NovelToon NovelToon

Polygami Berbuah Derita

Karena fitnah

Sebagai seorang kuli bangunan,aku harus betul-betul rajin dalam bekerja demi mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tanggaku. Aku terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal lelah dan letih,berangkat jam tujuh pagi dan pulangnya jam tujuh sore. Sampai suatu hari setelah lebih satu tahun aku dimalaysia,disaat aku sedang bekerja aku di telpon oleh Dewi; "Pokoknya mas Heri harus menikahi aku walaupun cuma sejam.." Itulah perkataan Dewi yang aku dengar dalam talian telponnya. Aku bingung karena aku tidak tau harus berbuat apa,lalu aku menjawab; "Apa maksudmu Dewi ?Coba ceritakan dulu apa yang terjadi sebenarnya sama kamu ?" Lalu aku berhenti bekerja dan bersandar kedinding bangunan dengan bermandikan keringat. "Orang-orang disini memfitnah kita mas,orang-orang menuduh kita tidur bersama...". Sahut Dewi sambil menangis tersedu-sedu. "Apa kamu bilang Dewi ?" Dengan sontak aku tanyakan lagi. "Iya mas kita difitnah,sedangkan mas Heri pun tau kalau kita tidak pernah tidur bersama...". Begitulah jawaban Dewi yang membuat aku serba salah,karena sejujurnya aku sudah punya istri dikampung. Namun aku juga tidak tega dengannya,karena gara-gara aku menginap dirumahnya dia difitnah. Aku diam tanpa bicara,karena memang aku tidak tau apa yang harus aku jawabkan. "Kenapa kamu diam Mas,apakah kamu tidak kasian sama aku ?" "Haruskah aku menanggung malu dengan fitnahan ini sendirian Mas ?" Dengan suara yang ngos-ngosan karena sambil menangis Dewi terus meneruskan pembicaraanya. "Coba Dewi tenang dulu...". Kataku lagi setelah sejenak aku berdiam diri. "Aku tidak bisa tenang mas,karena disini sudah ramai yang membicarakan kita,aku malu mas..!". Aku malu..!" Dewi melanjutkan perkataannya. "Iya aku tau itu,tapi kenapa harus secepat ini ?". "Yang penting kita menikah Mas,walau bukan sekarang". "Aku sudah punya istri Dewi,Dewi tau itu kan?" Kataku menjelaskan kepada Dewi. "Iya aku tau kalau mas Heri sudah punya istri,makanya aku meminta sama mas Heri untuk menikahi aku walau cuma sejam,karena yang penting bagiku menikah mas,demi menutupi aib ini Mas..." "Baik,aku akan menikahi kamu tapi bukan sekarang yaa...Aku mau menunggu gajian dulu...". "Benarkah mas Heri mau menikahi aku ?" Tanya Dewi seakan kegirangan karena aku setuju dengan permintaannya. "Iya aku akan menikahimu...tapi ingat,bukan sekarang ya...!". "Baik Mas,kapanpun pernikahan kita akan dilaksanakan...yang penting Mas Heri setuju...". "Ya sudah,aku mau kerja dulu ya...!". "Oke Mas Heri,aku tunggu ya..!". Begitulah percakapan aku dengan Dewi dalam telpon,setelah itu aku matiin Hape dan melanjutkan kerjaanku,namun aku masih bingung dan tidak bisa fokus lagi dengan kerjaanku karena mengingat kembali tentang ucapan Dewi kalau aku difitnah,dan tentang permintaannya padaku yang harus menikahi.. 'Bagaimana dengan istriku dikampung?' 'Haruskah aku menghianati kepercayaannya kepadaku?' Gumamku sambil bekerja dan terus melamun memikirkan apa yang akan terjadi dengan keluargaku di kampung nanti seandainya mereka tau kalau aku menikah lagi.. Waktu pulang kerja sudah sampai,aku terus membereskan sisa-sisa kerjaanku. Setelah selesai membereskan,aku terus pulang dengan wajah lesu dan baju kotor. Hari-hari aku lewati dengan memikirkan apa yang akan terjadi kepadaku dan juga keluargaku kalau aku betul-betul menikah,sedangkan kalau aku membatalkan pernikahan itu bagaimana juga dengan nasib Dewi yang betul-betul menginginkan pernikahan itu. Aku sengaja tidak menghubungi Dewi lagi selepas percakapan tempo hari,aku sengaja tidak saling berkomonikasi satu sama lain agar keadaan Dewi bisa tenang. Karena aku bermaksud untuk menghilang dan ingin menjauh tanpa saling menyakiti. Namun saat aku lagi bersantai diwaktu istirahat,tiba-tiba Hapeku berbunyi.. Derrt derrt derrrt....!!! Aku keluarkan