Polygami Berbuah Derita

Polygami Berbuah Derita

Karena fitnah

Sebagai seorang kuli bangunan,aku harus betul-betul rajin dalam bekerja demi mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tanggaku. Aku terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal lelah dan letih,berangkat jam tujuh pagi dan pulangnya jam tujuh sore. Sampai suatu hari setelah lebih satu tahun aku dimalaysia,disaat aku sedang bekerja aku di telpon oleh Dewi; "Pokoknya mas Heri harus menikahi aku walaupun cuma sejam.." Itulah perkataan Dewi yang aku dengar dalam talian telponnya. Aku bingung karena aku tidak tau harus berbuat apa,lalu aku menjawab; "Apa maksudmu Dewi ?Coba ceritakan dulu apa yang terjadi sebenarnya sama kamu ?" Lalu aku berhenti bekerja dan bersandar kedinding bangunan dengan bermandikan keringat. "Orang-orang disini memfitnah kita mas,orang-orang menuduh kita tidur bersama...". Sahut Dewi sambil menangis tersedu-sedu. "Apa kamu bilang Dewi ?" Dengan sontak aku tanyakan lagi. "Iya mas kita difitnah,sedangkan mas Heri pun tau kalau kita tidak pernah tidur bersama...". Begitulah jawaban Dewi yang membuat aku serba salah,karena sejujurnya aku sudah punya istri dikampung. Namun aku juga tidak tega dengannya,karena gara-gara aku menginap dirumahnya dia difitnah. Aku diam tanpa bicara,karena memang aku tidak tau apa yang harus aku jawabkan. "Kenapa kamu diam Mas,apakah kamu tidak kasian sama aku ?" "Haruskah aku menanggung malu dengan fitnahan ini sendirian Mas ?" Dengan suara yang ngos-ngosan karena sambil menangis Dewi terus meneruskan pembicaraanya. "Coba Dewi tenang dulu...". Kataku lagi setelah sejenak aku berdiam diri. "Aku tidak bisa tenang mas,karena disini sudah ramai yang membicarakan kita,aku malu mas..!". Aku malu..!" Dewi melanjutkan perkataannya. "Iya aku tau itu,tapi kenapa harus secepat ini ?". "Yang penting kita menikah Mas,walau bukan sekarang". "Aku sudah punya istri Dewi,Dewi tau itu kan?" Kataku menjelaskan kepada Dewi. "Iya aku tau kalau mas Heri sudah punya istri,makanya aku meminta sama mas Heri untuk menikahi aku walau cuma sejam,karena yang penting bagiku menikah mas,demi menutupi aib ini Mas..." "Baik,aku akan menikahi kamu tapi bukan sekarang yaa...Aku mau menunggu gajian dulu...". "Benarkah mas Heri mau menikahi aku ?" Tanya Dewi seakan kegirangan karena aku setuju dengan permintaannya. "Iya aku akan menikahimu...tapi ingat,bukan sekarang ya...!". "Baik Mas,kapanpun pernikahan kita akan dilaksanakan...yang penting Mas Heri setuju...". "Ya sudah,aku mau kerja dulu ya...!". "Oke Mas Heri,aku tunggu ya..!". Begitulah percakapan aku dengan Dewi dalam telpon,setelah itu aku matiin Hape dan melanjutkan kerjaanku,namun aku masih bingung dan tidak bisa fokus lagi dengan kerjaanku karena mengingat kembali tentang ucapan Dewi kalau aku difitnah,dan tentang permintaannya padaku yang harus menikahi.. 'Bagaimana dengan istriku dikampung?' 'Haruskah aku menghianati kepercayaannya kepadaku?' Gumamku sambil bekerja dan terus melamun memikirkan apa yang akan terjadi dengan keluargaku di kampung nanti seandainya mereka tau kalau aku menikah lagi.. Waktu pulang kerja sudah sampai,aku terus membereskan sisa-sisa kerjaanku. Setelah selesai membereskan,aku terus pulang dengan wajah lesu dan baju kotor. Hari-hari aku lewati dengan memikirkan apa yang akan terjadi kepadaku dan juga keluargaku kalau aku betul-betul menikah,sedangkan kalau aku membatalkan pernikahan itu bagaimana juga dengan nasib Dewi yang betul-betul menginginkan pernikahan itu. Aku sengaja tidak menghubungi Dewi lagi selepas percakapan tempo hari,aku sengaja tidak saling berkomonikasi satu sama lain agar keadaan Dewi bisa tenang. Karena aku bermaksud untuk menghilang dan ingin menjauh tanpa saling menyakiti. Namun saat aku lagi bersantai diwaktu istirahat,tiba-tiba Hapeku berbunyi.. Derrt derrt derrrt....!!! Aku keluarkan dari dalam tas kerjaku dan