Setelah beberapa hari aku mencari orang yang tepat dan bisa dipercaya, akhirnya aku menemukan juga.
Walau rumahnya agak jauh,namun aku datangi.
Karena aku memerlukan bantuannya,namanya Bang Rohim...
Tok tok tok...!
Aku ketok pintunya sambil mengucapkan salam..
"Assalamu alaikum bang..!" Kataku.
"Waalaikum salam..!" Sahut bang Rohim sambil membuka pintu.
"Kamu dik Heri? Ayo silahkan masuk..!" Tanya bang Rohim sambil membuka pintunya dan mempersilahkan aku masuk..
"Iya bang..!".
"Duduk dulu dik,aku mau bikinin kopi dulu ya...!".
"Iya bang,terima kasih...!" Sahutku sambil duduk.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya bang Rohim datang dengan membawa kopinya.
"Nih kopinya silahkan di minum..!" Bang Rohim menyodorkan kopinya dan mempersilahkan aku minum.
"Oke bang terima kasih..!" Terus aku meraih cangkir itu dan meminumnya. Sesaat kami bersenda gurau untuk melepaskan rasa lelah karena perjalanan dari rumahku kerumah bang Rohim ini agak jauh.
Setelah bersenda gurau dengannya aku langsung membicarakan tentang tujuanku.
"Bang...!Aku mau minta tolong sama abang,bisa kan bang?" Kataku kepada bang Rohim.
"Iya dik,mau minta tolong apa?".
"Aku mau melamar seseorang bang,jadi aku mau minta tolong sama abang untuk meminangnya..!"
"Kenapa Harus aku dik?" Tanya bang Rohim sambil memperbaiki duduknya dan menatapku.
"Iya karena hanya bang Rohim yang bisa aku percaya..!" Sahutku untuk meyakinkan bang Rohim.
"Bagaimana ya dik? Soalnya aku tidak pernah meminang perempuan dik?".
"Tolong lah bang,aku betul-betul butuh bantuanmu bang..!"
"Baiklah kalau dik Heri memaksa,tapi bukankah dik Heri sudah punya istri dikampung?" Kata bang Rohim sambil bertanya.
"Mimang aku sudah punya istri bang,tapi aku mau meminang perempuan yang akan aku nikahi ini karena ada sebabnya bang,,,!" Aku mencoba untuk menjelaskan kepada bang Rohim.
"Maksudmu bagaimana dik?" Tanya bang Rohim sambil mengernyitkan alisnya.
"Aku difitnah bang,lantaran aku membantunya tempo hari...Makanya aku meminta tolong sama abang,karena bang Rohim bisa di percaya..!" Tambahku menjelaskan.
"Jadi selain meminang,abang juga harus berjanji kepadaku untuk merahasiakan perkara ini kepada orang lain,bisa kan bang?" Sebelum bang Rohim sempat menjawab,aku menambahkan penjelasan lagi.
"Waduh,bagaimana ya dik?" Tanya bang Rohim seakan-akan ragu.
"Tolong lah bang..!aku mau menikahi dia mungkin hanya sementara saja kok bang...!".
"Baik dik,kapan waktunya?"
"Hari kamis sore bang,abang tidak punya acara kan bang?"
"Iya dik aku bisa..!"
"Oke bang,terima kasih...!" Jawabku sama bang Rohim.
"Iya sama sama dik...!" Sambil berdiri untuk melangkah bang Rohim menjawab perkataanku..!
Sesaat bang Rohim masuk kedapurnya mengambil masakan untuk di hidangkan kepadaku,setelah selesai kami makan bersama aku terus pamit untuk pulang.
Sesampainya dirumah,aku langsung menghubungi Dewi.
Karena aku tidak mau menunda-nunda waktu yang sebenarnya aku tidak mau melakukannya,karena aku masih bersetatus sebagi suami orang.
Aku raih Hape ku dari dalam celana lalu menekan nomernya dan menimpelkan di telingaku..
"Halo Dewi..!" Pembicaraanku dalam telpon sama Dewi.
"Iya mas ada apa?" Tanya Dewi sama aku.
"Sesuai dengan janjiku tempo hari,maka hari kamis ini aku akan kerumahmu dengan abang Rohim untuk meminangmu...!".
"Benarkah begitu Mas?" Tanya Dewi lagi keheranan.
"Iya Dewi,tapi aku harap agar orang-orang disana tidak akan ada yang tau yaaa dengan kedatangan dan tujuanku,kecuali orang yang bisa kamu percayai sebagai penerima dan juga saksi...Jadi kamu harus merahasiakan hal ini..!" Aku memperingatkan Dewi.
"Oke mas Heri aku akan menunggu hari itu,dan aku berjanji tidak akan ada orang yang tau dengan rencana kita kecuali teman dekatku yang bisa aku percaya...!" Jawab Dewi penuh kegirangan.
"Ya sudah kalau begitu,kamu tunggu hari kamis ya..!" Tambahku lagi untuk memastikan.
"Oke mas kita jumpa di hari kamis ya baye....!!"
"Oke baye....!" Jawabku singkat lalu mentup obrolanku.
Hari kamis tiba,kami siap-siap berangkat menaiki Taxsi.
Setelah sampai dirumahnya Dewi,Dewi pun sudah menunggu kedatangan kami dengan di temani beberapa orang saja.