dari dalam tas kerjaku dan terus melihatnya,ternyata Dewi yang menilponku. Aku kaget aku tidak tau harus menjawab apa,namun mau tidak mau aku harus menjawabnya. Tanpa berpikir lagi aku langsung mengangkat telponnya:. "Ya Dewi bagaimana kabarmu ?" Tanyaku singkat. Namun dalam hati sudah curiga,kalau ini pasti menyangkut tentang pernikahan itu.. "Kabar aku baik Mas,Mas Heri sendiri bagaimana kabarnya ?" Sahut Dewi dalam telpon "Alhamdulillah kabarku juga baik Dewi,kamu lagi ngapain sekarang ?". "Ini ni Mas,aku baru pulang kerja..". "Oh iya Mas,bagaimana tentang pernikahan kita ?" Pertanyaan Dewi yang kedua kali. 'Tu kan benar dugaanku...!' Bisikku dalam hati. "Iya Dewi,aku akan tetap menikahi kamu Dewi...Kamu yang sabar dulu yaa...Karena aku belum gajian..." Sahutku tersendat-sendat karena masih penat. "Oooh begitu ya Mas ?" "Iya Dewi,nanti kalau aku sudah gajian...Aku akan menghubungimu,mungkin satu minggu lagi kok.Jadi kamu sabar dulu ya...". "Oke Mas..." Sahut Dewi singkat dengan suara yang agak kesal. "Ya sudah ya... Aku mau kerja lagi..." Kataku sama Dewi terus mematikan Hape-ku,dan menyimpan lagi ke dalam tas kerjaku. Bel waktu kerja berbunyi,aku kembali bangun dan melanjutkan kerjaanku. Setelah satu minggu berlalu,akhirnya aku gajian. Walau gajiku nominalnya tidak seberapa,namun aku tetap mensyukurinya. Waktu pulang tiba,kami terus pulang dan mengantarkan teman-teman kerjaku kerumahnya masing-masing. Setelah aku sampai dirumah,aku terus menghubungi Dewi untuk memberi tau kalau aku sudah gaji. Aku call yang pertama tidak di angkat,aku call lagi tetap tidak diangkat.aku coba call lagi tetap juga tidak diangkat, 'kemana orang ini?' 'Kenapa tidak mau mengangkat telponku?' 'Apa jangan-jangan...?' 'Aaaaaaaaaaah...jangan buruk sangka dulu ah..!' Bisikku dalam hati.. Aku males untuk menilpon lagi,lalu aku taruk Hape-ku di atas mija dan membiarkannya. Lalu aku istirahat sejenak sekedar melepas rasa lelah,setelah lelahku hilang aku pergi mandi agar badanku kembali segar dan harum. Sesudah mandi aku sengaja tidak menghubungi Dewi lagi,karena sudah tiga kali aku hubungi nomernya namun tetap tidak menjawabnya. Entah dia sibuk atau lagi keluar,karena memang tidak biasanya seperti itu. Aku tunggu-tunggu sampai larut malam tetap saja tidak ada telponan dari Dewi,lalu aku tinggalkan tidur tanpa menghiraukan apa-apa. Pagi-pagi sekali Dewi baru menilponku,bunyi yang pertama aku hiraukan. Bunyi yang kedua baru aku jawab. Setelah aku jawab,ternyata Dewi mengatakan kalau dirinya tertidur karena kepenatan sehabis membantu tetangganya yang lagi punya acara. Dia minta maaf padaku dan mengakui kesalahannya,maka dengan senang hati aku memaafkannya. Lalu aku menceritakan kepadanya kalau aku sudah gajian,dan nominalnya yang tidak sebesar gaji seorang kantoran pun aku katakan padanya. Agar dia tau dan bisa menerimanya di kemudian hari kalau sudah menjadi SUAMI ISTRI. Dan Alhamdulillah Dewi bisa mensyukuri dengan gajiku yang tak seberapa,dia juga bahagia setelah mendengar kalau aku digaji. Setelah itu,dengan secepatnya Dewi menanyakan kapan waktu pernikahan itu di laksanakan. Aku katakan kepadanya kalau aku mau mencari orang yang tepat untuk meminangnya,karena itu suatu hal yang sangat beresiko. Maka aku tekankan kepada dia,kalau aku betul-betul mau mencari orang yang bisa dipercaya agar rahsia itu tidak terbongkar. Karena bagi orang madura,adat dan teradisi tidak boleh di tinggalkan. Makan walau kejadiannya di negri jiran mau tidak mau harus mengikuti teradisi dan adat itu. Lalu setelah aku menceritakan tentang kemauanku,akhirnya Dewi menyetujuinya walau mungkin dengan rasa berat hati. Setelah itu,Dewi pamit kepadaku dalam telpon bahwa dirinya mau berangkat kerja,dan akupun mengatakan kepadanya kalau aku juga mau bekerja. Akhirnya aku mematiin Hape-ku dan menyiapkan bekal untuk di bawa ketempat kerjaan.