terus melihatnya,ternyata Dewi yang menilponku. Aku kaget aku tidak tau harus menjawab apa,namun mau tidak mau aku harus menjawabnya. Tanpa berpikir lagi aku langsung mengangkat telponnya:. "Ya Dewi bagaimana kabarmu ?" Tanyaku singkat. Namun dalam hati sudah curiga,kalau ini pasti menyangkut tentang pernikahan itu.. "Kabar aku baik Mas,Mas Heri sendiri bagaimana kabarnya ?" Sahut Dewi dalam telpon "Alhamdulillah kabarku juga baik Dewi,kamu lagi ngapain sekarang ?". "Ini ni Mas,aku baru pulang kerja..". "Oh iya Mas,bagaimana tentang pernikahan kita ?" Pertanyaan Dewi yang kedua kali. 'Tu kan benar dugaanku...!' Bisikku dalam hati. "Iya Dewi,aku akan tetap menikahi kamu Dewi...Kamu yang sabar dulu yaa...Karena aku belum gajian..." Sahutku tersendat-sendat karena masih penat. "Oooh begitu ya Mas ?" "Iya Dewi,nanti kalau aku sudah gajian...Aku akan menghubungimu,mungkin satu minggu lagi kok.Jadi kamu sabar dulu ya...". "Oke Mas..." Sahut Dewi singkat dengan suara yang agak kesal. "Ya sudah ya... Aku mau kerja lagi..." Kataku sama Dewi terus mematikan Hape-ku,dan menyimpan lagi ke dalam tas kerjaku. Bel waktu kerja berbunyi,aku kembali bangun dan melanjutkan kerjaanku. Setelah satu minggu berlalu,akhirnya aku gajian. Walau gajiku nominalnya tidak seberapa,namun aku tetap mensyukurinya. Waktu pulang tiba,kami terus pulang dan mengantarkan teman-teman kerjaku kerumahnya masing-masing. Setelah aku sampai dirumah,aku terus menghubungi Dewi untuk memberi tau kalau aku sudah gaji. Aku call yang pertama tidak di angkat,aku call lagi tetap tidak diangkat.aku coba call lagi tetap juga tidak diangkat, 'kemana orang ini?' 'Kenapa tidak mau mengangkat telponku?' 'Apa jangan-jangan...?' 'Aaaaaaaaaaah...jangan buruk sangka dulu ah..!' Bisikku dalam hati.. Aku males untuk menilpon lagi,lalu aku taruk Hape-ku di atas mija dan membiarkannya. Lalu aku istirahat sejenak sekedar melepas rasa lelah,setelah lelahku hilang aku pergi mandi agar badanku kembali segar dan harum. Sesudah mandi aku sengaja tidak menghubungi Dewi lagi,karena sudah tiga kali aku hubungi nomernya namun tetap tidak menjawabnya. Entah dia sibuk atau lagi keluar,karena memang tidak biasanya seperti itu. Aku tunggu-tunggu sampai larut malam tetap saja tidak ada telponan dari Dewi,lalu aku tinggalkan tidur tanpa menghiraukan apa-apa. Pagi-pagi sekali Dewi baru menilponku,bunyi yang pertama aku hiraukan. Bunyi yang kedua baru aku jawab. Setelah aku jawab,ternyata Dewi mengatakan kalau dirinya tertidur karena kepenatan sehabis membantu tetangganya yang lagi punya acara. Dia minta maaf padaku dan mengakui kesalahannya,maka dengan senang hati aku memaafkannya. Lalu aku menceritakan kepadanya kalau aku sudah gajian,dan nominalnya yang tidak sebesar gaji seorang kantoran pun aku katakan padanya. Agar dia tau dan bisa menerimanya di kemudian hari kalau sudah menjadi SUAMI ISTRI. Dan Alhamdulillah Dewi bisa mensyukuri dengan gajiku yang tak seberapa,dia juga bahagia setelah mendengar kalau aku digaji. Setelah itu,dengan secepatnya Dewi menanyakan kapan waktu pernikahan itu di laksanakan. Aku katakan kepadanya kalau aku mau mencari orang yang tepat untuk meminangnya,karena itu suatu hal yang sangat beresiko. Maka aku tekankan kepada dia,kalau aku betul-betul mau mencari orang yang bisa dipercaya agar rahsia itu tidak terbongkar. Karena bagi orang madura,adat dan teradisi tidak boleh di tinggalkan. Makan walau kejadiannya di negri jiran mau tidak mau harus mengikuti teradisi dan adat itu. Lalu setelah aku menceritakan tentang kemauanku,akhirnya Dewi menyetujuinya walau mungkin dengan rasa berat hati. Setelah itu,Dewi pamit kepadaku dalam telpon bahwa dirinya mau berangkat kerja,dan akupun mengatakan kepadanya kalau aku juga mau bekerja. Akhirnya aku mematiin Hape-ku dan menyiapkan bekal untuk di bawa ketempat kerjaan.
Not support

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!