Karena mimang permintaanku ke Dewi untuk merahasiakan pertemuan kami.
Setelah beberapa menit kami duduk menikmati hidangan seadanya yang sudah disediakan oleh Dewi,abang Rohim terus menyampaikan tujuanku untuk meminang Dewi dan menentukan kapan hari pernikahan kami dilaksanakan.
Akhirnya semuanya sepakat bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan hari jum'at berikutnya.
Setelah semuanya selesai diperbincangkan,kami terus pamit dan pulang dengan menaiki taxsi.
Sesampainya dirumah,aku berbincang lagi dengan abang Rohim tentang pertunangan kami dan pernikahan kami nanti.
"Bang...!" Tegurku kepada bang Rohim.
"Iya dik..!" Jawab bang Rohim sambil menatapku penuh heran.
"Tolong di rahasiakan ya bang tentang barusan dan tentang pernikahan kami nanti..!" Kataku lagi sambil berdiri.
"Kenapa dik?".
"Aku takut bang,aku takut orang-orang disini mendengar dan orang kampung juga mendengar rahasia kita nanti...!" Aku menjelaskan keraguanku kepada bang Rohim.
"Tenang saja dik,aku tidak akan menceritakan hal ini kepada siapapun..!" Bang Rohim meyakinkan aku..
"Oke bang kita berjanji ya..! Kalau seandainya rahasia ini sampai tersebar,itu berarti salah satu diantara kita yang membocorkannya...Maka kalau itu terjadi,salah satu diantara kita akan memotong lidah kita sendiri...!"
"Iya dik aku setuju...!" Sahtu bang Rohim menerima perjanjianku.
"Ya sudah aku mau pulang dulu ya dik..!" Pamit bang Rohim kepadaku..
"Oke bang;terima kasih..!" Sahutku kepada bang Rohim,dan akhirnya bang rohim pun pulang.
Setelah satu minggu berlalu sampailah ke hari jum'at,hari yang aku takuti,hari yang akan menentukan aku harus mempunyai dua istri..
Derrt derrrt derrrt......!!!!
Hape aku berbunyi dalam saku celana,secepatnya aku keluarkan dan aku lihat layarnya,ternyata Dewi yang menilponku..
"Halo mas Heri..!"
"Ya Dewi..!" Sahutku.
"Jam berapa nanti akad nikahnya akan dilaksanakam dan dimana tempatnya mas?".
"Jam enam sore di rumahnya kiai Halil..!".
"Terus aku mau berangkat jam berapa dari sini mas?" Tanya Dewi lagi.
"Berangkat jam empat saja Dewi,walau perjalanan dari rumahmu hanya satu jam,tapi aku takut nanti tiba-tiba jalannya macet...!Atau ada hal-hal lain yang tak di inginkan terjadi...!".
"Oke mas,mas Heri sendiri berangkatnya jam berapa dari sana?" Tanya dewi lagi sama aku.
"Aku berangkat jam lima Dewi,karena aku kan lebih dekat dari kamu...!"
"Oke mas kita jumpa disana ya ..!"
"Oke dewi...!" Jawabku lalu menutup obrolanku.
Jam lima sore aku bersiap-siap dengan memakai pakaian khas madura.
Setelah selesai,kami langsung berangkat bersama bang Rohim dengan menaiki taxsi,sedangkan Dewi entah dengan siapa aku tidak tau.
Satu jam lebih perjalanan kami,akhirnya kami tiba dirumahnya kiai Halil sebelum jam enam.
Dan selang beberapa menit saja Dewi juga tiba dengan ditemani dua orang,satu laki-laki yang satunya lagi perempuan.
Setelah kami semua berada didepan pintunya,lalu aku ketok dan memanggil salam,; "Assalamu alaikum kiai...!"
Sambil membuka pintunya Kiai Hali menjawab salamku;
"Wa alaikum salam..!"
Lalu kami semua bergilir untuk bersalaman dan masuk keruang tamu yang telah disediakan Kiai Halil sebelumnya,selepas itu kamipun duduk bersila.
Sesaat kemudian Kiai Halil pun duduk di dekatku,lalu menanyakan yang mana satu calon istriku.
Aku kasih tau Kiai Halil yang mana calon istriku,dengan menunjukkan jariku sambil menyebut namanya.
Menjelang beberapa saat,keluar seorang laki-laki muda yang mungkin salah satu santrinya dengan membawa Teh dan sedikit camilan.
Lalu di hidangkan kepada kami semua,dan Kiai Halil mempersilahkan kami semua untuk minum dan menikmati canilan yang telah di hidangkan oleh laki-laki itu.
Lambat laun kami mengobrol sambil meminum dan mencicipi hidangan,tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam enam sore.
Dimana waktu itu yang menurut orang alim,adalah waktu yang paling bagus untuk menikah.
Akhirnya pak kiai memanggilku untuk duduk didepannya dan melaksanakan akad nikah antara aku dan Dewi.
Setelah akad nikah selesai,kami semua makan bersama.
Setelah selesai makan,kami langsung pamit pulang kepada kiai.
Walau akad nikahnya secara Wali hakim,yang penting Sah menurut agama.
Setelah mendapat izin dari kiai,akhirnya kami pulang.
Aku pulang bersama menuju rumah istriku,sedang bang Rohim pulang kerumahnya sendirian..