Not support

Pernikahan yang tak sengaja

Setelah beberapa hari aku mencari orang yang tepat dan bisa dipercaya, akhirnya aku menemukan juga. Walau rumahnya agak jauh,namun aku datangi. Karena aku memerlukan bantuannya,namanya Bang Rohim... Tok tok tok...! Aku ketok pintunya sambil mengucapkan salam.. "Assalamu alaikum bang..!" Kataku. "Waalaikum salam..!" Sahut bang Rohim sambil membuka pintu. "Kamu dik Heri? Ayo silahkan masuk..!" Tanya bang Rohim sambil membuka pintunya dan mempersilahkan aku masuk.. "Iya bang..!". "Duduk dulu dik,aku mau bikinin kopi dulu ya...!". "Iya bang,terima kasih...!" Sahutku sambil duduk. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya bang Rohim datang dengan membawa kopinya. "Nih kopinya silahkan di minum..!" Bang Rohim menyodorkan kopinya dan mempersilahkan aku minum. "Oke bang terima kasih..!" Terus aku meraih cangkir itu dan meminumnya. Sesaat kami bersenda gurau untuk melepaskan rasa lelah karena perjalanan dari rumahku kerumah bang Rohim ini agak jauh. Setelah bersenda gurau dengannya aku langsung membicarakan tentang tujuanku. "Bang...!Aku mau minta tolong sama abang,bisa kan bang?" Kataku kepada bang Rohim. "Iya dik,mau minta tolong apa?". "Aku mau melamar seseorang bang,jadi aku mau minta tolong sama abang untuk meminangnya..!" "Kenapa Harus aku dik?" Tanya bang Rohim sambil memperbaiki duduknya dan menatapku. "Iya karena hanya bang Rohim yang bisa aku percaya..!" Sahutku untuk meyakinkan bang Rohim. "Bagaimana ya dik? Soalnya aku tidak pernah meminang perempuan dik?". "Tolong lah bang,aku betul-betul butuh bantuanmu bang..!" "Baiklah kalau dik Heri memaksa,tapi bukankah dik Heri sudah punya istri dikampung?" Kata bang Rohim sambil bertanya. "Mimang aku sudah punya istri bang,tapi aku mau meminang perempuan yang akan aku nikahi ini karena ada sebabnya bang,,,!" Aku mencoba untuk menjelaskan kepada bang Rohim. "Maksudmu bagaimana dik?" Tanya bang Rohim sambil mengernyitkan alisnya. "Aku difitnah bang,lantaran aku membantunya tempo hari...Makanya aku meminta tolong sama abang,karena bang Rohim bisa di percaya..!" Tambahku menjelaskan. "Jadi selain meminang,abang juga harus berjanji kepadaku untuk merahasiakan perkara ini kepada orang lain,bisa kan bang?" Sebelum bang Rohim sempat menjawab,aku menambahkan penjelasan lagi. "Waduh,bagaimana ya dik?" Tanya bang Rohim seakan-akan ragu. "Tolong lah bang..!aku mau menikahi dia mungkin hanya sementara saja kok bang...!". "Baik dik,kapan waktunya?" "Hari kamis sore bang,abang tidak punya acara kan bang?" "Iya dik aku bisa..!" "Oke bang,terima kasih...!" Jawabku sama bang Rohim. "Iya sama sama dik...!" Sambil berdiri untuk melangkah bang Rohim menjawab perkataanku..! Sesaat bang Rohim masuk kedapurnya mengambil masakan untuk di hidangkan kepadaku,setelah selesai kami makan bersama aku