gelagapan. Huka terkekeh melihat reaksi menggemaskan Anura.
" Resikonya menjadi istri seorang pengusaha muda yang kaya raya, konglomerat dan dari keluarga terpandang. Jadi suka memilih berteman." sindir Huka. Anura mendengus kesal.
" Huka! Sekarang aku bukan lagi menantu dari keluarga terpandang itu. Dan lagi sudah bukan istri pengusaha konglomerat itu juga. Aku bebas dan tidak terikat. Sekarang kita akan lebih sering bertemu dan banyak menghabiskan waktu bersama-sama di weekend nanti." ucap Anura sambil mengambilkan minuman kaleng yang ada di lemari es di ruang tamu apartemen itu. Huka dan juga Zetty duduk di sofa panjang ruangan itu.
" Oh iya Anura! Ini Huka teman dekat aku dan satu kerjaan dengan aku." kata Zetty mengenalkan Huka. Anura tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Huka.
" Huka ini adalah fotografer profesional dan sudah berpengalaman. Jadi kamu kalau punya minat untuk menjadi model, bisa melalui Huka. Dia memiliki banyak link di ibukota ini." ucap Zetty. Huka terlihat kurang suka jika dipuji-puji seperti itu. Huka mengeluarkan kamera mahalnya yang ia simpan sedari tadi di dalam tas. Huka terlihat menghidupkan kamera digital itu dan malah mengambil gambar- gambar yang menurutnya menarik.
Anura melihat Zetty dan Huka secara bergantian. Dalam benak Anura, Zetty ataupun Huka bisa membantu dirinya untuk mendapatkan pekerjaan supaya dirinya bisa lebih sibuk dan sementara waktu bisa membuat dirinya lebih cepat move on dari Sultan. Apalagi setelah ini antara Anura dengan Sultan akan mondar-mandir di pengadilan negeri agama untuk mengurus perceraiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments