"Zae, gimana rasanya? Elu 'kan udah nyoba." Zety menaik-turunkan alisnya menggoda Zahra yang masih berstatus sebagai pengantin baru.
"Rasa apa?" Zahra berpura-pura tidak paham. Namun, dia mengaduh setelahnya saat tonyoran tangan Zety mendarat tepat di kepalanya. "Elu kasar banget, Suk!"
"Habisnya elu ngeselin. Ditanya pura-pura enggak paham pula," cebik Zety.
"Udahlah, Suk. Enggak usah sok kepo. Ntar kalau kita kasih tahu, dan elu pengen 'kan malah repot," timpal Rasya yang saat ini sedang sibuk makan kacang atom. Rasya terlihat santai mengemil tanpa peduli pada tubuhnya yang mulai melar.
"Aku 'kan penasaran, Ra. Senikmat apa sih rasanya kenapa kalau di bok*p itu si cewek sampai teriak-teriak," ucap Zety.
"Iya, gue juga penasaran. Kalau kalian berdua 'kan udah jelas tahu rasanya," imbuh Margaretha tak mau kalah.
"Rasanya tuh susah dijelasin. Kalau pengen tahu lebih jelas. Makanya cepet nikah. Jangan ngejomlo aja," ledek Zahra. Ikut memakan kacang atom bersama Rasya.
"Ye, jangan ngeledek kalian. Mentang-mentang udah laku sama orang tajir pula. Apalagi si Zaenab sekarang udah jadi Tuan Putri." Zety mendesa*kan napas ke udara. Merasa nyesek karena tidak seberuntung sahabatnya.
"Enggak usah sok sedih gitu lah, Suk. Makanya kalau doa yang kenceng," ucap Rasya diiringi kekehan.
"Ya Tuhan. Berikan aku jodoh yang baik akhlaknya, tampan, ganteng, macho, kaya raya!" teriak Zety tiba-tiba hingga membuat tiga sahabatnya terjengkit karena terkejut.
"Astaga, Suk! Elu belum pernah ngerasain tuh mulut di sumpal!" protes Rasya. Mengusap telinga yang berdenging karena teriakan Zety.
"Mau disumpal pakai apa, Ra?" Zety justru menunjukkan rentetan gigi putihnya.
"Pakai terong!" ketus Rasya.
"Sabar ... sabar, Bumil. Jangan marah-marah mulu. Harus amit-amit loh," ujar Zahra mengingatkan. Rasya pun langsung mengusap perut dengan bibir komat-kamit. Berharap putranya kelak tidak seperti Zety.
"Asem! Kelihatan banget mulut elu kebanyakan main karaokenan, Ra!" decak Zety, menatap kesal.
"Udahlah, daripada ntar ribut mending sekarang kalian ganti baju, siap-siap. Habis ini kita jalan-jalan," suruh Zahra. Zety dan Margaretha bersorak kegirangan. Dengan antusias mereka berdua masuk ke kamar untuk berganti baju, sedangkan Zahra dan Rasya hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya.
***
Gatra merasa sangat kesal saat sang mama memaksa dirinya untuk menemani Shifa berbelanja. Padahal Gatra sudah menolak dan mengatakan kalau dirinya sedang tidak enak badan, tetapi sang mama justru tetap memaksa. Perintah sang mama benar-benar tidak bisa diganggu gugat.
"Mas, nanti temani aku milih gaun ya, aku yakin selera kamu pasti bagus." Shifa berbicara lembut saat mereka sedang dalam perjalanan menuju ke pusat perbelanjaan. Gatra hanya mengiyakan tanpa menoleh ke arah Shifa.
"Kenapa kamu cuek gitu sih, Mas? Apa aku ada salah sama kamu?" Shifa setengah merengek. Gatra menoleh sekilas lalu kembali fokus pada jalan di depannya. Kemudian, Gatra mendes*h kasar.
Sebenarnya, Shifa itu cantik dan imut apalagi sebuah lesung pipi yang menghiasi pipi kanannya. Namun, Gatra masih belum merasa yakin. Usia Shifa baru dua puluh tahun. Terlalu kanak-kanak menurut Gatra. Apalagi berstatus sebagai anak bungsu, Shifa terlalu dimanja. Bukan tipikal Gatra yang menjadikan Rasya sebagai patokan wanita idamannya.
"Kenapa kamu diam saja, Mas?" Suara Shifa terdengar lirih. Bahkan, terdengar jelas kalau gadis itu sedang menahan tangis saat ini.
"Tidak." Gatra menjawab sedikit cuek karena mulai merasa tidak tega. "Kamu tidak ada salah apa pun. Hanya saja kita belum kenal dekat. Aku bukan orang yang bisa langsung akrab dengan orang lain," terang Gatra.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita belajar saling dekat, Mas. Siapa tahu kita cocok." Wajah Shifa yang barusan tampak lesu kini terlihat begitu semringah dan menatap Gatra penuh harap.
"Kita jalani saja," ucap Gatra. Berusaha menghentikan pembicaraan mereka. Shifa pun mengangguk lalu mengambil ponsel dan jemarinya yang lentik bermain di atas layar, senyum gadis itu terlihat mengembang sempurna.
Mobil yang dikemudikan Gatra masuk ke parkiran. Kemudian, dua orang itu naik ke lantai tiga. Walaupun merasa malas, tetapi Gatra tetap setia menemani Shifa memilih-milih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
nnti ktmu kah mereka🤣🤣🤣🤣
2022-08-24
0
Vi
lanjut
2022-08-23
0
Wati Simangunsong
sprtinya shifa pnya pacar deh
2022-07-04
1