terus pamit untuk pulang. Sesampainya dirumah,aku langsung menghubungi Dewi. Karena aku tidak mau menunda-nunda waktu yang sebenarnya aku tidak mau melakukannya,karena aku masih bersetatus sebagi suami orang. Aku raih Hape ku dari dalam celana lalu menekan nomernya dan menimpelkan di telingaku.. "Halo Dewi..!" Pembicaraanku dalam telpon sama Dewi. "Iya mas ada apa?" Tanya Dewi sama aku. "Sesuai dengan janjiku tempo hari,maka hari kamis ini aku akan kerumahmu dengan abang Rohim untuk meminangmu...!". "Benarkah begitu Mas?" Tanya Dewi lagi keheranan. "Iya Dewi,tapi aku harap agar orang-orang disana tidak akan ada yang tau yaaa dengan kedatangan dan tujuanku,kecuali orang yang bisa kamu percayai sebagai penerima dan juga saksi...Jadi kamu harus merahasiakan hal ini..!" Aku memperingatkan Dewi. "Oke mas Heri aku akan menunggu hari itu,dan aku berjanji tidak akan ada orang yang tau dengan rencana kita kecuali teman dekatku yang bisa aku percaya...!" Jawab Dewi penuh kegirangan. "Ya sudah kalau begitu,kamu tunggu hari kamis ya..!" Tambahku lagi untuk memastikan. "Oke mas kita jumpa di hari kamis ya baye....!!" "Oke baye....!" Jawabku singkat lalu mentup obrolanku. Hari kamis tiba,kami siap-siap berangkat menaiki Taxsi. Setelah sampai dirumahnya Dewi,Dewi pun sudah menunggu kedatangan kami dengan di temani beberapa orang saja. Karena mimang permintaanku ke Dewi untuk merahasiakan pertemuan kami. Setelah beberapa menit kami duduk menikmati hidangan seadanya yang sudah disediakan oleh Dewi,abang Rohim terus menyampaikan tujuanku untuk meminang Dewi dan menentukan kapan hari pernikahan kami dilaksanakan. Akhirnya semuanya sepakat bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan hari jum'at berikutnya. Setelah semuanya selesai diperbincangkan,kami terus pamit dan pulang dengan menaiki taxsi. Sesampainya dirumah,aku berbincang lagi dengan abang Rohim tentang pertunangan kami dan pernikahan kami nanti. "Bang...!" Tegurku kepada bang Rohim. "Iya dik..!" Jawab bang Rohim sambil menatapku penuh heran. "Tolong di rahasiakan ya bang tentang barusan dan tentang pernikahan kami nanti..!" Kataku lagi sambil berdiri. "Kenapa dik?". "Aku takut bang,aku takut orang-orang disini mendengar dan orang kampung juga mendengar rahasia kita nanti...!" Aku menjelaskan keraguanku kepada bang Rohim. "Tenang saja dik,aku tidak akan menceritakan hal ini kepada siapapun..!" Bang Rohim meyakinkan aku.. "Oke bang kita berjanji ya..! Kalau seandainya rahasia ini sampai tersebar,itu berarti salah satu diantara kita yang membocorkannya...Maka kalau itu terjadi,salah satu diantara kita akan memotong lidah kita sendiri...!" "Iya dik aku setuju...!" Sahtu bang Rohim menerima perjanjianku. "Ya sudah aku mau pulang dulu ya dik..!" Pamit bang Rohim kepadaku.. "Oke bang;terima kasih..!" Sahutku kepada bang Rohim,dan akhirnya bang rohim pun pulang. Setelah satu minggu berlalu sampailah ke hari jum'at,hari yang aku takuti,hari yang akan menentukan aku harus mempunyai dua istri.. Derrt derrrt derrrt......!!!! Hape aku berbunyi dalam saku celana,secepatnya aku keluarkan dan aku lihat layarnya,ternyata Dewi yang menilponku.. "Halo mas Heri..!" "Ya Dewi..!" Sahutku. "Jam berapa nanti akad nikahnya akan dilaksanakam dan dimana tempatnya mas?". "Jam enam sore di rumahnya kiai Halil..!". "Terus aku mau berangkat jam berapa dari sini mas?" Tanya Dewi lagi. "Berangkat jam empat saja Dewi,walau perjalanan dari rumahmu hanya satu jam,tapi aku takut nanti tiba-tiba jalannya macet...!Atau ada hal-hal lain yang tak di inginkan terjadi...!". "Oke mas,mas Heri sendiri berangkatnya jam berapa dari sana?" Tanya dewi lagi sama aku. "Aku berangkat jam lima Dewi,karena aku kan lebih dekat dari kamu...!" "Oke mas kita jumpa disana ya ..!" "Oke dewi...!" Jawabku lalu menutup obrolanku. Jam lima sore aku bersiap-siap dengan memakai pakaian khas madura. Setelah selesai,kami langsung berangkat bersama bang Rohim dengan menaiki taxsi,sedangkan Dewi entah dengan siapa aku tidak tau. Satu jam lebih perjalanan kami,akhirnya kami tiba dirumahnya kiai Halil sebelum jam enam. Dan selang beberapa menit saja Dewi juga tiba dengan ditemani dua orang,satu laki-laki yang satunya lagi perempuan. Setelah kami semua berada didepan pintunya,lalu aku ketok dan memanggil salam,; "Assalamu alaikum kiai...!" Sambil membuka pintunya Kiai Hali menjawab salamku; "Wa alaikum salam..!" Lalu kami semua bergilir untuk bersalaman dan masuk keruang tamu yang telah disediakan Kiai Halil sebelumnya,selepas itu kamipun duduk bersila. Sesaat kemudian Kiai Halil pun duduk di dekatku,lalu menanyakan yang mana satu calon istriku. Aku kasih tau Kiai Halil yang mana calon istriku,dengan menunjukkan jariku sambil menyebut namanya. Menjelang beberapa saat,keluar seorang laki-laki muda yang mungkin salah satu santrinya dengan membawa Teh dan sedikit camilan. Lalu di hidangkan kepada kami semua,dan Kiai Halil mempersilahkan kami semua untuk minum dan menikmati canilan yang telah di hidangkan oleh laki-laki itu. Lambat laun kami mengobrol sambil meminum dan mencicipi hidangan,tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam enam sore. Dimana waktu itu yang menurut orang alim,adalah waktu yang paling bagus untuk menikah. Akhirnya pak kiai memanggilku untuk duduk didepannya dan melaksanakan akad nikah antara aku dan Dewi. Setelah akad nikah selesai,kami semua makan bersama. Setelah selesai makan,kami langsung pamit pulang kepada kiai. Walau akad nikahnya secara Wali hakim,yang penting Sah menurut agama. Setelah mendapat izin dari kiai,akhirnya kami pulang. Aku pulang bersama menuju rumah istriku,sedang bang Rohim pulang kerumahnya sendirian..

Terpaksa berjauhan demi kerja

Sesampainya dirumah istriku,kami semuanya duduk mengobrol seadanya sambil melepaskan lelah.tidak terasa malam pun sudah larut,maka tetangga yang ikut menjadi saksi pernikahanku semuanya pulang menuju rumahnya masing-masing. Sedangkan aku menuju kekamar mandi untuk berwuduk karena ingin melaksanakan shalat isya'... "Mas tungguin aku untuk shalat ya...!" Istriku memanggil sambil berlalu berwuduk juga. "Iya dik memang kenapa?" Tanyaku simple.. "Kita berjemaah saja mas,kan ganjarannya lebih banyak...!" "Oke dik..!" Sahutku singkat walau sebelumnya aku tidak pernah menjadi imam shalat. Setelah shalat selesai,kami berbincang tentang siapa yang mau ikut siapa?karena sebelumnya kami memang beda tempat kerja dan rumah kami pun berasingan... "Ayo mas kita tidur,sudah malam..!" Ajakan istri kepadaku. "Tunggu dulu dik,aku ada hal yang ingin dibicarakan..!". "Ada apalagi mas? Kan kita sudah menikah..!" Tanya istriku sambil melepaskan RUKUnya. "Ini tentang kita dik..!" Sahutku singkat sambil melepaskan peci dan bajuku. "Tentang apaan sih mas?" Tanya istriku heran sambil mempelototi aku. "Tentang tempat tinggal dan kerjaan kita dik..!" Sahutku lagi dan sedikit menjelaskan. "Maksud mas Heri bagaimana sih mas? aku tidak mengerti..!". "Iya dik,rumah kita kan jauh...!Bagaimana kalau adik ikut kerumahku saja..!" Ajakan aku kepada Dewi.. "Ooooh soal itu ya mas..?" Tanya istriku sambil membaringkan badannya dan tidur dipangkuanku.. "Iya..adik mau kan ikut aku?" Tanyaku lagi sambil membelai rambutnya sedikit bermesraan. "Bagaimana ya mas,sepertinya aku tida bisa ikut mas..!" Sahut istriku sambil tersenyum tipis. "Memangnya kenapa tidak bisa dik?" Tanyaku dengan sedikit kecewa. "Sebetulnya tempo hari aku sudah membicarakan hal ini kepada Bos mas,tapi dia tidak mengizinkan aku untuk ikut mas Heri..!" Sahut istriku sedikit menjelaskan. "Maksudnya dik?". "Bos melarang aku untuk keluar dari sini mas,karena kerjaan aku tidak ada yang bisa menggantikan...!Maksud Bos tidak ada yang bagus kerjanya selain aku mas,malah Bos menyuruh aku untuk meminta mas Heri tinggal disini bersamaku...!" Istriku menjelaskan alasannya. "Jadi,bagaimana kalau mas Heri bekerja disini saja?" Pertanyaan istriku sebelum sempat aku menjawab. "Aku kira adik yang bisa ikut aku,karena aku juga tidak bisa bekerja ditempat lain..!" Sahutku sedikit menjelaskan. "Maaf mas,bukannya aku tidak mau,tapi mau gimana lagi?Bos sudah melarang aku untuk keluar dari sini,jadi sekali lagi maafkan aku ya mas..!" Kata istriku dengan nada bersalah.. "Tidak apa-apa dik,aku paham...!Tapi aku juga meminta pengertian adik kalau aku juga tidak bisa bekerja disini...!" "Memangnya kenapa tidak bisa mas?" Tanya istriku dengan raut muka kesal. "Aku kan supir dik,jadi bagaimana yang lain bisa bekerja kalau supirnya tidak ada..!" Sahutku menjelaskan,karena aku memang sopirnya.. "Oh iya ya mas aku lupa,jadi bagaimana dong mas?" Tanya istiku lagi. "Uuuuh...! Masih muda sudah lupaan,bagaimana nanti kalau sudah tua?" Sahutku sambil mencubit pipinya. "Hehe maa'af....!Namanya juga lupa,ya tidak ingat dong mas..!" Sahut istriku dengan wajah yang agak memirah,entah karena malu atau karena dicubit. "Terus bagaimana dong mas?" "Ya...! Kalau alasannya sudah sama sama seprti ini mau bagaimana lagi dik,? Terpaksa kita harus berjauhan demi kerjaan kita...!" Kataku memberi solusi. "Harus seperti itu ya mas?" Tanya istriku sambil menatapku. "Iya harus seperti itu dik,atau adik ikut aku saja...!" Sahutku sambil mencubit hidung mancungnya.. "Kalau memang tidak ada jalan lain,ya aku setuju saja mas..!" "Iya dik,yang penting kita saling percaya,saling memahami dan saling memperingati..!" "InsyaAllah mas,kita bisa mengharungi pernikahan ini asalkan mas Heri percaya sama aku..!" "InsyaAllah juga dik,aku tidak akan menghianati kepercayaan adik sama aku...!Aku akan membuktikan itu...!Yang penting adik juga harus percaya sama aku...!" "Baik mas kita sama-sama berjanji,sekarang kita tidur saja yaa...!Sudah malam..!" Ajakan istriku sambil bangkit dari pangkuanku. "Oke dik,..!" Jawabku singkat,lalu aku bangun bersama istriku masuk kekamar dan tidur sebagaimana mestinya. Pagi tiba,aku buru-buru sarapan karena aku harus bekerja dan istripun mau bekerja,maklum kan kalau di negri jiran kata orang tidak bekerja ya tidak punya uang. "Aku berangkat kerja ya dik..!" Pamitku kepada istri sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman. "Iya mas,hati-hati disana..!" Jawab istriku sambil meraih tanganku dan menciumnya. "InsyaAllah dik...!" Jawabku sambil mengecup keningnya dan terus berjalan menuju ke taxsi yang sudah aku telpon sebelumnya. Taxsi berjalan jiwaku pun melanyang memikirkan takdir yang sedang terjadi kepadaku,memikirkan apa yang akan terjadi kepada keluargaku dan keluarga mertuaku kalau akhirnya mereka tau tentang pernikahanku dengan Dewi.. Hari demi hari aku lalui dengan bersetatus punya istri dua,yang tua di kampung sedangkan yang muda di tempat lain. Setiap hari sabtu sore aku pulang kerumah istriku dan setiap hari isnin pagi aku berangkat kerja lagi.. Begitulah keadaanku,hari berganti hari minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan aku lalui bersama istriku yang terpaksa berjauhan demi sebuah kerjaan dengan rasa saling percaya. Dan alhamdulillah satu tahun kami jalani tanpa ada halangan apa-apa. Bahkan kenyamanan dan keharmonisan dalam rumah tangga aku rasakan bersama Dewi... Swiit swiit swiit... Tiba tiba SMS masuk,aku ambil Hape aku dari dalam saku celana.aku lihat ternyata istriku yang mengirim,aku buka dan aku baca ternyata ada yang aneh dengan sms nya... [Mas kalau bisa pulang hari ini juga] [lho kok sekarang dik?] Balasanku.. [iya mas hari ini juga] Dari istriku.. [sekarang kan bukan hari sabtu dik?] [pokoknya mas Heri harus pulang sekarang,aku tidak bisa menceritakan disini]. [kalau memang seperti itu okelah aku akan pulang,tapi nanti ya..selepas pulang kerja] Balasanku.. [adik tenang dulu ya..!jangan banyak mikir] Tambahku lagi... [oke mas aku tunggu ya] [oke dik] Sms pun aku akhiri dan melanjutkan kerjaan,setelah jam kerja sudah berakhir aku terus pulang.sesampainya dirumah dengan buru-buru aku mandi,selepas mandi terus aku menilpon taxsi. Sesudah taxsi datang aku pun berangkat,dalam perjalanan aku termenung mengingat kata istriku "apa yang terjadi,ada apa?" itu yang selalu terlintas dalam pikiranku... "Cepetan pak,tegurku ke sopir taxi...!" "Iya dik,ini aku sudah cepat lebih cepat dari biasanya..!" Jawab sopir kepadaku dengan nada kesal. Aku diam dan sopir taxsi pun diam,lama rasanya kami dalam perjalanan untuk sampai kerumah istriku. Tiba-tiba aku di kejutkan lagi.. "Sudah sampai dik..!" Kata sopir taxsi.. "Oh iya pak,ini ongkosnya...!" Jawabku kepada sopir taxsi itu sambil memberi uang ongkos. Sampai di rumah istriku aku langsung mengetok pintunya... Tok tok tok...!!! Aku ketok pintunya dan memanggil salam kepada istriku: "Assalamu alaikum dik...!" Lalu Dewi membuka pintunya dan menjawab salamku sembari meraih tangabku untuk bersalaman; "Waalaiku salam...!" Aku terus masuk dan duduk disampingnya,ternyata istriku menangis,dan mungkin dari tadi dia menangis karena matanya aku lihat sudah membengkak dan memirah. Sesaat kemudian,istriku bangun dan langsung memelukku sambil menangis tersedu-sedu. Aku diam seketika,lalau menyakan apa yang sebenar terjadi. Namun istriku terus menangis dan tetap memelukku. Aku heran,aku curiga pasti ada hal yang terjadi kepada istriku. Aku mencoba untuk melepaskan pelukannya,dan menatap matanya sambil mengusap air matanya yang sudah membasahi pipinya. Setelah itu aku menanyakan lagi,namun istriku tetap membisu.
Not support

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!